"Buk, sesuk sangune telur dadar wae. Terus sesuk e karo ayam woku."
Kalimat dengan logat Jawa di atas memiliki arti; "Buk, besuk bekale telur dadar saja. Lantas esuk lusa sama ayam woku".
Begitulah percakapan kami ibu dan anak suatu petang jelang malam.
Ya, setiap malam saya selalu menanyakan menu apa yang diinginkan anak, atau sebaliknya Nak Nak yang request lebih awal.
Dengan demikian saya bisa menyiapkan bahan lebih dini, jika kehabisan stok tidak kemrungsung (tergesa-gesa) di pagi hari.
Pagi hari saya disibukkan dengan sangu (bekal) sekolah itu hal lumrah. Sebab di sekolahan tempat anak belajar belum terjamah Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Selain itu, memasak di pagi hari bukan sekadar buat anak saja, melainkan buat sarapan kami untuk mengawali aktivitas.
Usai menyiapkan bekal dan mengantar anak hingga lepas pintu pagar dengan sekeranjang doa, saya kembali ke dapur. Tentunya untuk memasak lagi, ya.
Lho, bukannya sudah memasak ayam woku? Ya, sekalipun menu ayam terhidang, tapi rasanya masih ada yang kurang. Yaitu sayuran.
Bagi saya sayuran harus tersedia sekalipun beragam lauk menghiasi meja makan. Pingin tahu kenapa?
Karena tubuh kita butuh serat. Salah satu serat pangan bisa didapat dari sayuran. Adapun manfaatnya untuk melancarkan pencernaan serta metabolisme tubuh.