Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenali 8 Ketakutan Bos Ketika Karyawannya WFH

24 Juni 2021   18:02 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:04 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan saat kerja dari rumah| Sumber: Shutterstock/AsianDelight via Kompas.com

Pandemi Covid-19 sudah 15 bulan terjalani dan kemungkinan besar akan terus berlanjut entah berapa lama lagi. Banyak perubahan dialami oleh setiap orang, komunitas, bahkan masyarakat suatu negara yang memaksa perilaku sesuai protokol kesehatan. 

Tidak hanya perubahan, tetapi juga telah menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan hingga menjadi paranoid bagi dunia usaha yang babak belur terpapar oleh pandemi virus corona yang unik ini.

Implementasi protokol kesehatan memaksa diterapkannya apa yang dikenal dengan WFH (Work From Home), bagi sebagian besar karyawan dalam dunia usaha dan dunia industri. 

Tak terkecuali, semua lembaga pendidikan nyaris 100% dengan penerapan pembelajaran jarak jauh atau proses pembelajaran secara daring alias online untuk seluruh jenjang pendidikan.

Ketakutan si Bos

Penerapan WFH telah menciptakan situasi yang tidak nyaman bagi semua pihak. Bahkan ketakutan itu begitu terasa, tidak saja bagi si karyawan tetapi juga bagi perusahaan, pada para manajer dan pimpinan dalam perusahaan pun organisasi sosial dan lembaga-lemabaga lainnya.

Dari sisi perusahaan, para manajemen memiliki ketakutan tersendiri ketika dia harus terus membayar kompensasi bagi tenaga  sementara tidak bisa dikendalikan secara langsung apa yang dilakukan oleh si karyawan dalam jam kerja yang sudah ditetapkan. Mungkinkah si pekerja betul-betul melakukan semua pekerjaannya dalam rentang jam kerja?

https://www.flexjobs.com
https://www.flexjobs.com
Hal sebaliknya juga demikian, karyawan memiliki ketakutan apakah perusahaannya akan terus menggunakan tenaganya? Atau mengurangi hak yang harus diterima seperti ketika WFO, work from office? 

Ketika WFH merupakan model baru dalam dunia kerja harus diakui bahwa, terlepas dari keberhasilan yang didokumentasikan dari banyak program kerja jarak jauh, beberapa bos perusahaan tetap khawatir bahwa mengizinkan katyawannya untuk bekerja dari rumah akan merugikan bisnis mereka. 

Mereka takut kehilangan kontak, kehilangan produktivitas, dan kehilangan kendali. Meskipun rasa takut dapat melindungi orang dari bahaya, rasa takut juga terkadang membuat mereka menghindari risiko kecil yang dapat menghasilkan imbalan besar. Seperti halnya dengan membangun tim virtual yang kuat.

Dalam artikelnya berjudul Fears Your Boss Might Have About Remote Work, Greg Kratz mengidentifikasi ada 8 hal yang menjadi ketakutan seorang Bos ketika karyawannya bekerja dari jarak jauh, atau WFH, yaitu :

  1. Karyawan jarak jauh tidak akan benar-benar bekerja.
  2. Ini alasan untuk nongkrong di pantai atau melakukan pekerjaan rumah.
  3. Tidak mungkin untuk melacak produktivitas.
  4. Pekerja jarak jauh tidak akan berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan rekan satu tim mereka.
  5. Keamanan informasi akan menjadi masalah.
  6. Pekerjaan jarak jauh adalah proposisi semua atau tidak sama sekali.
  7. Klien tidak akan menganggap serius perusahaan tanpa kantor yang mewah.
  8. Budaya dan kolaborasi perusahaan akan terganggu jika para pekerja tidak berada di kantor bersama.

Menarik dicermati kedelapan ketakutan seorang Bos, karena sesungguhnya menjadi cerminan dan konfirmasi tentang gaya kerja WFO yang selama ini dijalani. 

Harus dimengerti bahwa ada perbedaan budaya kerja, budaya kantor dan budaya perusahaan ketika WFO dengan WFH. Bos akan merasa lebih pasti segala sesuatu ketika aktifitas dan operasional seluruh karyawannya dikendalikan secara fisik dan langsung, karena ada interaksi fisik secara langsung.

Ketakutan WFH bahwa karyawannya tidak benar-benar bekerja, atau sedang bersantai bahkan liburan  di sebuah pulau atau pintai misalnya, menjadi kecurigaan si Bos yang sangat wajar. 

Apalagi bila  kinerja si pegawai tidak sesuai harapan si Bos dan sulit atau tidak lancar berkomunikasi saat dibutuhkan. Terlepas dari alasan-alasan teknis, misalnya kesulitan jaringan, kehabisan kuota atau yang lain.

Kecurigaan, lalu kekhawatiran dan akhirnya ketakutan akan terus menghantui si Bos menyangkut hal-hal kunci dan penting dalam perusahaan yang harus dilakukan si karyawan. Katakatan itulah semacam keamanan data dan informasi perusahaan yang bisa saja diperjualbelikan kepada pihak, pihak kompetitor misalnya. Ini menjadi masalah besar bagi si bos.

Apalagi kalau memastikan pelayanan kepada pelanggan oleh karyawan yang sangat mungkin akan terabaikan. Bisa saja pelanggan akan lari ke perusahaan pesaing karena merasa tidak terlayani secara baik dan prima oleh si karyawan. 

Sebab, mindset pelanggan tentang kepercayaan pada sebuah perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan portofolio yang dimiliki perusahaan seperti kantor yang repesesntasif atau pelayanan yang prima dari karyawan.

Semua ketakutan si Bos tidak boleh diabaikan, tetapi harus dikelola secara tuntas sehingga perusahaan tidak berat dalam kondisi ketidakpastian yang terus menerus.

Perubahan gaya manajemen, leadership style, corporate culture, dan sejumlah implementasi sistem manajemen termasuk performance management dan performance apprasisal system harus dilakukan perubahan yang mendasar sesuai perubahan yang ada. 

Kalau tidak, maka ketakutan si Bos yang terus menerus tidak menjadi baik dan produktif bagi jalannya perusahaan kedepan.

Ketakutan si Karyawan

Dibandingkan dengan si Bos, maka sesungguhnya ketakutan para karyawan sebagai akibat dari WFH ini jauh lebih besar dan tinggi, bahkan karyawan cenderung berada dalam tingkat stres yang besar. Karena dengan terus meningkatnya penyebaran virus corona, mendorong tingginya peluang ancaman PHK bagi mereka.

Ilustrasi WFH | Sumber : https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/15/work-from-home-policy-in-effect-at-major-jakarta-companies-over-virus-concerns.html
Ilustrasi WFH | Sumber : https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/15/work-from-home-policy-in-effect-at-major-jakarta-companies-over-virus-concerns.html
Penulis Beth Braccio Hering dalam artikelnya berjudul 4 Common Fears About Working from Home, mencatat 4 ketakutan para karyawan ketika mereka menjalan WFH :
  1. Pulled in Too Many Different Directions
  2. Won't be Able to Solve Problems from Afar
  3. Facing Loneliness or Isolation
  4. Career Stagnation

Sangat mungkin karyawan kuatir dengan menghadapi beragam directions yang berbeda-beda dari para bos di kantornya akan menjadi faktor penghambat untuk mencapai kinerja terbaiknya. 

Bahkan juga kekhawatiran mereka tidak mampu menyelesaikan problem yang harus dihadapi dalam pekerjaan yang diberikan. Ketakutan ini sangat wajar, karena akan menjadi ancaman bagi kelanjutan sebagai karyawan, baik karena produktivitasnya rendah, tetapi juga karena situasi sulit dan di layoff oleh perusahaan.

Bagi karyawan yang senang budaya kerja tim misalnya akan menjadi masalah tersendiri yang dihadapi karena dengan WFH dipastikan dia akan sendirian dan lama-lama merasa terisolasi dari dari fisik. Ini akan menjadi penyakit yang tidak boleh dibiarkan dan perlu disadari oleh si Bos.

Karier akan stagnan, menjadi fokus si karyawan dan tentu menjadi pertanyaan besar saat menjalankan WFH. Apakah kariernya akan terus naik atau berjalan ditempat saja dan bahkan menjadi kandidat yang siap ditendang ketika perusahaan berada dalam kondisi penurunan.

Ilustrasi Ketakutakan Karyawan WFH | Sumber :https://www.flexjobs.com
Ilustrasi Ketakutakan Karyawan WFH | Sumber :https://www.flexjobs.com
Inilah situasi serba dilematis yang sedang melanda wilayah pekerjaan dalam dunia usaha dan dunia industri. Situasi ini semakin sangat serius dan sangat mungkin akan terjadi seleksi alam yang sangat dahsyat yang akan membawa dampak yang hebat bagi setiap orang.

Artinya, mereka yang cepat menyadari, memahami serta proaktif untuk berubah menyesuaikan dengan dinamika tuntutan perubahan maka dia akan eksist dan terus berjaya, tetapi bagi yang harus terus menunggu, apalagi tidak berusaha berubah maka dipastikan akan menjadi kisah tragis yang dialami.

Yupiter Gulo, 24 Juni 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun