Alisia, hari ini, aku mau memulai hidupku lagi.
*
Kirana bernyanyi-nyanyi di mobil mengikuti lagu yang kuputar di mp3 mobil. Dia terlihat sangat ceria, berbanding terbalik dengan wajahnya tadi pagi. Aku bersyukur melihatnya yang sudah bisa tersenyum dan tertawa alih-alih cemberut di depan meja dan sarapannya.
"Wah, kakak bawa kamera?"
"Apa? Oh iya, aku mau lihat-lihat, kalau ada objek bagus aku bisa foto,"
"Kenapa kakak mau jadi fotografer?"
"Kenapa ya... ya aku suka fotografi, jadi aku mau jadi fotografer,"
"Ryfan juga aku tanya kenapa mau jadi dokter, tapi dia nggak mau jawab. Padahal aku pikir dia bakal jawab 'aku mau bantu orang', atau 'aku suka bidang kesehatan'. Tapi dia nggak mau bilang Jadi kan aku penasaran alasannya jadi dokter apa. Nggak mungkin kan seorang Ryfan nggak punya alasan."
Aku tahu alasannya, kataku dalam hati. Ryfan mau menjagamu, merawat kesehatanmu, dan memastikan kamu baik-baik saja, Ran. Jujur saja aku iri padanya, karena ada seseorang yang menjadi tujuannya. Tapi aku tidak akan memberitahu kamu, Ran. Kamu harus tahu langsung dari Ryfan, pikirku.
"Ke car free dayya... aku jadi kayak salah kostum. Kesana pakai dress,"
"Ya sudah, nggak apa-apa. Kamu juga kesana bukan buat olahraga,"