Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

In Memoriam Pak Sadik

12 Juli 2019   14:42 Diperbarui: 13 Juli 2019   06:59 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak Sadik Hadi Prayitno, yang familiar disebut pak Sadik, adalah guru olahraga SMP Negeri 1 (satu) Karanganyar, di kecamatan Karanganyar, kabupaten Karanganyar, provinsi Jawa Tengah. Lebih tepatnya mantan guru olah raga. Beliau sepertinya lahir pada tahun 1940. Artinya barangkali pada tahun-tahun mendekati 2000, pak Sadik kemungkinan besar sudah pensiun. Saya pernah diajar beliau pada tahun 1990-1991 yaitu saat kelas 3 (tiga) SMP. Pada hari Jumat Legi, 05 Juli 2019 (2 Dzulqaidah), pak Sadik meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun (to God we belong to God we return). Banyak beredar di Whats App Group (WAG) smp siji -sekolahan kami- ucapan belasungkawa dan doa-doa yang memohonkan agar semoga beliau husnul khatimah, untuk itu mari kita amin-kan:  aamiin ya robbal alamien.

Beliau meninggalkan 3 (tiga) orang putri -saya lihat dari berita duka yang beredar di WAG. Yaitu mbak-mbak sebagai berikut: Sri Winarni, Tri Budi Utami, dan Titiek Yuniati. Saya kurang tahu nama puteri beliau yang mana, tapi ketika beliau berangkat sekolah ke SMP satu dulu, biasanya sambil memboncengkan salah satu putrinya. Putri beliau tersebut adalah kakak kelas saya satu tingkat. 

Sebenarnya beliau itu orangnya humoris, hanya kalau merasa ada yang murid berbuat seenaknya -atau malah menyepelekan peraturan sekolah- maka akan beliau tindak. Humoris terlihat ketika saat senam pagi dimulai, pak Sadik memberi aba aba dengan microphone beserta loudspeaker (bisa jadi mereknya TOA) agar siswa/ i bersiap kemudian joke yang sering diulang ulang adalah "salah satu, salah dua, salah tiga". Misalnya salah satu siswa diharap meluruskan barisan, lalu beliau lanjut: Tidak hanya salah satu, kalau bisa salah dua, salah tiga, ikut meluruskan barisan. Kemudian joke soal promosi dari penjual "lincak" (kursi orang jawa di pedesaan yang ditaruh di depan rumah, terbuat dari bambu) yang bersuara: Ayo tuku lincak, lincak .... padahal arti kata "lincak lincak" -yang dibaca secara cepat- adalah melonjak-lonjak

Beliau pernah dan sepertinya suka untuk memberi teka-teki ke siswanya. Misalnya pas kami kelas 1 (satu) pak Sadik jalan bareng dengan kami dari lapangan belakang DPRD Karanganyar ke sekolah. Sebenarnya guru OR kelas kami waktu kelas 1 (satu) adalah pak Winarso. Tapi beliau berjalan beriringan dengan barisan kami. Beliau memberi teka teki, "Antara besi 1 kilogram sama kapas 1 kilogram lebih berat mana". Bagi kami yang pernah mendapat pertanyaan sewmacam itu dengan cepat menjawab, "Sama saja pak!". Ternyata pak Sadik pakai logika lain, "Coba aja kamu cemplungin besi ama kapas ke sungai -beratan yang mana hayo ...". Kami yang masih SMP jadi terkesima. Logika kami jadi terkoreksi dengan sendirinya hehehe. Meskipun beberapa belas tahun kemudian kami baru tahu, cara menjawab hal tersebut adalah perbedaan antara berat jenis dan massa jenis.

Teka-teki berikutnya. Saat kami kelas 3 (tiga) dan bulan puasa. Jadi guru OR masuk ke kelas -tidak di lapangan. Kami di ruang kelas 3A saat itu. Beliau memberi pertanyaan lagi, yaitu (1)Kamu merasa gak kalau pernah makan batu? Kemudian pertanyaan ke-(2) Mengapa lomba lari marathon dihitung jaraknya sebesar "42,195 kilometer" padahal angka 0,005 km pengaruhnya sangat kecil --ngapain tidak dibulatkan saja (misalnya menjadi 42 kilometer sahaja.  

Untuk soal pertama, ternyata jawaban untuk soal nomor satu adalah, kami suruh lihat "alat pendemplok cabe biar jadi sambal" -namanya lumpang kalau tidak salah (in Javanesse). Yang untuk menumbuk bumbu juga. Kata pak Sadik: Coba bandingkan lumpang waktu kamu masih kecil, sama besarnya (atau sama lurusnya) apa tidak. Berbeda kan. Itu artinya, kita sedikit demi sedikit makan batu.

Untuk jawaban kedua, mengapa lomba lari marathon dihitung jaraknya sebesar "42,195 kilometer" kok tidak 42 kilometer saja. Jawab pak Sadik (kurang lebih), "Karena kita pakai satuan kilometer. Sebenarnya aslinya adalah 138.435 kaki, atau 46.145 yard. Angkanya bulat kan.... Namun kemudian kita terjemahkan ke kilometer, yang menjadi 42,195 kilometer."

Soal teges-nya beliau, saya saksikan bagaimana ketegasan pak Sadik itu muncul saat menjaga upacara. Saya pernah keconangan sekali.

Suatu saat saya terlambat upacara. Di luar gerbang ketemu teman sekelas, si Jayus (nama lengkapnya Aquarius Wahyu Budiantoro Sutowijoyo --almarhum tahun 2014 seingat saya). Agar bisa masuk kami melompat pagar atau dinding yang sebelah mushola sekolah. Sampai di bawah, ajaib, sudah ditunggu sosok tinggi, ramping, bertopi, yaitu pak Sadik tersebut.

Kami diinterogasi sebentar. Ternyata pak Sadik kenal dan tahu rumah Jayus ini. Setelah ditanya macem-macem, kami diperbolehkan ikut upacara. Sesudah kami lompat, beberapa anak juga nyoba masuk lewat jalur "istimewa" ini, dan lagi-lagi ketangkep pak Sadik. Peristiwa kedua, pak Sadik ini mungkin menekankan kedisiplinan ke murid-muridnya. Kegiatan senam juga beliau awasi. Pernah waktu kita kelas 1 (satu), yang cewek-cewek senam disuruh mengulang sama beliau, sementara yang cowok dianggap "lulus" jadi gak senam lagi.

Terakhir, ada kejadian unik pas kami mengikuti pelajaran baris berbaris. Masih di bawah supervisi pak Sadik selaku guru olah raga. Yaitu belajar menghitung jumlah pasukan atau barisan. Saya kalau mengingat hal ini sering tertawa sendiri. Ceritanya pak Guru selaku pemimpin pasukan dan memerintah anggota pasukannya. Bapak Sadik memberi komando: Berhituuunnnngggg .... Lalu teman saya (sebut saja si Edi Budi) menjawab: Satu! Sebelahnya (kalau tidak salah Asih Kusuma) bilang, "Dua!" dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun