Mentari bulan Ramadhan bersinar terik. Â Sholat duhur baru saja diakhiri. Â Sesudah wirid dan doa lelaki tua itu masih berlama-lama duduk terpekur di sajadahnya. Dikirimkannya doa untuk anak-anaknya yang sudah berada di kota lain. Â Ah, Â ia tak perlu tergesa-gesa bukan? Â Di rumahnya yang pas berhadapan dengan langgar hanya ada dia. Â Hari ini tepat dua tahun isterinya pergi untuk selamanya.
Dengan langkah sunyi ia mulai meninggalkan langgar. Â Jamaah sudah sepi. Â Mungkin orang-orang melanjutkan aktivitas atau melanjutkan tidur sebagai ganti jatah tidur yang diambil oleh makan sahur.
Laki-laki itu duduk di kursi rotan. Â Ya, Â kursi rotan itu masih setia di sana. Â Di bawah jendela ruang tamu tepatnya. Ada dua kursi rotan dan sebuah meja bundar di tengahnya . Secara berkala dulu meja itu diganti taplak dan ada pot bunga kecil di atasnya. Di situ ia biasa duduk bersama isterinya sambil melihat ketiga anak laki-lakinya bermain di halaman. Â Sesekali kelucuan-kelucuan timbul dan membuat mereka berdua tertawa.
"Pak..., Â Mas mengambil kelerengku, "
"Buk..,  Adik  mbeling,  tidak mau memberikan umbulnya..,"
Rengekan-rengekan itu selalu dilayani dengan sabar oleh keduanya. Â Ya, Â ketiga anak kecil itu adalah buah cinta yang membuat hidup lebih semarak.Â
Sesekali ada keluhan dari sang isteri. Â Mengasuh tiga anak kecil dengan beda usia yang tak terpaut jauh sungguh melelahkan. Â Bertengkar, Â berebut mainan, Â rebutan makanan adalah hal yang biasa terjadi sehari-hari.
"Duh, Â anak-anak tingkahnya agak nakal hari ini.. Lihat, Â mainan berserakan di mana-mana.. Kata isterinya sambil menyajikan kopi sore sepulang suaminya dari kantor. Â Laki-laki itu cuma tersenyum.
"Sabar Bu, Â percayalah, Â kita nikmati saja semuanya, Â nanti kita pasti akan merindukan saat-saat seperti ini, " katanya kemudian.
Biasanya sesudah mendapatkan jawaban itu isterinya akan diam. Â Entah ada perlawanan atau tidak dalam hatinya. Tapi laki-laki itu tahu, Â isterinya tidak pernah menentangnya secara frontal. Â Cukup diam, Â dan itu sebenarnya sering membuat hatinya merasa bersalah. Â Ia merasa menjadi orang yang egois dengan membiarkan isterinya berkutat dalam pekerjaan rumah tangga dan mengurus tiga anak laki-laki sendirian tanpa seorang pembantu.