Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Abdul Somad Menjawab, Mengakui tapi "Tak Merasa Bersalah"

20 Agustus 2019   20:32 Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:11 3364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustad Abdul Somad (tengah) Bangga mengenakan Upiah Karanji Gorontalo. (KOMPAS.COM/HUMAS PROV GORONTALO)

Pertanyaan yang menarik untuk di jawab dengan beredarnya video ini, apakah seorang UAS bisa memiliki empati terhadap umat yang merasa tersinggung, terlecehkan bahkan merasa terhina dengan isi ceramahnya itu?

Bukan lagi menjadi pertanyaan siapa yang mengedarkannya. Tetapi fakta bahwa itu sudah beredar, dan diketahui oleh semua orang, dan dampaknya seperti demikian.

Seorang tokoh keagamaan yang memiliki empati dan harus memiliki empati terhadap sesama dan orang lain, mestinya bisa meresapi perasaan orang lain. Dan kalau dia merasakan sakitnya hati sesame, harusnya dia juga mampu menyembuhkannya.

Bukan dengan cara terus membela diri, mencari kambing hitam, tetapi berempati kepada mereka yang tersakiti atas ujaran yang disampaikan, walaupun itu di dalam ruang tertutup diungkapkan, tetapi telah keluar di ruang terbuka.

Menarik sekali mencermati sikap dari seorang UAS, karena dia merasa tidak bersalah. Dan karenanya, dipastikan dia tidak peduli dengan perasaan sesama yang merasa terluka dan tersakiti.

Pembelaannya hanya karena ceramah itu disampaikan dalam ruang tertutup, dan tidak bermaksud melecehkan apalagi memecah kesatuan bangsa, rasanya tidak lagi nyambung dengan situasi yang ada dengan beredarnya video itu.


Memang, menjadi tokoh agama yang disegani tidak mudah memiliki kerendahan hati untuk menghargai orang lain yang sudah tersakiti secara spiritual. Akibatnya, bukan menanan kedamaian tetapi menanam "kebencian" yang akan memperanakkan permusuhan dan pertentangan.

Semoga UAS semakin bijaksana dalam memberikan tausiah dan ceramah didepan umat, walaupun itu dalam ruang tertutup, tetapi bukan alasan untuk lalu mencederai hati dan perasaan orang lain.

Demi Indonesia yang maju dan berkembang dalam kekayaan kemajemukan dan keragaman. Merdeka !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun