Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Trip

"Watu Sepur Pesonamu Tak Pernah Luntur"

9 Maret 2021   20:47 Diperbarui: 10 Maret 2021   03:25 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     'Watu Sepur pesonamu tak pernah luntur'

Sekilas mendengar nama tersebut, pasti Anda bertanya-tanya, kan,? 'Watu sepur' atau 'Batu kereta' itu seperti apa. Baiklah, saya akan mengulik sedikit tentang nama yang populer dua tahun ini.

Keberadaannya terletak di Dukuh Jentrek, Desa Jotangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Tempat tanah kelahiran saya.
Aku kagum dengan kemajuan desaku, taksangka perubahan dan perkembangannya begitu cepat. Jalan kampung memang sudah beraspal. Namun, ada yang lain dalam kurun waktu beberapa bulan ini. Kedatanganku disambut dengan dua gerbang yang begitu megah.

Gerbang pemisah antardesa yang megah di utara. Gapura bertuliskan 'SELAMAT DATANG DESA JOTANGAN' selesai dibangun tiga bulan yang lalu. Pintu gerbang berhiaskan salah satu gamelan adat jawa( Bende)  berbentuk bulat kuning keemasan berpadu es krim turut memperindah, sebagai simbol sejarah bagi warga setempat.

Salah satu Pintu Gerbang Desa(dokpri)
Salah satu Pintu Gerbang Desa(dokpri)

Sebuah logo tertulis di pintu gerbang tersebut sebagai simbol mata pencaharian atau ciri khas sebagian warga desa setempat, adalah membuat es krim. Adapula yang  menjajakan di desa ada pula yang sampai keluar kota Klaten. Bahkan,  hingga sampai luar pulau jawa(merantau).

Hasil yang cukup fantastis pun diraup untuk biaya hidup.  Taksedikit bagi pria remaja yang masih mengenyam pendidikan menengah memanfaatkan waktu tersebut. Baginya, saat liburan sekolah tiba merupakan waktu yang sangat berharga. Menggeluti pekerjaan tersebut untuk menambah biaya pendidikkan, tanpa meminta orang tua hingga meraih gelar Sarjana.
Pasti membuat bangga sebagian orang yang tidak mampu. Namun, bisa sukses dengan tetesan keringatnya sendiri. Semua atas izin Allah, taklepas restu kedua orang tua pula.

*Gapura ke-dua:

 Gapura ke-dua berbentuk kereta(sepur) takkalah indahnya turut menghias batas kota. Gerbang menjadi tanda pintu masuk menuju agro wisata baru bagi masyarakat setempat.

Gapura masuk agro wisata watu sepur(dokpri)
Gapura masuk agro wisata watu sepur(dokpri)
Alkisah, beberapa puluh tahun silam,  Gunung Jentrek merupakan sebuah hutan dengan beraneka rupa bebatuan. Salah satunya, sederet batu memanjang hingga seratus meter.

Dahulu kala, hutan tersebut menjadi ajang berburu rumput bagi sebagian perternak di desaku. Iya, hamparan luas dengan pepohonan jati, mahoni dan aneka tumbuhan lain tinggi menjulang. Rimbunnya daun membuat teduh suasana kala senja. Banyaknya ranting dan rerumputan liar mampu mencukupi hewan ternak piaraan warga desa.

Maka, tak heran bila sebagian orang yang mempunyai hak tanah di hutan pasti mempunyai hewan piaraan seperti kambing dan sapi. Kenapa? Karena, selain memanfaatkan hasil tanaman, hewan ternak pun jadi sumber penghasilan kala musim Qur'ban.

Kita kembali ke awal cerita 'Watu Sepur' di Gunung Jentrek. Selama empat dekade dalam pengamatan saya, hutan itu nampak sepi. Hanya petani yang keluar masuk dengan segala aktivitas.
Namun, dua tahun terakhir kedua mata dibuat terbelalak olehnya.
 
 Hutan itu telah disulap menjadi obyek wisata 'Watu sepur.'  
Lucu kan, namanya. Iya, keunikkan bongkahan batu berwarna hitam bak terkikis ombak menghiasnya. Sepanjang seratus meter menyerupai gerbong-gerbong kereta itu telah menghipnotis beberapa kalangan. Keberadaannya telah menjadikan hutan itu layak dikunjungi beberapa wisatawan yang ingin melayangkan pandang. Untuk beberapa bulan sebelum pandemi tempat wisata tersebut bisa mendongkrak ekonomi beberapa warga yang mengais rezeki.

 'Watu Sepur makin termasyur, saat diresmikan Bupati Klaten Ibu Sri Mulyani pada tanggal, 12 September 2018 bertepatan dengan adanya tradisi bersih desa(rasulan) helatan setahun sekali saat menjelang panen. Mengadakan pagelaran wayang kulit hampir sehari semalam.

 Dengan adanya acara tersebut, memberikan manfaat banyak bagi warga dengan cara berjualan. Menjajakan pernak-pernik pun aneka makanan hingga meraup untung yang fantastis.

Sebuah keindahan, karunia yang diberikan Tuhan pun melengkapi wisata tersebut. Selain hijaunya perbukitan, area sawah membentang luas.
Sebuah pesona alam raya memanjakan mata yang memandang. Pun menjadikan tempat ini berbeda dengan desa lainnya. Beberapa keunikkan bebatuan selain Batu Sepur, ada pula yang berbentuk payung(watu payung) ada yang  watu  kursi, ada pula yang membentuk pintu bisa dilewati dua orang. Warga setempat menyebutnya "Watu Lawang" tak hanya keunikkan bebatuan saja, netra akan di suguhi indahnya pesona alam terbentang luas nampak dari gardu pandang.

Gardu pandang tangkapan layar( dok pri grup ig)
Gardu pandang tangkapan layar( dok pri grup ig)

Semua itu menjadi daya tarik para pengunjung.
Akan tetap keindahan alam pun lenyap seiring bergulirnya waktu. Pandemi telah memangkas kuncup bunga yang hampir mekar. Pemerintah membatasi gerak hampir semua wilayah.
Sehingga menutup akses berbagai tempat. Agro wisata pun terbidik berakhir dengan penutupan. Semoga pandemi segera berakhir. Aamiin.

Tulisan ke-51. Klaten 09, Marer 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun