Mohon tunggu...
Yuli H.
Yuli H. Mohon Tunggu... Guru - Puisi adalah Isyarat Hati

Dengan puisi kita berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tamu Ibuku

11 Juli 2020   14:07 Diperbarui: 11 Juli 2020   14:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com/pin

Kugelar tikar, di atas papan
Kusajikan teh tawar dari teko hitam
Bekas asap kayu bakar
Yang kuangkat dari atas tungku tanah liat
Cangkir mengepul asap panas air yang kutuang

Sepiring ubi rebus panas kusodorkan
Menemani obrolan ibu bersama tamu tetangga jauh
Menghantarkan sesisir pisang
Sambil melepas gendongan anak laki-lakinya
Yang tak beranjak dari pangkuan

Obrolan begitu hangat ketika mereka bercerita
Anak-anak yang bekerja di ibu kota
Tapi tiba-tiba, teman ibuku berkaca-kaca
Dengan suara terbata-bata
Mengabarkan kedukaannya

Aku diminta ibu untuk membeli kerupuk di warung
Dan mengantarkannya pada Bapak di kebun
Sesampainya di rumah, tamu sudah tak ada
Hanya ibu yg sedang menggulung tikar saja
Sambil mengusap air mata dengan ujung kebayanya

Aku menerka-nerka tak berani bertanya
Ini kedukaan mereka , anak-anak tak perlu tahu, fikirku waktu itu
Ibu memelukku sambil meniup ubun-ubun
"Bila kau besar nanti jaga diri baik-baik..." bisiknya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun