Mohon tunggu...
Yunita Nurul Aeni
Yunita Nurul Aeni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Akuntansi

Bukan penulis, tapi ingin menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ya Sudahlah!

15 Agustus 2020   12:29 Diperbarui: 15 Agustus 2020   12:46 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat malam, Del. Sorry nih ganggu. Aku mau minta uang yang bulan lalu kamu pinjam nih, sorry banget ya. Soalnya lagi butuh banget buat bayar kos. Udah ditagih sama Bunda. Kalau besok atau lusa kira-kira kamu bisa usahain nggak? Makasih ya," sent!

Kukirim pesan itu ke teman satu organisasiku di kampus, Della. Menagih sejumlah uang yang sempat dipinjamnya beberapa waktu lalu. Bukan apa-apa, memang Bunda -panggilan untuk Ibu kosku- tidak pernah menagih pembayaran kos meskipun sudah jatuh tempo. Akan tetapi, tak enak rasanya menunda pembayaran lagi sementara Bunda sudah begitu baik seperti ibu pengganti di perantauan ini.

Kembali kulihat ruang pesan temanku ini. Centang biru tanpa balasan. Ahhh. Haruskah aku mendatanginya dan menagih langsung? Tak enak hati aku melakukannya. Mungkin bagi sebagian orang itu bukan seberapa. Tapi ... aku butuh. Honor parttime-ku belum turun juga. Sementara uang beasiswa juga perlahan menipis.

"Duh ... mungkin besok aku harus menemuinya," pikirku.

****

Keesokan harinya, selesai kelas aku bersama kedua temanku, Nay dan Ziva, menuju foodcourt kampus, sekadar membeli minum sembari menunggu kelas selanjutnya. Ah! Kebetulan sekali, kulihat Della tengah berbincang-bincang dengan teman-temannya.

"Eh, pesenin minum dulu, ya, yang biasa. Aku ada urusan bentar," pamitku pada kedua temanku.

"Okee. Mau kemana emangnya?" tanya Ziva.

"Nemuin Della bentar," jawabku seraya melangkah menuju meja yang ditempati Della dan teman-temannya.

"Hai, sorry ganggu. Boleh ngomong bentar nggak, Del?"

"Eh, hai. Boleh, kok! Ngomong aja disini," balasnya seraya tersenyum. Ah, memang dia gadis yang terlihat menyenangkan.

"Emmm, boleh di tempat lain nggak? Sebentar doang, kok. Nggak enak ini ngomongnya, hehe," balasku canggung. Siapa pula yang sampai hati menagih hutang di depan orang lain? Maka mengajaknya ke tempat yang lebih sepi mungkin lebih baik.

"Urgent banget, ya? Udahlah sini aja gapapa," jawab Dell.

Duh! Baiklah, toh ini juga permintaannya.

"Emm, nggak sih. Aku cuma mau bilang yang aku chat semalem. Jadi aku mau minta u..."

"Eh, iya! Aku lupa," belum selesai aku bicara, interupsi Della menghentikanku.

"Bentar ya gaes! Yuk, Sya!" lanjut Della seraya menarik tanganku menjauh dari teman-temannya.

Ke toilet khusus wanita ini Della membawaku.

"Aduh, Sya! Masa iya kamu nagih di tempat umum gitu? Sengaja banget ya? Bakal aku bayar kok!" ucapnya padaku terlihat kesal.

"Sengaja gimana, sih? Kan tadi aku ngajak kamu pergi bentar biar temenmu nggak denger. Lagian semalam aku udah chat kamu loh, Del. Kamu read doang. Ya akhirnya aku bilang langsung, lah!" sahutku merasa kesal juga dengan tingkahnya.

"Ya nggak gitu juga dong, Sya. Lagian cuma empat ratus ribu doang, besok-besok aku bayar! Nggak usah malu-maluin orang sampe ditagih di depan temenku!"

Empat ratus ribu doang! Ya Tuhan! Lupakah dia saat memelas meminjamnya? Ternyata memang ada rupanya orang yang ditagih lebih galak dari yang menagih. Aku pikir hanya di meme saja!

"Astaga, Della! Yang mau malu-maluin kamu itu siapa? Toh aku juga minta balik uangku secara baik-baik karena memang aku sedang butuh! Ya, sorry to say, aku nggak 'sekaya' kamu yang menilai empat ratus itu 'cuma'. So, kapan kamu bisa balikin? Yakali 'cuma' segitu segitu nggak bisa usahain," balasku menekankan kata 'cuma'. Geram sekali rasanya.

"Oke, besok aku transfer! Tunggu aja!" sahutnya keluar dari toilet.

Hah! Untung tidak ada orang di toilet.

Akhirnya aku kembali ke foodcourt menghampiri Nay dan Ziva.

"Lama amat, Bu! Cair tuh esnya," sambut Nay saat aku baru duduk dikursiku.

"Heem, ngapain aja, Sya?" sambung Ziva.

"Hehe, sorry. Nggak kok, urusan organisasi tadi," alibiku.

Hhh, sudahlah. Tunggu saja, barangkali besok memang Della akan transfer uangnya.

****

Sudah dua hari sejak aku menagih Della. Kalian pasti berpikir dia belum mengirim? Tepat sekali!! Sepeser pun belum ditransfer seperti janjinya. Ya Tuhan!

"Bunda, Asya bayar satu bulan dulu ya. Yang dua bulan nunggu lagi, hehe. Honor Asya belum turun soalnya," ucapku pagi itu seraya menyerahkan amplop kepada Bunda.

"Oalah, Nduk. Nggak papa. Kalian semua masih betah disini aja Bunda seneng. Rame! Hehe,"

Itulah Bunda yang selalu menyemangati kami.

"Makasih banyak, Bunda. Asya pamit ke kampus ya, Bun," pamitku pada Bunda.

Sesampaiku di kelas, seperti biasa beberapa anak sudah duduk di kursi mereka.

"Pagi, Sya!" sapa Nay yang terlihat sibuk dengan gawainya.

"Pagi juga, Nay. Pagi-pagi udah main Ig aja," sahutku seraya duduk disebelahnya.

"Halah, bentar lagi kamu juga paling buka Ig," balas Nay.

Hmmm. Kuabaikan Nay, lantas membuka gawaiku. Berharap ada notifikasi m-banking dari tempat parttime atau mungin dari Della. Hah! Cari duit kemana lagi coba?

"Eh Sya! Btw si Della temen organisasimu tuh asik banget ya kayaknya. Nih temennya posting kemarin katanya ditraktir nonton sama makan, gila sih!" ujar Nay tiba-tiba seraya menunjukkan postingan itu padaku.

'Asik katanya? Ya Gusti!!! Nggak tahu diri itu namanya!'

Ingin sekali kuteriakkan itu. Kutelungkupkan kepalaku di atas meja. Sudahlah!

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun