Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Rasa Haru Ketika Mimbar Gereja Pindah ke Rumah

22 Maret 2020   13:50 Diperbarui: 23 Maret 2020   11:40 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/anitasia.hulu

Revolusi Ibadah Gereja

Saya ingin memulai dengan mengatakan bahwa hari ini, Minggu 22 Maret 2020, merupakan simpul waktu yang "revolusioner" dialami oleh Indonesia, khususnya umat kristiani, sebagai respons positif sekaligus menyatakan tanggung jawab terhadap cobaan yang sedang dialami oleh negeri ini dari "hantaman" wabah virus COVID-19.

Ada beberapa alasan mengapa menjadi simpul waktu revolusioner bagi kehidupan umat kristiani yang harus disikapi secara proporsional memandang hidup di dimensi maupun perspektif masa depan yang baru.

Pertama, mendefiniskan ulang makna dari ibadah yang selama ini dilakukan secara rutin di gedung-gedung gereja di setiap hari minggu. Selama ini, hari minggu identik dengan harus ke gereja untuk beribadah. 

Seakan gedung gereja itu begitu sakral dan menyelamatkan jiwa manusia yang membutuhkan pertolongan dan keselamatan. Seakan hanya di gedung gereja lah umat bisa jumpa dengan Tuhan sendiri.

Itu sebabnya, orang yang tidak berada di gereja di setiap hari minggu akan merasa kehilangan momen berjumpa dengan Tuhan melalui ritual beribadah setiap minggu. 

Tidak hanya itu, juga akan menegaskan dan meneguhkan posisi kehidupan sosial di tengah-tengah komunitas umat sebagai bagian dari sebuah paguyuban yang terbangun itu.

Kali ini, pemahaman itu tidak lagi seperti itu. Ketika Gereja-gereja, yang pada umumnya akhirnya membuat keputusan strategis nan revolusioner, bahwa ibadah minggu ini, 22 Maret dan minggu depan 29 Maret 2020 akan diadakan di rumah masing-masing. Dan tidak lagi di gedung gereja seperti yang dilakukan selama ini.

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia yang memiliki anggota paguyuban atau persekutuan hampir 100 organisasi gereja atau Sinode Gereja, telah lebih awal melakukan sosialisasi akan ibadah dilakukan di rumah-rumah saja. Bahkan sebelum Gubernur DKI Jakarta memutuskan tentang keadaan darurat Covid-19 di DKI Jakarta, gereja-gereja sudah melakukannya.

Kendati ada perbedaan di kalangan gereja-gereja tentang keputusan ini, tetapi dipastikan sebagain besar melalukan ibadah di rumah. Paling tidak gereja yang ada di Jabodetabek.

Kedua, saat ini umat Kristen sedang dalam masa raya paskah, dan memasuki minggu Pra Paskah IV untuk 22 Maret 2020, dan ke V pada minggu 29 Maret 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun