Mohon tunggu...
Yunadi Ramlan
Yunadi Ramlan Mohon Tunggu... -

Dibesarkan di pinggiran jakarta, sekarang aktif menulis di kaki Gunung Ciremai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peristiwa 11 September, Merenungi Nasib “GNCM"

15 Oktober 2013   11:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah lebih dari 3 tahun lampau dicanangkan Tahun Kunjungan Museum oleh Menteri Budaya dan Pariwisata saat itu, Jero Wacik. Program ini dicanangkan 31 Desember 2009 untuk meningkatkan jumlah wisatawan baik domestik maupun asing.Selain itu pencanangan tersebut bertujuan sebagai penguat program revitalisasi museum.

Program Tahun Kunjungan Museum sebenarnya diharapkan menjadi momentumawal GERAKAN NASIONAL CINTA MUSEUM (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun mulai 2010 -2014. Sekali lagi, pemerintah berharap mampu mewujudkan museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Agar terlaksana dengan baik, maka daerah yang menjadi prioritas program tersebut sudah ditentukan, yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara.

Gerakan Nasional Cinta Museum menjadi tonggak untuk menjaga tiga pilar utama permuseuman di Indonesia, yaitu :

1. Mencerdaskan kehidupan bangsa

2. Kepribadian Bangsa

3. Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara

Program ini jelas menjadi harapan besar bagi masyarakat yang membutuhkan informasi kesejarahan dan kebudayaan bangsa, menjadi harapan besar masyarakat yang ingin memiliki tempat wisata yang “menarik dan informatif”. Namun bagaimana pelaksanaannya?

Masyarakat pun berbondong-bondong mengunjungi museum. Para pejabat di lingkungan permuseuman bisa berbangga hati dengan meningkatnya jumlah pengunjung museum, jumlah pengunjung di beberapa museum mengalami peningkatan. Contohnya pengunjung Museum Negeri Sumatera Utara, terhitung Januari hingga Mei dari 27.798 pengunjung di tahun 2009 grafiknya meningkat menjadi 42.145 di tahun 2010.

Tidak hanya kenaikan jumlah pengunjung, sebagian dari museum pun mamp menata diri. Contohnya adalah Museum La Galigo di Makassar yang terdapat di dalam Benteng Ujungpandang, Sulawesi Selatan. Museum ini ditata dengan menurut tematiknya. Kemudian pengunjung mendapatkan suguhan menarik dari berbagai koleksi budaya berdasarkan tema sejarah Benteng Rotterdam, kebudayaan dan lintas peadaban, pola perkampungan serta adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan yang teridiri dari pedalaman agraris, pesisir atau bahari, pertumbuhan dan perkembangan kota, hingga simbol kekuasaan dan kekuatan.

Menurut Intan Mardiana (Direktur Museum Di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatis, sebelum berpindah ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), pada saat mengunjungi Museum Manusia Purba 16 Februari 2012 lalu, ia menyampaikan, “Dari 275 museum yang ada dari Sabang sampai Merauke saat ini, baru 30 museum yang direvitalisasi fisik dan manajemennya. Padahal, menurut Intan, ada enam aspek revitalisasi yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali museum-museum tersebut.”

Kemudian ia melanjutkan, "Untuk revitalisasi manajemen, pemerintah pusat telah melakukan pendidikan dan latihan serta bimbingan teknis kepada Sumber Daya pengelola museum. Artinya pemerintah juga melakukan revitalisasi manajemen museum agar mampu menata museum dengan baik sehingga menjadi menarik. "Roh museum itu kan berada di koleksinya, jadi pengelolanya benar-benar harus mengerti bagaimana menatanya. Terlebih lagi museum itu tidak untuk menarik keuntungan," ujar Intan Mardiana.

Perlu digarisbawahi di sini. Selama 2 tahun pencanangan programTahun Kunjungan Museum, berarti baru mencapai 30 museum atau sekitar 11 persen dari jumlah museum yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Kalau angka ini dibagi rata, berarti 1 tahun adalah 5,5 persen. Dalam lima tahun baru mencapai 27,5 persen sampai 30 persen dari total museum yang direvitalisasi.

Begiyu juga mengenai SDM, walaupun Pemerintah tepat dalam usahanya meningkatkan kualitas SDM si pengelola museum. Kejadian 11 September 2013 membuka mata kita kembali betapa upaya pemerintah sangat lemah, seperti kritikan dalam lagu Slank, "Tong Kosong Nyaring Bunyinya". Empat benda bernilai sejarah tinggi hilang dari Museum Nasional di Jakarta? Itupun baru satu kasus hilangnya benda bersejarah dan salah satu fenomena dari beragam permasalahan permuseuman di Indonesia, mungkin kita masih akan menjumpai lagi rangkaian masalah yang ljauh ebih besar lagi.

Tentu menjadi tanda tanya besart apakah upaya pemerintah dalam meluncurkan Tahun Kunjungan Museum di Tahun 2010 apakah sudah tepat? Atau sebaiknya perlu diakui program tersebut terlalu dipaksakan?

Khidir Marsanto, seorang peneliti museum dari UGM mengkritik Tahun Kunjungan Museum 2010. Menurutnya, Tahun Kunjungan Museum masih melakukan pendekatan kuno dengan menetapkan kebijakan mengimbau dan mewajibkan siswa di tingkat sekolah dasar hingga menengah pertama berkunjung ke museum. Upaya atau komitmen ini dilakukan agar museum menjadi ramai pengunjung. Dalam konteks TKM 2010, program Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata terlaksana. Namun dengan minimnya persiapan Museum itu sendiri menyambut Tahun Kunjungan Museum terkesan masih memaksakan masyarakat untuk mengunjungi museum daripada memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk mengunjungi museum?

Lalu apakah gerakan pencanangan Gerakan Nasional Cinta Museum target-targetnya sudah tercapai? Apa tolok ukur yang ditetapkan dari pemerintah? Apakah masyarakatnya mencintai museum sehingga mau menjaganya? Barang koleksi yang sangat penting saja hilang dari Museum Nasional karena minimnya penjagaan karena minimnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaganya. Mengutip kembali pernyataan Intan Mardiana, “Roh Museum itu kan berada di koleksinya.” Berarti kejadian11 September 2013 adalah Matinya Museum Kta, ketika dicurinya empat benda bersejarah, maka mati lah Museum kita. Semoga bisa menjadi renungan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun