Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Buta Risiko Investasi, Akibatnya Buntung!

14 Oktober 2021   09:16 Diperbarui: 14 Oktober 2021   11:02 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kenali risiko sebelum memutuskan investasi.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Ilustrasi risk seeker | Sumber : artworkarchive.com
Ilustrasi risk seeker | Sumber : artworkarchive.com

Oleh karena aspek mengelola risiko ini menjadi sangat penting dan kritis, juga lebih kritis dari sekadar mengharapkan untung, maka setiap orang investor yang menanamkan dananya dalam salah satu bentuk investasi terbagi tiga macam, yaitu risk seeker, risk averter, dan risk neutrality.

hqdefault-6167961806310e21d72a7902.jpg
hqdefault-6167961806310e21d72a7902.jpg
Ilustrasi risk averter | Sumber : youtube.com/Gojek Indonesia

Ada orang yang berani mengambil risiko yang tinggi karena berharap keuntungan yang tinggi pula, tetapi sisi ekstrim lainnya ada yang menghindar risiko yang akibatnya juga kemungkinan keuntungannya kecil, dan ditengah-tengah ada orang tidak terlalu berani tetapi juga tidak penakut sama sekali.

Risk neutrality | Sumber : liputan6.com
Risk neutrality | Sumber : liputan6.com

Anda investor, mau pilih tipe yang mana? Haruskan sama tipe semua orang? 

Tentu saja tidak, karena banyak faktor yang memengaruhi mengapa seseorang berani menjadi risk seeker atau menjadi risk averter. Seperti pengetahuan, pengalaman, dana yang dimiliki, informasi yang tersedia bahkan juga perusahaan pelaku dalam investasi yang dipilih.

Peran Tokoh dalam Keputusan Investasi

Kejadian yang dialami oleh sejumlah ibu-ibu yang merasa tertipu atas tokoh agama yang mereka ikuti dalam setiap acara tayangan televisi merupakan sesuatu yang lumrah. 

Bahkan kejadian ini sudah banyak terjadi sebelumnya. Artinya, ada tokoh-tokoh publik yang digunakan untuk cepat meyakinkan publik atas peluang investasi yang ditawarkan.

Dan selalu ada yang menjadi korban, walaupun hanya segelintir yang mau melaporkan, seperti beberapa ibu-ibu dalam kasus di atas. Sebagian besar, biasanya tidak mau memproses selain karena merasa kecewa tetapi juga tidak mau repot, ribet, dan menjadi "memalukan" ketika publik ketahui.

Penting diingatkan kepada siapa saja, bahwa menjadikan tokoh agama atau tokoh politik maupun tokoh publik lainnya sebagai dasar memutuskan investasi sangat keliru dan tidak boleh dilakukan. Karena investasi mempunyai kisah sendiri, dalam konteks jenis investasinya, pengelolanya, lingkungan sekitarnya dan aspek aspek bisnis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun