Keberagaman Indonesia akan suku dan budayanya mengingatkan saya akan kekayaan nusantara kita yang begitu indah dan menakjubkan. Kurang lebih 250 suku tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Salah satu suku dan budaya terbesar adalah Jawa. Pulau Jawa merupakan tempat keluarga saya dilahirkan dan dibesarkan.Â
Saya pun bangga menjadi perempuan Jawa. Seperti yang kita ketahui, budaya Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang di dalam tradisinya memiliki nilai-nilai keluhuran yang menjadi ciri khas kental masyarakat Jawa. Setiap tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki arti dan makna filosofis yang mendalam dan luhur, yang mana tradisi ini sudah ada sejak zaman kuno dan diturunkan secara turun-menurun.
Salah satu tradisi budaya Jawa yang menarik perhatian saya adalah mengenai tata upacara adat pernikahan Kraton Yogyakarta. Hal ini dikarenakan, tata cara pernikahan tersebut masih dijaga pakemnya oleh Ngarsa Dalem.Â
Pada hari Rabu tanggal 15 November 2017, saya berkesempatan mengikuti seminar yang diadakan oleh Bella Donna The Institute di Pesanggrahan Royal Ambarukmo. Dalam acara tersebut, saya banyak belajar mengenai proses panjang tata upacara adat pernikahan Kraton Yogyakarta hingga membuat kepala saya geleng-geleng. Terdapat 10 proses tata upacara tersebut, yaitu :
1. Mbethak
2. Majang Tarub dan Tuwuhan
Di dalam lingkungan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tarup adalah atap tambahan, sementara yang biasa disebut dengan gaba-gaba. Tarup atau gaba-gaba pada zaman dahulu kala terbuat dari anyaman blarak atau daun kelapa. Namun saat ini dikarenakan serba modern, tarup sudah tergantikan dengan adanya tenda. Tarup berarti ditata dimen murub, yang artinya rumah pamangku hajat ditata supaya terlihat indah, diberikan lampu penerang supaya terang benderang.Â
Pemasangan tarup secara tidak langsung memberikan pengumuman bahwa raja atau sultan akan memiliki hajat mantu menikahkan putra ataupun putrinya. Pemasangan tarup juga dilengkapi dengan pemasangan tuwuhan. Di dalam lingkungan kraton, pemasangan ini dilakukan oleh beberapa abdi dalem, dan tuwuhan dipasang di setiap regol yang ada di dalam kraton. Tentunya hal ini memerlukan lebih dari satu rangkaian tuwuhan.
3. Upacara Sengkeran
Sengkeran berasal dari kata sengker yang artinya dipingit, tumrap calon pengantin. adalah pengamanan sementara bagi calon pengantin putra dan putri sampai upacara panggih selesai. Pengantin ditempatkan di tempat khusus yang aman dan tidak diperkenankan meninggalkan lingkungan sengkeran. Sengkeran pada jaman dahulu dilakukan selama 40 hari sebelum upacara pernikahan berlangsung, akan tetapi saat ini sengkeran dilakukan sehari saja, yaitu satu-dua hari sebelum pelaksanaan pernikahan. Sengkeran di lingkungan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, calon pengantin pria dipingit di Kagungan Dalem Kasatriyan, sedangkan calon pengantin wanita dipingit di Kedhaton Kilen.