Bicara tentang pendidikan seringkali orang mengaitkannya dengan nilai raport dan ranking kelas. Faktanya nilai tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur kualitas anak di sekolah. Karakter dan soft skill yang berperan besar terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Pendidikan berkualitas adalah yang berhasil memadukan antara komunikasi, kemampuan berpikir kritis, empati dan karakter
Sebuah tantangan besar yang dihadapi oleh kurikulum pendidikan jaman sekarang. Sebuah gambaran saja, pendidik dituntut untuk kreatif, sedangkan anak didik butuh perhatian besar, sementara itu ada wali murid yang terlalu kritis (atau malah sebaliknya terlalu pasrah) sama guru sehingga terjadi kesenjangan didikan antara perilaku di sekolah dan di rumah.Â
Pengalaman saya sebagai pengajar PAUD bisa menilai bagaimana didikan anak di rumah dilihat dari caranya bersikap dan bersosialisasi dengan teman dan guru. Ada anak yang saatnya belajar malah berlarian. Sulit diatur. Begitu didekati, diajak bicara dari hati ke hati, ternyata nurut. Bahkan saat diberi tugas Ia duduk anteng dan mengerjakan sampai selesai.Â
Bener banget yang disampaikan oleh Ibu Fitriana, Guru SDN SukaPura nol satu bahwa guru selain menyiapkan bahan ajar juga merangkap sebagai psikolog. Jadi selain mikir belajar apa kita hari ini, juga mencermati perubahan sikap yang terjadi pada anak. Bukan mau kepo tapi semacam tanggung jawab moral guru memastikan anak baik-baik saja.
Kenapa tiba-tiba saya menulis tentang pendidikan? Karena Saya ingin mencoba memahami situasi pendidikan negara ini dalam menghadapi tantangan abad 21. Jujur nih ya, melihat anak sekolah sekarang itu santaaaai kayak di pantai. Gak ngerjakan PR. Belajar apa lagi? Berlama-lama memegang gawai. Tiap kali saya tanya, jawab mereka selalu sudah ngerjakan di sekolah. Ada juga yang bilang begini, "ada PR dikerjakan, gak ada PR ya ngegame"
Lama saya memendam pertanyaan sebenarnya kurikulum pendidikan sekarang maunya apa sih? Kalau bukan nilai, parameternya apa?
Sebuah talkshow yang saya hadiri bertajuk Pendidikan Bermutu Untuk Semua: Siap Hadapi Tantangan Abad 21 di sebuah ruangan di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Surabaya beberapa hari lalu menjawab penasaran yang selama ini saya pendamÂ
Disampaikan Ibu Rahmawati, Kepala Pusat Asesmen Pendidikan Kemendikdasmen, bahwa ada yang namanya siklus pendidikan yang digunakan untuk ujicoba kurikulum dengan harapan mendorong perilaku belajar dan mengajar guru di kelas. Diibaratkan anak yang sedang mengejar cita-cita, guru perlu membuat stimulasi bagaimana cara mencapainya, dan dibuatlah sebuah kurikulum. Dari kurikulum itu akan dilihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalannya.Â
Selanjutnya diperlukan Tes Kemampuan Akademik untuk melihat potensi mereka. Tes ini tidak sekadar mengejar nilai semata, tetapi untuk mengetahui kemampuan dan potensinya
Oh, saya jadi mengerti sekarang, ternyata dibalik kebebasan belajar masih ada sertifikasi akademik untuk anak didik. Seberapa paham mereka mengerti materi sekolah, seberapa peduli mereka menghadapi lingkungan sosial, dan sebagainyaÂ