Mohon tunggu...
Yusuf Ari Bahtiar
Yusuf Ari Bahtiar Mohon Tunggu... Freelancer - Sabar iku ingaran mustikaning laku

Nikmati proses dan syukuri Nikmat yang telah diberikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Instan Itu Tetap Perlu Proses karena Hidup Perlu Dinikmati

3 Desember 2021   07:15 Diperbarui: 3 Desember 2021   07:24 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu memiliki banyak pilihan yang hendak diambil. Ingin yang serba instan dengan kenikmatan yang diinginkan, atau ingin yang membutuhkan usaha untuk meraihnya, semuanya pastinya ada. 

Seperti embun pagi, dia bisa kapan saja menghilang ke angkasa, namun membutuhkan waktu perlahan hingga semuanya habis. Ya, disinilah kita belajar tentang sebuah proses siklus kehidupan. 

Artinya, hidup itu sebenarnya butuh proses yang harus dilalui oleh pemainnya. Meskipun terlihat instan, sebenarnya itu juga membutuhkan proses.

Layaknya mie instan, untuk menyeduh menjadi makanan, dia harus dimasak dahulu, menunggu beberapa menit agar mie benar-benar terasa nikmat. Logo instan berarti bukan sesuatu yang benar-benar instan. 

Hanya saja, instan itu ibarat jalan tol, jalanan yang mulus, lancar dan megah. Bagi pengendara, tidak perlu melalui proses yang lebih panjang untuk menuju lokasi tujuan. Semua serba dimudahkan, tidak akan melewati jalanan yang bergelombang, jalanan yang berlubang.

Seandainya hidup itu seperti jalan tol yang lurus tanpa hambatan. Betapa senangnya hati, tanpa harus ribet bisa meraih yang diinginkan.

Akan tetapi, pada kenyataannya, hidup itu perlu perjuangan dan pengorbanan. Tak semudah yang dibayangkan. Perjuangan demi perjuangan melahirkan suatu pengalaman yang unik dan menyenangkan. Bahkan pengalaman yang sulit sekalipun bisa menjadi batu loncatan untuk meraih kesuksesan. 

Kita ibaratkan sebagai pedagang. Ketika menjajakan dagangannya, dia penuh semangat, menawarkan kepada setiap calon pembeli yang masuk ke pasar. Dengan berbagai strategi dijalankan, mulai diskon harga, join antara barang satu dengan lainnya, dan promo menarik lainnya. 

Seandainya pedagang itu menyerah, dia hanya mendapatkan lelah. Akan tetapi kalau ada yang menawar dan membelinya, itu menjadi sebuah motivasi untuk lebih meningkatkan penjualan. 

Lalu, bagaimana jika tak ada yang membelinya..?

Tentu saja secara logika dia merasa rugi. Dagangannya masih utuh, dan belum lagi resiko dagangan yang layu, kemudian menjadi basi. Kerugian yang tak bisa dihindari lagi.

Namun, bagi pedagang, hal itu bukanlah penghalang. Dagangan tidak terjual bisa menjadi berkah tersendiri, jika dia mau bersyukur atas kenikmatan pada hari itu. 

Usut demi usut, pedagang itu sebenarnya cerdas. Sayuran yang tidak laku, bisa dijual dengan harga yang murah, sehingga orang yang memiliki keterbatasan ekonomi bisa membelinya. Bahkan, bisa jadi dia sedekahkan untuk yang membutuhkan. 

Sedekah itu tidak mengurangi harta kita, bahkan bisa menjadikan harta berlimpah. Memang tidak secara kasat mata, tapi suatu saat pasti akan menikmati hasil dari sedekah itu.

Ketika orang yang menerima sedekah melakukan kebaikan, pastinya orang yang memberi makan tadi juga kecipratan pahala. Hal itu juga tidak mengurangi pahala dari orang yang berbuat baik. Jadi, untung menguntungkan, iya kan..?

Ada lagi, yang mengeringkan nasi buburnya yang sudah basi, kemudian menjadi nasi akting dan dijual sebagai pakan ayam. Kemudian uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk membantu membangun tempat ibadah disedekahkan untuk anak yatim dan dhuafa. Bukan main lah pahalanya.

Untuk itu, apapun kondisi dalam kehidupan sehari-hari. Sebisa mungkin untuk selalu mensyukuri nikmat, baik nikmat yang menyenangkan ataupun nikmat yang kurang menyenangkan. 

Semoga bermanfaat dan barokah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun