Mohon tunggu...
Yusuf Dwiyono
Yusuf Dwiyono Mohon Tunggu... profesional -

Kumpul sama orang gila nggak ketahuan warasnya ......\r\nKumpul sama orang waras, baru ketahuan gilanya .......\r\n(Albert Kenthir)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bapak Sok Jago!

15 November 2012   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:17 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_223836" align="alignnone" width="648" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]

Siang itu anakku yang kecil, Hafidh, pulang dari sekolah dengan muka agak cemberut. Tentu saja ibunya ingin tahu dan bertanya.

“Kenapa sayang, kok mukanya cemberut?”

Tanpa menjawab, Hafidh langsung masuk ke kamarnya sambil matanya lembab, menangis.

“Lho .., kok malah nangis. Dimarahi sama gurunya atau berantem sama temannya?” tanya Ibunya.

“Tadi kerjaan menggambar Hafidh dibuang sama Bu Guru ke tempat sampah,” jawab Hafidh datar.

“Kok Gurunya begitu? Emangnya kenapa?”

“Ga tahu…, katanya hasil kerjaan gambar Hafidh jelek banget. Hafidh disuruh mengulang lagi di rumah dan besok harus dikumpulin,” jawab Hafidh.

“Ya sudah, nggak usah sedih. Nanti malam biar dibantuin sama Bapak,” hibur Ibunya.

***

“Kok masih ada ya guru macam begitu? Masak hasil kerjaan siswa dibuang ke tempat sampah? Katanya guru berpengalaman?” gerutuku setelah mendengar pengaduan istriku.

“Ya sudah, sini Bapak bantuin. Hafidh siapin bahan-bahannya ya!”

Tanpa disuruh dua kali, Hafidh langsung mengambil bahan-bahannya dan membawanya ke teras rumah.

“Kenapa mesti ke luar rumah sih ngerjainnya?” tanyaku agak bingung.

“Memang bikinnya harus dikerjakan di luar Pak, karena akan banyak cipratan-cipratan cat nantinya,” jelas istriku.

Setelah melihat Hafidh menyusun beberapa dedauan di atas kertas gambarnya, barulah aku “ngeh” apa yang akan dikerjakan.

“Oh …, ini namanya karya cetak bayangan. Ini sih kerjaan gampang, tenang saja nanti Bapak kasih tahu caranya biar hasilnya bagus.” kataku dengan bangganya. Lalu lanjutku.

“Sikat gigi sama sisirnya sudah disiapin belum?”

Setelah hHafidh menyodorkan sikat gigi bekas dan sebuah sisir, aku langsung mencelupkan sikat gigi ke palet cat air yang sudah disiapkan Hafidh. Dengan yakin aku langsung menggosok sisir dengan sikat gigi di atas kertas gambar. Beberapa kali sudah aku coba, ternyata catnya tidak ada yang terciprat ke kertas.

“Ada sisir yang lebih besar ga Bu? Sisir yang ini terlalu kecil sepertinya, jadi catnya tidak mau keluar,” tanyaku pada istriku.

Belum sempat istriku menjawab, Hafidh menyela sambil merebut sisir dan sikat gigi yang kupegang.

“Bapak gimana sih, katanya jago. Gitu aja nggak bisa. Sini biar Hafidh yang ngerjain!”

Tidak lebih dari satu menit, kulihat Hafidh menggosokkan sikat gigi di atas sisir dengan teknik yang agak berbeda dariku. Dan ternyata cat airnya sudah menyiprat dengan goresan bentuk titik-titik di seluruh kertas.

Aku hanya bisa nyengir ……….. malu tentu saja.

Wakakakakakakakkkkk.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun