Mohon tunggu...
Boarneges
Boarneges Mohon Tunggu... Profesional -

"Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berita Sampah Jurnalis Maya

10 Januari 2018   22:43 Diperbarui: 10 Januari 2018   22:56 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibarat kerbau beringus dengan simpul di hidung, kini nyalimu menjadi hangus, terbentur kepentingan redaktur dan majikan dibelakang kursi yang terjilatnya. 

Catatan,  pena, kamera buram dan sejengkal alat rekam keluaran baru. Multifungsi. Hanyalah penghias sandiwara atas fakta yang dibolak balik. 

Ketika catatanmu dan berita yang terbit kemarin. Aku membacanya subuh ini. Tak lain yang kubaca hanyalah seonggok sampah dengan baunya. 

Sampah dari dinding-dinding sosial media yang kau kumpul jadi berita. Dan subuh ini kau suguhkan padaku. Pada khalayak yang sebagianya berotak palu. Taunya hanya memukul. 

Sejarah hanyalah kenangan. Ketika merayakan keabadian dalam peringatan ulang tahun dan panjang umur kedangkalan di kepala kau dan beritamu. 

Judul-judul yang kau pampangkan bermata kail. Memancing minat baca atas sampah di dalamnya. Satu,  dua,  tiga paragraf,  jadilah. Prestasimu adalah jumlah Like,  Komentar dan jumlah Share. Tak ada selain itu. 

Pelintir demi pelintir sengaja kau buat gaduh. Ayam memperkosa betinanya pun, kau anggap ajaib, baru saja aku baca karena judulnya mengailku. 

Ketika hoax sedang bersandiwara. Kaupun berperan serta. Kau biarkan kolom-kolom komentarmu dengan caci maki dan hasutan. Ah,  kaupun sekali-sekali menghasut. Demi ratingmu dan segepok duit iklan. 

Seandainya saja kau kembali. Pada jati diri legenda dalam nostalgia kebenaran. Menjadi garda suara rakyat. Menjuangi keluh peluh derita kaum bawah. Seandainya saja. 

Aku membaca sampah subuh ini. Bersama kopi nikmat dan sebatang rokok filter. Kombinasi rasa yang jujur. Setelahnya aku membuang sampah kau ke tong-nya. 

Teruskan saja lakumu. Daripada kau tak makan dan lama kaya. Kerbau beringus dibawah ketek politik sang tuan 'koran harian maya'. Kau kini hanyalah sampah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun