Mohon tunggu...
Yusrina Imaniar
Yusrina Imaniar Mohon Tunggu... QC Supervisor -

If you want to give me feedback or even REPOST my stories, please contact me on : Email : iyusrina30@gmail.com Instagram : @yusrinaimaniar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pangeran Hitam, Putri Cahaya, dan Ksatria Putih (Part 6)

17 November 2017   09:03 Diperbarui: 17 November 2017   09:08 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Tante tahu kronologisnya seperti apa. Nggak ada yang perlu disalahkan. Tante juga ingin bilang terima kasih karena sudah mencintai Alisia bahkan setelah Alisia nggak ada. Mulailah lagi hidupmu, Nino. Alisia sudah menerima cukup banyak cinta kamu. Takdirnya mungkin nggak menyenangkan. Alisia harus pergi meninggalkan kita semua. Tapi, Alisia nggak akan mau kamu terus sedih. Tante harap, kamu bisa segera memulihkan hidup kamu lagi. Alisia bukan untuk diratapi, tapi untuk dikenang, membuat kita bahagia saat mengingatnya." Aku terdiam, aku hanya terus menangis tanpa henti.

"Ini kalung dari kamu kan? Maaf tante baru kembalikan sekarang. Alisia pasti ingin kalung ini ada sama kamu lagi,"

Aku menerima kalung emas putih dengan liontin matahari. Aku membelikan ini karena bagiku Alisia adalah cahaya untuk hidupku. Alisia adalah putri cahaya bagiku. Membawa kebahagiaan bagi hidupku yang gelap. Hanya saja... cahaya itu sudah terkubur sekarang, terpisah dariku. Tante Lidia menepuk bahuku lagi dan pergi, meninggalkan aku dan Kirana yang berdiri tak jauh dari makam Alisia. Ia mulai mendekatiku dan duduk disebelahku.

"Hai, kak Alisia. Aku Kirana. Seumur hidup aku mengenal kak Nino, dan aku yakin, cintanya kak Nino hanya buat kakak. Kakak sangat beruntung. Kakak jangan khawatir, aku dan Ryfan akan menjaga kak Nino. Kami pasti memastikan kak Nino bahagia. Jadi sekarang kak Alisia bisa tenang,"

Aku meneteskan air mataku lagi dan memegang kalung matahari milik Alisia didepan wajah Kirana yang kaget.

"Aku yakin, Alisia nggak keberatan kalau kalung ini dipakai kamu,"

Kirana mengambil kalung itu dari tanganku dan duduk disebelahku.

"Sebenarnya, apa yang terjadi dengan pacar kakak?" aku terdiam beberapa saat sebelum menjawabnya.

"Hari itu hari ulang tahunnya. Aku menjemput dia ditempatnya bekerja. Aku sudah merencanakan segalanya, Ran. Aku memesan restoran di gedung tinggi yang dia inginkan, aku sudah memesan seratus mawar di restoran itu. Aku membelikannya cincin yang akan kugunakan untuk melamarnya. Segalanya aku harap untuk sempurna..."

"Aku yang salah, aku memilih menggunakan jalan tol padahal lokasinya nggak terlalu jauh. Kami nggak akan terlambat walaupun nggak lewat jalan tol. Tapi hari itu, aku mau supaya kami cepat sampai dan aku segera melamarnya. Tapi..." aku terisak mengingatnya, Kirana menepuk bahuku.

"Ada mobil boks yang terguling ke arah kami dan yang aku ingat hanya aku melihat Alisia dengan kaca besar yang menancap di dadanya. Saat aku bangun dua hari kemudian..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun