Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah 74 tahun Merdeka, Masih Bertanya "Apakah Betul Kita Bersaudara?"

23 Agustus 2019   16:10 Diperbarui: 24 Agustus 2019   11:38 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keragaman negeri ini merupakan anugerah Tuhan yang mungkin tidak dimiliki oleh negara lain. Lihat saja fakta yang ada, Indonesia terdiri dari sekitar 17.000 pulau, 516 kabupaten dan kota, 34 provinsi, 714 suku yang berbeda-beda, dan 1.100 lebih bahasa lokal, bahasa daerah.

Sebab, bicara Indonesia berarti bicara keragaman yang kaya itu. Dan bukan bicara hanya satu suku, juga tidak bicara hanya satu agama, satu keyakinan dan faktor-faktor lainnya.

Menjadi sangat kontroversial, ketika pengakuan keragaman itu dipertontonkan oleh seluruh pemimpin tertinggi di negeri ini, sementara itu muncul pelecehan terhadap kelompok lain, penghinaan, persekusi dan bahkan rasisme yang sangat bertentangan dengan kisah merdekanya bangsa ini.

Apakah betul kita masih bersaudara?

Pertanyaan ini menjadi sangat strategis, ketika pihak dan kelompok lain seakan tidak suka dan tidak menerima pihak lain. Yang diperlithatkan dengan ujaran yang rasis, menghina, dan melecehkan. Bukan saling mensupport dan memberdayakan, tetapi hendak menghancurkan.

Ketika satu orang tokoh atau satu kelompok yang merasa paling benar dan menganggap yang lain salah, tidak segan untuk menyakiti dan menghancurkan. Disana tidak ada lagi kata maaf memaafkan, karena itu hanya milik mereka yang satu kelompok. Lalu kita bertanya, apakah kita masih bersaudara?


Kalau masih bersaudara, seharusnya perilaku, tutur kata dan sikap dalam hidup bersama dalam komunitas kebangsaan, maka disana ada saling mendukung, saling memaafkan, saling mengoreksi, saling menuntun dan saling berkolaborasi bersama.

Kalau kita masih bersaudara, lalu mengapa kita saling mencurigai, mengapa kita saling kepo-in keyakinan dan kepercayaan masing-masing, mengapa harus menistakan keyakinan sesama anak bangsa, dan mengapa kita tidak sama-sama menghargai dan mendukung agar melakukan dan menjalankan keyakinan masing-masing dengan benar.

Setelah 74 Merdeka, masihkah kita bersaudara?

Memang menjadi perenungan yang sangat menyakitkan, ketika usia kemerdekaan republik ini sudah memasuki ke 74 tahun, masih kita masih bersaudara?
Menyakitkan, karena sejarah perjuangan bangsa ini telah mengajarkan kita bahwa kemerdekaan direbut dengan keragaman negeri ini. Semua terlibat menjadi sumberdaya bersatu membuat Indonesia 74 tahun silam menjadi bebas dari penjajahan bangsa lain.

Para pejuang kemerdekaan yang sebagian besar sudah meninggal dunia, pasti sangat kecewa melihat perilaku anak-anak jaman sekarang yang mengisi kemerdekaan negeri ini dengan kepentingan sendiri, kepentingan kelompok masing-masing. Dan cenderung untuk tidak segan-segan mengabaikan, bahkan menghancurkan orang lain  demi kepentingan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun