Kabar duka menyelimuti kita.Â
Seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan berpulang saat terjadi demonstrasi di gedung DPR pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kepergiannya menjadi pengingat betapa rapuhnya hidup di tengah hiruk pikuk kota. Di balik kemacetan, keramaian, dan teriakan demonstrasi, ada orang biasa dengan keluarga yang menunggu di rumah, dengan mimpi-mimpi yang belum tercapai, dan harapan yang terpaksa terhenti. Semoga Affan memperoleh tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi kekuatan.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat bahwa demonstrasi membawa dampak yang jauh melampaui isu politik dan sosial semata. Hal ini berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, termasuk perjalanan yang kita lakukan, baik menuju tempat kerja, menghadiri janji penting, atau sekadar ingin menikmati suasana kota.
Demo dan Dinamika Perjalanan
Ketika demo berlangsung, perubahan paling nyata terjadi pada mobilitas. Jalan-jalan utama yang biasanya ramai bisa tiba-tiba ditutup, kendaraan pribadi maupun umum terjebak macet berjam-jam, dan layanan transportasi publik sering kali dialihkan. Kondisi ini membuat banyak orang harus mengambil keputusan mendadak, menunda keberangkatan, mencari jalan alternatif, bahkan membatalkan kegiatan yang sudah direncanakan.
Bagi orang yang sedang berada di jalan, situasi ini kerap memunculkan dilema. Ada yang memilih berhenti sementara demi keselamatan, sementara sebagian lainnya tetap berusaha melanjutkan perjalanan meski harus menempuh jalur yang lebih panjang.Â
Tidak jarang, ketidakpastian ini menimbulkan rasa khawatir, terutama bagi mereka yang harus segera sampai di tujuan.
Antara Risiko dan Kehati-hatian
Demo tidak selalu berujung ricuh, tetapi potensi risiko tetap ada. Kepadatan massa pada area tertentu kerap menimbulkan gangguan terhadap kelancaran mobilitas. Tidak jarang, penggunaan gas air mata untuk mengendalikan situasi turut mengenai masyarakat sekitar yang hanya melintas, ditambah dengan kebijakan penutupan jalan yang semakin membatasi pergerakan. Semua itu bisa mengganggu orang-orang yang sedang melakukan perjalanan, baik untuk urusan pekerjaan maupun kegiatan pribadi.
Oleh karena itu, informasi yang cepat dan akurat menjadi kunci. Saat ini, banyak pengguna jalan mengandalkan media sosial dan aplikasi peta real-time untuk mengetahui jalur yang aman. Bahkan, beberapa orang memilih menunggu di tempat yang lebih tenang sampai kondisi jalan kembali normal. Langkah-langkah sederhana ini sering kali menjadi penyelamat agar perjalanan tidak berubah menjadi pengalaman yang penuh risiko.
Meski demikian, ada pula yang melihat demo adalah bagian dari kehidupan sebuah kota. Menyaksikan langsung bagaimana masyarakat mengekspresikan aspirasi mereka bisa memberikan pemahaman baru tentang dinamika sosial. Namun, kita perlu menempatkan diri dengan bijak memahami bahwa di balik peristiwa tersebut ada kehidupan nyata yang dipertaruhkan.Â
Penutup
Kisah ini mengajarkan kita bahwa demo bukan sekadar kerumunan orang yang berkumpul, tapi esensinya adalah untuk menyuarakan kegelisahan.Â
Aksi demo kerap memengaruhi mobilitas banyak orang di jalan, namun situasi tersebut sebaiknya disikapi dengan rasa empati, kewaspadaan, dan sikap saling menghormati.
Perjalanan bukan hanya tentang tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita menghargai kehidupan di sepanjang jalan, dan itu yang akan diceritakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI