Mohon tunggu...
Yunik Channel
Yunik Channel Mohon Tunggu... Guru / Instruktur senam

Tetaplah berbuat baik dan jadilah manusia yang berguna minimalnya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Takdir yang Lain

11 Agustus 2025   16:55 Diperbarui: 22 Agustus 2025   15:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contoh senyum iri https://share.google/images/D32jdnFP8woMynH9U

Sepuluh tahun mengabdi disekolah deket rumah. sungguh sangat kebetulan pada saat itu kaka kelas dikampus mengajar di dua sekolah tersebut dan akulah penggantinya, karna beliau menikah dengan tentara dan harus berpindah mengikuti suami. Berawal dari mengajar di SMK swasta dan di SMP negri aku mampu menyalurkan ilmu yang didapatkan dan terus berinovasi dalam hal mengajar para murid. bagi guru  mata pelaran sangat lah mudah pembagian wktunya apalagi salah satu sekolah ada shif siang. 3 hari di SMP dan 3 hari SMK.

saat itu dibuka test CPNS dan usiakupun sangat memenuhi syarat untuk mengikuti Test CPNS. dua sampai tiga kali test yang aku ikuti, hasil yang didapatkan masih nihil. tuhan belum memberikan kesempatan padaku untuk menjadi PNS. kemudian ada test berikutnya Test sertifikasi, test ini pun sama aku harus mengikutinya 2x hingga yang ketiga barulah dinyatakn lulus. dan terakhir ini ada lagi test cpns tapi PNS PPPK pendidikan. akupun mengikutinya 4 kali. 

Ya Allah sudah sangat sabar diri ini, sedih dan sakit saat test ketiga teman temanku lulus berbarengan. didepan mata mereka terus membahas dan berkumpul tentang kelulusannya. disana ada bebrpa temanku yang masuk ke sekolahtersebut di bawahku sebutlah saya itu seniornya mereka. satu ketika ketika makan bersama satu meja kita melingkar dan disitu mereka membicakan aktifitas pengangkatan mereka. aku diam dong. kan dengan telinga tetap terbuka mendengarkan cerita seru mereka. aku senyum senyum seolah membayangkan aku ada didunianya. memang sih iri, meangsih jengkel, berasa hati ini luntur setengah tiada daya dan merasa malasa berada dilingkungan tersebut. ditambah lagi mereka berphoto bersama dan dipajangkan di masing maisng meja. ya ampun aku tidak ada dilingkungan mereka padahal aku senior, padahal aku aktif. Astagfirullah aku jd punya pikiran sombong dan  iri seperti ini.

sela itu aku tetap berusaha menormalisasikan kesaadaan dan menguatkan diri ini untuk tetap tegar dan berdoa mungkin ada jatah dari tuhan setelah ini. 

seiringnya waktu dibuka lagi lowongan test PNS PPPK dan kali ini aku masih belum lulus juga, dan cobaan ini masih terus tentang hati dan pikiran untuk menjauhkan diri dari iri dengi. test kali ini aku bersama suamiku dudu berdampingan, jalan beriringan saat test dan hasilnya. Ya allah antara sedih dan bahagia. suami test PNS yang kedua ini hasilnya lulus, padahal dirinya mengajar di sekolah negripun baru, aku yang masih terbilang senior. harus sedih atau bahagia?
akupun campur aduk antar menerima kenyataan saya masih belum lulus dan lebahagiaan ada pd suami. dan akupun harus turut berbahagia, tapi hati ini masih sulit.

hati ini masih merasakan yang kemain dan skrg harus merasakan lagi, walaupun posisi itu suami sendiri. aku sadar, aku punya penyakit hati, aku sadar aku memimiliki iri dan dengki, akupun sadar hati ini kotor dan ada serbuk kebencian serta kesombongan. tapi akupun sadar aku semakin mengucilkan diri ini, menyalahkan diri ini, merasa sangat bodoh. pikiran negatif pun selalu menyelimuti. 

aku coba untuk menormalisasikan hati, berfikir positif, membersihkan hati, mulai menghapuskan luka sedikit demi sedikit. mulai mendekatkan diri pada Allah, mulai dan mulai sedikit demi sedikit menguatkan hati. meminta maaf pada Tuhan bahwa aku munafik tidak mau menerima kenyataan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun