Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pelajaran Mahal tentang "Compliance" dari Kasus Garuda Indonesia

6 Desember 2019   09:02 Diperbarui: 6 Desember 2019   20:46 9873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra.(KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA)

Di industri finansial dan perbankan misalnya, kepatuhan menjadi kunci yang mengikat segala proses manajemen yang dilakukan. Sehingga kepercayaan nasabah akan semakin terpelihara dan semakin kuat dari waktu ke waktu. 

Nasabah tidak lagi kuatir bahwa dananya tersimpan dengan aman dan nyaman disana. Tidak saja aman, tetapi juga memberikan hasil yang memuaskan untuk jangka panjang. 

Oleh kerananya, tindakan Menteri BUMN, Erick Thohir patut di apresiasi dengan dua jempol, karena dia sedang memberikan pelajaran kepada siapapun tentang kepatuhan itu. 

Tentang pemahaman bahwa compliance management pengikat semua hal yang ada di dalam perusahaan untuk mencapai kesuksesan yang maksimal.

Menerapkan kepatuhan oleh semua karyawan dalam perusahaan harus dimulai dari Top Executive nya dan bukan dara OB atau karyawannya. Seorang CEO atau BOC yang sangat patuh, sangat compliance, maka semua bawahannya akan mengikutinya.

Sebagai teladan dan role model. Tetapi sebaliknya, seorang CEO yang sangat longgar, tidak patuh dan sering menggunakan improvisasi di luar koridor GCG, maka perusahaan akan hancur pelan-pelan.

BUMN yang dimiliki negeri ini sebanyak 142 unit bisnis dengan total aset kelola an sekitar 8000 triliun rupiah, dengan jumlah karyawan jutaan orang, tidak bisa lagi dikelola dengan hanya rumusan GCG yang sangat indah di atas kertas dan disimpan dalam lemari besi. Tetapi yang dibutuhkan adalah tangan kuat para CEO dan Komisaris atau BOC dibutuhkan untuk mendorong semua orang compliance.

Apalagi PT Garuda Indonesia yang sudah Go Public sejak 2011, harusnya semua rumusan GCG dilakukan secara taat dan konsisten. Tetapi nampaknya hingga kini tidak berubah. 

Lihat saja harga saham Garuda di Bursa Efek Indonesia, yang ketika di IPO yang berharga Rp 650 per lembar, hingga hingga juga tidak pernah lagi melewati angka itu. Paling banter bergerak disekitar harga Rp 400-an, dan melorok ke angka Rp 200-an rupiah.

Nampaknya Garuda belum bertobat. Misalnya saja kegagalan IPO pada tahun 2011 dimana saat IPO hanya terserap sekitar 35% sahamnya, atau undersubscribed, sehingga konsorsium underwriternya kerja keras menalangi sisanya 65%. 

Sebab investor tidak memiliki kepercayaan yang tinggi kepada garuda ini sebagai perusahaan plat merah milik pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun