PAHLAWAN REVOLUSI LAHIR DI KOTA INI
Jenderal Ahmad Yani adalah Pahlawan Revolusi yang menjadi salah satu korban dari kejamnya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ahmad Yani Lahir di Jenar, Kabupaten Purworejo, pada 19 Juni 1922 dan tinggal di Desa Rendeng, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Sejak usia muda, Ahmad Yani telah menunjukkan minat dan kecintaannya terhadap dunia militer. Ia memulai perjalanan hidupnya pada masa penjajahan Jepang, di mana ia belajar tentang arti disiplin, keberanian, dan tanggung jawab. Ahmad Yani tidak gentar menghadapi ketidakpastian; semangatnya itu mendorongnya melewati berbagai tantangan hingga akhirnya berhasil mencapai posisi yang lebih tinggi. Karier militernya berkembang secara bertahap namun pasti. Berkat integritas dan visi yang jelas, ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1962. Sosoknya dikenal tegas, disiplin, dan konsisten dalam memperjuangkan kedaulatan serta keutuhan bangsa. Bagi banyak orang, ia bukan sekadar panglima, melainkan juga simbol keberanian dan keteguhan prinsip, seorang pahlawan sejati yang rela berkorban demi tanah air.
Namun, perjalanan hidupnya tidaklah mudah. Pada tahun 1965, ketika Indonesia mengalami salah satu periode tergelap dalam sejarahnya melalui peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI), Ahmad Yani menjadi salah satu tokoh yang menjadi korban kekejaman. Ia ditembak mati oleh kelompok pemberontak yang berusaha menghancurkan persatuan nasional. Peristiwa tragis ini menjadi bukti nyata atas besarnya perjuangan dan pengorbanan Ahmad Yani dalam menjaga kedaulatan dan persatuan bangsa Indonesia.
KesimpulanÂ
Bedug Pendowo dibuat atas prakarsa Raden Adhipat Cokronagoro I yang ingin melengkapi Masjid Agung Purworejo sebagai penanda waktu sholat dan aktivitas umat Islam.
Pembuatannya menggunakan batang pohon jati setinggi 2,5 meter dan dikerjakan oleh Raden Tumenggung Prawironagoro Wedana Bragolan. Ukurannya sangat besar, dengan diameter depan 194 cm, diameter belakang 180 cm, panjang 294 cm, serta keliling depan 601 cm dan belakang 564 cm, sehingga membutuhkan ratusan paku untuk memperkuat kulitnya.
Selain keunikan bedugnya, Purworejo juga memiliki nilai sejarah yang mendalam sebagai tempat kelahiran Jenderal Ahmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani adalah sosok militer yang disiplin, tegas, dan berani, yang karirnya menanjak hingga menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1962. Beliau dikenal gigih memperjuangkan kedaulatan bangsa dan menjadi simbol keberanian serta keteguhan prinsip.
Jadi, Purworejo bukan hanya sekadar kota dengan bedug terbesar di dunia, tetapi juga tanah kelahiran seorang pahlawan nasional yang berjuang demi keutuhan Indonesia.