Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Catastrophic Gunung Semeru dan Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Risiko terhadap Bencana

13 Desember 2021   07:00 Diperbarui: 13 Desember 2021   09:36 2507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Semeru meletus pada Sabtu (16/1/2021). (Sumber: Twitter @thoriqul_haq via Kompas.com)

Sabtu 4 Desember 2021 menjadi mimpi buruk di siang bolong bagi warga di sekitar kaki Gunung Semeru ketika terjadi erupsi yang mengubah siang menjadi gelap gulita akibat semburan guguran asap tebal awan panas dan diikuti banjir yang menghancurkan apa saja yang dilewatinya di desa-desa, ternak, tanah pertanian dan perkebunan bahkan merendam puluhan rumah warga tanpa ampun. 

Seperti yang diberitakan oleh harian umum Kompas pada tanggal 5 dan 6 Desember 2021 telah menelan korban jiwa 14 warga meninggal dan sekitar 98 terluka:

Kewaspadaan masih tinggi pascaerupsi Gunung Semeru diKabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) pukul14.50. Bantuan segera dikerahkan dari level kabupaten hingga Jakarta pada masa tanggap darurat. Hingga Sabtu pukul 20.30, dampak erupsi dilaporkan menewaskan satu orang di Desa Supiturang, dua warga dilaporkan hilang, delapan orang terjebak, dan lebih dari 40 orang mengalami luka bakar. Mereka warga Kecamatan Pronojiwo dan Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang yang terdampak abu vulkanik bercampur air hujan.

Diketahui bahwa semua bangunan rumah warga di area Curah atau Besuk Kobokan yaitu Desa Supiturang hancur, sedemikian kacaunya keadaan sehingga semua warga terpaksa dievakuasi dan diusingkan guna mengurangi korban jiwa.

Sementara satu-satu jembatan nadi mobilitas penduduk dari Lumajang - lokasi bencana ke Malang yang dikenal dengan jembatan Gladak Perak terputus.

Nampak sekali ketidaksiapan warga menghadapi bencana erupsi Gunung Semeru yang selama ini menjadi ikon penting wisata yang banyak dikunjungi baik luar negeri dan utamanya domestik.

Erupsi Semeru, Risiko Catastrophic

Bencana alam yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru termasuk dalam ketagori risiko dasar bersifat catastrophic yang menjelaskan suatu peristiwa di mana disebabkan dan ditimbulkan oleh alam yang tergolong skala besar di mana peristiwa ini jarang terjadi, tetapi apabila terjadi kerugian yang akan ditimbulkannya sangatlah besar. 

Bencana alam, gempa bumi, gelombang tsunami, bahkan angin topan merupakan contoh tentang catastrophic ini.

Erupsi Gunung Semeru | sumber : facebook.com
Erupsi Gunung Semeru | sumber : facebook.com

Risiko catastrophic untuk membedakan dengan dua jenis risiko lainnya, yaitu Risiko Murni, merupakan peristiwa yang terjadi menimbulkan kerugian, di mana risikonya dapat dialihkan (transfer the risk), seperti kejadian kebakaran bangunan atau aset, huru hara maupun kecelakaan. 

Jenis lain disebut Risiko Spekulatif, suatu peristiwa yang terjadi dapat menimbulkan kerugian, dan risikonya tidak bisa dialihkan ke pihak lain, alias risiko tanggung sendiri (rertention). Berinvestasi saham di bursa efek merupkan contoh tentang ini.

Sesungguhnya, erupsi Gunung Semeru ini bukan baru terjadi kali ini, tetapi sudah berulang sejak sangat lama dan akan terus berulang dalam jangka waktu yang agak lama. 

Artinya, risiko yang ditimbulkannya sudah bisa diantisipasi dengan cermat sehingga dampak korban jiwa bisa diminimalkan bila tidak bisa dihindari secara keseluruhan.

Guguran lava pijar Semeru | sumber : regional.kompas.com
Guguran lava pijar Semeru | sumber : regional.kompas.com

Dalam halaman lamannya, BNPB melaporkan simpul-simpul waktu kejadian erupsi Gunung Semeru ini yang sudah dimulai pada tahun 1818, dan merupakan sejarah yang panjang.

  • Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. 
  • ada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan. 
  • Aktivitas vulkanik tercatat beruntun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 -- 1957, 1958, 1959, 1960. 
  • Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik mencapai 6,4 juta m3. Awan panas mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. 
  • Aktivitas vulkanik berlanjut pada 1978 -- 1989.
  • Aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. 
  • Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter. 

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. 

Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 -- 4 kali setiap jam. 

Karakter letusan vulkanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. 

Catastrophic dan Kesadaran Risiko 

Melihat dampak erupsi Gunung Semeru kali ini, harus diakui bahwa kesadaran risiko di Indonesia masih sangat lemah, bahkan cenderung mengabaikan, dan setelah kejadian baru semua pada ribut dan malah mencari kambing hitam. 

Padahal sudah bisa diprediksi dan diantisipasi kejadian bencana seperti erupsi ini, dan oleh karenanya bisa diminimalkan dampak, korban jiwa bahkan harta benda sekalipun. Tetapi, inilah fakta di negara ini, mengabikan, dan merasa masih lama lagi kan terjadi sehingga lupa diri dan semuanya hancur.

Warga berlarian karena erupsi Semeru | Sumber : kompas.com
Warga berlarian karena erupsi Semeru | Sumber : kompas.com

Nampaknya, kejadian semacam ini tidak hanya di sepanjang kaki Gunung Semeru, tetapi juga nyaris hampir seluruh wilayah di republik ini. 

Lihat contoh bencana gelombang tsunami dan gempa bumi di NAD dan Kepulauan Nias, yang siklus terjadinya puluhan bahkan ratusan tahun. 

Amati bagaimana sikap warga hingga kini terhadap ancaman bencana yang sama ke depan. Sangat mungkin warga berpikir masih lama lagi akan terjadinya!

Sikap dan kesadaran risiko bencana alam dan semacamnya di kalangan warga, menjadi berbeda sekali bila dibandingkan dengan masyarakat Jepang misalnya, yang mengalami goncangan gempa setiap saat. 

Dampak yang muncul dapat diminalkan karena seluruh pola hidup bahkan budaya hidup mereka telah menyatu dengan ancaman gempa bumi. Dan karenanya, korban jiwa tentu dapat dikendalikan dengan ketat.

Membangun budaya risiko menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk dijadikan gerakan dan menyatu dengan aktifitas pembangunan di segala bidang kehidupan. 

Kalau tidak, maka hidup akan menjadi kesia-siaan belaka, sebab bukan saja harta benda yang hancur ketika bencana datang, tetapi jiwa akan melayang tiada arti.

Bumi dan planet yang sedang dihuni dan dikelola oleh umat manusia ini dengan segala kemajuan yang dicapai menunjukkan semakin tingginya risiko yang harus dikelola oleh setipa organisasi, perusahaan, pemerintah bahkan oleh setiap individu.

Dan oleh karenanya, harusnya setiap orang memiliki kesadaran, pengetahuan dan bahkan budaya risiko yang semakin meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan dinamika dan kemajuan pembangunan yang dicapai.

Salah satu karater utama yang dimiliki oleh warga negara yang sudah maju adalah kemampuan mengelola risiko yang dihadapi!

Yupiter Gulo, 13 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun