Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Delapan, Delapan, Empat Sembilan

29 Agustus 2022   16:23 Diperbarui: 29 Agustus 2022   16:36 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan sehat, dokumentasi pribadi

"Tidak Nduk,  ada garapan di pasar, " jawab Mbak Menik singkat. 

Sebagai tukang bangunan Mas Marno suaminya bekerja menurut panggilan.  Jadi tidak ada yang namanya hari Minggu atau tanggal merah. Asal ada panggilan,  berangkat. Sejak pandemi  mereda ,Mas Marno mulai sering mendapat panggilan. 

"Mas,  aku budhal, "

Tanpa menunggu jawaban dari Mas Marno yang masih lelap, Mbak Menik dan Santi menutup pintu dan segera menuju lapangan yang tak jauh dari rumahnya.

Suara pembawa acara disela-sela lagu 'Ojok Dibandingke'  membuat peserta semakin bersemangat.  Mbak Menik segera masuk barisan RT 9.  Mbak Wahyu,  Mbak Ratmi,  Mbak Wiwik sudah berdiri di barisan yang sama  dengan kostum merah putihnya.

"Waduh..  Hampir telat aku.., " cetus Mbak Menik.  Dirabanya saku celana.  Ah,  aman,  sepuluh kupon tersimpan manis di sana. 


"Sampeyan beli berapa kupon? " tanya Mbak Wiwik. 

"Sepuluh, sampeyan? "

"Ah,  cuma lima, "

"Maunya beli lima belas . Eh,  uang limapuluh ribu yang sudah kusiapkan diminta Santi buat njajan, " jawab Mbak Menik ringan.

"Wih,  banyaknya..  Dapat kulkas ini pasti, "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun