Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Topeng-Topeng Pemimpin yang Miskin Integritas

14 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 14 Mei 2019   22:47 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak kisah terjadi, seorang pemimpin membicarakan kejelekan karyawannya, tanpa dia tahu bahwa disitu ada karyawan yang sedang dibicarakannya. Dan ketika dia tahu kemudian, dia tampak sangat bingung dan terkejut dan bertanya apakah karyawannya telah mendengarnya.

Topeng-6: Topeng Mahir 

Banyak pemimpin yang mengenakan topeng ini, dengan berusaha menyembunyikan ketidaksempurnaan penampilan mereka demi citra yang di poles. Mereka di make-up habis-habisan sehingga tampil menjadi menarik dan hebat seperti yang diharapkan oleh pengikutnya

Pemimpin yang menggunakan topeng pencitraan ini sebagai konsekuensi dari tuntutan atau harapan yang diciptakan masyarakat membuat mereka merasa biasa-biasa saja dan tidak memadai. Dan untuk itulah mereka merasa tidak nyaman dengan kulit mereka sendiri sehingga mereka mencoba untuk mengukur dan bahkan mungkin menggunakan metode yang tidak etis untuk menyesuaikan diri sesuai harapan publik.

Dalam praktek, contoh sederhana yang sering muncul adalah seorang calon pemimpin yang memiliki berbagai gelar akademik yang hebat, misalnya MBA, MM atau bahkan PhD atau Doktor. Namun setelah dicek dan dipersoalkan ternyata dia tidak memiliki bukti untuk menyandang gelar-gelar itu semua.

Topeng-7: Konformis atau Topeng Shape-Shifter

Pemimpin yang mengenakan topeng ini tidak terlalu senang dengan perubahan yang mengganggu kepentingan mereka, bahkan tidak segan-segan untuk menekan dan membungkam para manejernya agar semuanya mendukung status quo atau kepentingan istimewanya.

Pengguna topeng ini dipastikan tidak terlalu perduli dengan kepentingan karyawan ketimbang kepentingan dan hakl-hak istmewanya dalam sebuah organisasi. Jadi, semua gayanya akan akan selalu disesuaikan shape-shifter dengan hak istimewanya.

Menggunakan topeng kompromis berarti bermain aman-aman saja untuk mempertahankan posisi dan hak istimewa mereka. Mereka hanya mengikuti perintah dan tidak memancarkan loyalitas kepada karyawan. Tentu ini sangat merugikan karena mendemotivasi bekerja untuk seorang manajer yang tidak membela tim mereka. Jika Anda melakukan kesalahan, mereka dengan cepat berubah menjadi hakim, juri, dan algojo. Sulit merasakan gairah kerja untuk suatu pekerjaan ketika Anda mengalami hal ini.

Dunia yang sekarang ini semakin transparan karena di warnai oleh kemajuan dibidang teknologi informasi dengan era media sosial yang sangat intens dan masif menyentuh semua lapisan masyarakat dimana saja, di mana kehidupan pribadi dan profesional para pemimpin sering kali terjalin secara transparan, dan topeng yang dikenakan dapat terlihat dengan terang benderang.

Persoalannya adalah apabila seorang pemimpin mengalami situasi dimana kepercayaan publik sudah hilang, maka seringkali sulit diperoleh kembali dengan utuh dan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun