Mendengar adik-adik kost saya mulai menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata), membuat ingatan saya melayang pada masa 2 tahun silam. Â Masa-masa saya masih bergelar mahasiswa. Â Masa ketika saya masih unyu-unyu, dan begitu antusias menyambut kegiatan kampus untuk terjun ke masyarakat.
Saat itu saya tengah mengikuti pembekalan KKN di kampus. Â Beberapa orang mulai berbisik-bisik membicarakan tempat yang akan mereka singgahi dalam kegiatan itu. Â Hari itu memang pengumuman penempatan telah terpampang. Sayangnya saya belum sempat melihatnya. Â Ponsel bergetar tanda sms masuk, saya pun membukanya. Rupanya pesan dari sahabat saya. Â Dia sudah melihat pengumuman, dan coba memberi tahu tempat KKN saya nanti.
Membaca sms itu membuat kening berkerut dan mulut melongo. Â Teman saya bilang, saya akan ditempatkan di Kabupaten Pemalang. Â Nama kecamatannya unik juga, Watukumpul. Â Apa di sana banyak batu yang pada ngumpul? Â Kalau iya, letaknya pasti di pegunungan. Â Tapi bukan itu yang bikin kening saya berkerut dan mulut melongo. Â Saya bereaksi seperti itu karena membaca nama desanya yang super duper ajaib. Saking tidak percayanya, saya sampai berpikir mungkin itu typo. Â Yang benar saja, masa ada nama desa sebokep itu.
Desa cawet. Yup benar, bagi anda yang orang Jawa mungkin akan langsung tertawa. Â Cawet, alias cangcut, aka underwear. Â Sebuah segitiga berharga dan dipakai semua orang, tapi tidak untuk dipamerkan, kecuali anda manusia super. Â Dan itu menjadi nama sebuah desa. Â Nama nyentrik itu benar-benar memberikan efek yang unik pada saya. Â Saya jadi rada malu-malu geli tiap ditanya di mana saya bakal di tempatkan.
"Tik, kamu dapet di mana?"
"Di Pemalang."
"Sama dong! Kecamatannya apa?"
"Watukumpul."
"Wah sama, aku juga di Watukumpul. Â Kamu di desa apa?"
"Hehehe... "
Tiap ditanya rada bingung menjawabnya. Â Apa mending saya jawab Desa Segi Tiga Sensor? Atau mungkin Desa Underwear? Â Kadang malah saya jawab begini, "Desa KKN-ku masih sodaraan sama desanya Sponge Bob, Bikini Bottom." Entah bagaimana, bagi telinga saya kata cawet berasa terlalu vulgar. Â Bukan cuma vulgar, tapi juga katro. Kata celana dalam akan lebih ringan untuk diucapkan dan didengar dari pada kata cawet. Setiap saya bilang Desa Cawet, tiap orang bakal ngakak. Â Cuma orang yang tidak tahu arti kata cawet yang tidak akan tertawa.