Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tahun Baru, Pesta Seks, dan Ritual Nikmat

2 Januari 2015   19:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57 6251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420175905506159328


"Gimana? Jadi ikut gak? Kasih kabar dong"

Kembali pesannya masuk ke ponsel. Sekian tahun berlalu, ia masih memiliki kebiasaan yang sama. Saya membayangkan bahwa kali ini pesta yang akan digelarnya memiliki skala yang lebih besar. Di saat cuma jadi pengusaha kelas teri, ia sudah bisa menggelar party dengan para pramugari. Pasilah kali ini pestanya lebih berkelas.

Saya lalu memperhatikan beberapa pemberitaan media. Harian Tribun Timur di Makassar memberitakan tentang mahasiswa yang tinggal di pondokan, sebutan lain untuk rumah kos mahasiswa, yang mem-booking banyak kondom. Lalu sebuah harian nasional memberitakan kelangkaan kondom di Bekasi karena telah diborong.  Saya juga liputan tentang fenomena pesta seks di kalangan ABG pada malam tahun baru. Seorang teman apoteker juga mengiyakan kalau penjualan kondom akan mencapai titik tertinggi saat valentine dan pesta tahun baru.

Nampaknya, pesta seks menjadi semacam ritual yang dilakukan setiap jelang tahun baru. Seingat saya, ritual seperti ini kerap dilakukan di kota-kota di Korea dan Jepang. Lantas, sejak kapan generasi hari ini ikut-ikutan menggelar pesta seks? Saya hanya bisa menduga. Mungkin ini adalah sisi lain dari kemajuan. Sisi-sisi lain dari kemajuan di Korea dan Jepang merasuk bersama industri budaya populer. Kaum muda kita adalah kaum yang paling rentan dalam menghadapi berbagai invasi budaya itu.

Rupanya, masyarakat kota di tanah air kita telah bertransformasi menjadi seperti masyarakat kota-kota besar yang melalui tahun baru dengan lendir terhambur. Anak-anak muda kita terlanjur memaknai kemajuan sebagai bertingkah sebagaimana mereka yang di sana, lalu mengabaikan segala tatanan nilai yang dibangun di rumah dan sekolah. Tapi, benarkah tatanan nilai diperkenalkan dengan baik di rumah dan sekolah? Tidakkah kesibukan orangtua untuk mengejar uang bisa berujung pada terabaikannya hak-hak anak, termasuk hak untuk belajar nilai dan etika melalui contoh-contoh praktis di dalam rumah?


Entah. Yang pasti, fenomena seks bebas ini tak melulu pada anak remaja dan anak kuliahan. Bahkan mereka yang sudah bekerja dan sukses, sebagaimana teman saya, juga melakukannya. Harusnya momen tahun baru menjadi momen reflektif. Semua pihak mesti melihat ulang ke belakang dengan jernih, mengakui berbagai problem yang muncul hari ini, lalu bersama-sama menemukan formulasi dan solusi terbaik untuk hari esok.

Di saat merenungi banyak hal, kembali ponsel saya berbunyi. Teman tadi kembali mengirim pesan lewat Whatsapp. Kali ini ia mengirimi gambar seorang gadis yang muda yang amat cantik, serupa wajah bintang sinetron. Saya tak tahu hendak berkata apa. Tak lama kemudian, kembali ia mengirim pesan.


"Gimana? Mau nggak sama dia?"

BACA JUGA;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun