Mohon tunggu...
Yuli Rahmawati
Yuli Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Fakultas Hukum, UNILA

Sedang Berproses Mencari Jati diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selangkah Maju di Tahun Baru

7 September 2021   12:03 Diperbarui: 7 September 2021   12:06 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Tercium aroma khas makanan disepanjang areal pasar yang tampak berkerumunan para pedagang simpang siur di pasar Cisarua. Petangnya hari tak terhiraukan yang penting dagangan telah siap untuk mereka jajahkan sebelum pembeli datang. Menjelang akhir tahun nampaknya gairah perekonomian masih acap sama. Akhir tahun liburan mereka jadikan usaha-usaha yang banyak diminati masyarakat. Seperti terlihat di alun-alun yang menyajikan banyak arena bermain anak-anak. Tak hanya itu, orang dewasa pun bisa menikmati pula wahana-wahana yang ada di sepanjang alun-alun kota sambil menikmati keindahan Desa Cisarua. Bagi mereka yang tinggal disepanjang alun-alun mungkin sudah biasa melihat keramaian yang acap kali terlihat.

            Seperti aku yang yang sudah biasa melihat keramaian yang tak jarang mengganggu bagiku. Pagi-pagi sebelum ayam berkokok aku harus lebih dulu bangun membantu orangtuaku mengantarkan dagangan dipasar yang dekat dengan alun-alun itu. Bagiku suara ibu sudah cukup bak ayam jago yang membangunkan orang.

"Farhannn.... Bangunn.. udah jam berapa ini.."

"Baru aja jam 4 bu..bu..". Aku segera bangkit sebelum ibu berubah menjadi suara macan.

            Bagiku mau liburan sekolah atau tidak itu sama saja, harus bantu kerja dan harus bisa mendapat laba.

" Baru pagi-pagi begini itu muka udah ditekuk aja, kenapa kamu hann..?" terlihat kek Dahlan yang sedang jalan-jalan.

"Siapa yang nekuk lagi kek.., sebenernya saya lagi bosen sih kek harusnya kan liburan gini kemana gitu kek eh.. ini malah suruh nungguin warung, bosen tau kek.." kataku lirih.

"Memangnya kamu mau liburan kemana?? Disini aja banyak hiburan kok Farhan. Kalo bosan tinggal main ke alun-alun aja kok repot enggak usah jauh-jauh." Ucap kek Dahlan.

"Iya deh kek iya pasti juga bilangnya gitu, saya udah bisa nebak kek.."   

"Gini aja nanti sore mau enggak kamu ikut kakek?  Kakek mau ajak kamu jalan-jalan di tempat yang enggak biasa."

"kemana kek? Palingan ke alun-alaun iya kan kek?" tampis ku.

"udah... nanti juga kamu tau."

***

            Menjelang sore hari aku di ajak kek Dahlan untuk ikut jalan-jalan dengannya. Kebetulan ada sisa waktu luang yang bisa kupakai untuk melepas penat sejenak.

"kakek udah rapih begini memangnya kita mau kemana kek." Tanyaku.

"kamu udah siap kan ayoo..."

Setelah beberapa lama jalan-jalan di sekeliling alun-alun aku diajak kakek untuk nongkrong sejenak di warung kopi pak Saman. Memang warungnya tak seberapa besar tapi pengunjung lumayan berjibun disana. Tak hanya orangtua saja yang tampak eksis diwarungnya namun anak muda pun juga acap kali kesana. Kelihaian tangan pak Saman meracik kopi memang tidak boleh diragukan lagi. Tak heran jika warung kopinya tak pernah sepi pengunjung setiap hari. Sesekali kek Dahlan mengajakku untuk berbincang dengan salah seorang temannya yang juga berkunjung di warung kopi itu.

"apa kabar wan..?" tanya kek Dahlan kepada salah seorang temannya yang sedang menyeruput kopi disana.

"baik lan. Ini cucumu kah?"

"begitulah. Apa kau masih aktif berkarya wan?"

"tentu saja masih lah lan. Oh iya.. saya besok berencana untuk mengadakan pameran di alun-alun. Tolong hadiri ya.."

"tentu lah tu.."

"kalo gitu saya pergi dulu ya, masih ada urusan.."

"oke, hati-hati kau."

"beliau itu bukannya pelukis yang terkenal itu kek? Yang karyanya udah sampe ke Amrik kan, yang sempet viral di TV juga kan kek?" Tanya ku penasaran.

"iyaa han.. kalo soal viral semangat ya..besok katanya dia mau gelar pameran di alun-alun."

"bisa aja si kek..besok berarti kita harus dateng kek, kan enggak enak kalo nolak.."

"hahaha... iya-iya kalo itu han."

            Kek Dahlan memang punya banyak kenalan. Seperti pelukis terkenal yang bernama Hendriawan lio. Walau sudah lanjut usia tetapi kecakapannya dalam melukis memang cukup diacungi jempol. Karya-karya lukisan klasiknya bahkan telah mendunia dan telah dilirik orang mancanegara. Aku dan Kek Dahlan berkesempatan untuk melihat-lihat karyanya yang apik di Balai Aksara yang juga dekat dengan alun-alun.

" apa rahasianya bapak bisa melukis seindah ini pak?, ini bagus banget lo pak..."

"enggak ada rahasianya kok nak, bapak hanya melukis sesuai nurani bapak dan menuangkannya di kertas lukis."

Sepenggal cerita namun sangat bermakna bagiku. Menurut beliau melukis itu tidak asal menggambar namun juga harus dijiwai dengan sepenuh hati. Menurutnya melukis adalah seni dan jati diri. Bila kita menekuninya lambat laun kita akan mengerti apa yang tengah diinginkan dengan jiwa ini.

            Sekitar tiga puluh tiga lukisan yang terlihat dipamerkan di Balai Aksara, semuanya adalah lukisan karya Hendriawan Lio itu. Aku hanya bisa menggangguk-angguk saja tatkala beliau bercerita, memang butuh pemahaman lebih jika sang pelukis bercerita karena bahasanya yang sudah tingkat tinggi menurutku.

"nak.. saya Cuma mau cerita sedikit kalau dulu bapak ini tidak pernah diijinkan untuk melukis oleh orangtua bapak, buat apa ngelukis katanya hanya buang-buang waktu lebih baik kerja usaha yang menghasilkan uang lebih. Kata bapak ibunya bapak dulu, akhirnya bapak melukis secara diam-diam dan setelah bapak dewasa bapak coba jual salah satu lukisan Alhamdulillah.. ada orang yang mau membeli karya bapak dengan harga yang fantastis. Kalau kita menekuni sesuatu yang telah menjadi bagian hidup kita, bapak yakin kita pasti akan berhasil suatu saat nanti. Jadi buat kamu lakukanlah hal yang kamu sukai dan kembangkan itu..mudah-mudahan menjadi berkah suatu saat nanti..." ucap pak Hendriawan yang memberikan motivasinya kepadaku.

"terimakasih ya pak atas motivasinya... saya jadi terinspirasi untuk mengembangkan bakat saya. Mudah-mudahan saya bisa berhasil seperti bapak ya..."

"aminnn...."

Setelah berkeliling melihat pameran lukisan aku dan Kek Dahlan menyempatkan waktu sebentar untuk berkeliling di alun-alun.

"kek, setelah denger ceritanya pak Hendriawan tadi aku jadi tertarik untuk buat sesuatu."

"memangnya kamu mau buat apa? Kalau itu hal yang positif buatlah dan kembangkan..."

"kita mau lewat jalan mana kek?..enggak biasanya lewat jalan ini."

"lewat sini nanti belok kanan lebih deket. Kamu ini gimana han orang sini tapi enggak tau jalan."

"ya.. enggak pernah lewat sini lagi kek.."

            Untuk sejenak mata ku tertuju dengan sampah-sampah yang berserakan di bahu jalan dan di tong sampah yang terlihat sudah memenuhi kapasitas. Keramaian dan pesatnya usaha-usaha masyarakat membuat jumlah sampah meningkat setiap harinya sehingga sampah pun berserakan dan tak hayal mengganggu pemandangan di Desa Cisarua.

"kek, ini sampahnya banyak banget ya.. kalo gini terus pasti bahaya kalo dibiarin ya kan kek?"

" mau gimana lagi han,  semua sampah ini memang mengganggu"

"a...ha.. saya jadi punya ide kek mau buat apa"

Setelah melihat sampah-sampah yang berserakan aku jadi punya ide untuk membuat sesuatu menjadi bernilai seni dan bermanfaat. Keesokkan paginya aku ke rumah Rehan dan teman-temanku yang lain.

"Rehann.. ayoo ikut aku"

"mau kemana sih Farhan..."

"kita ngapain kumpul di bangunan kosong kayak gini"

"tau.. ni Farhan yang ngajakin"

"gini.. aku mau ngajakin kalian untuk buat kerajinan. Kerajinan apa aja yang kalian suka dari sampah-sampah yang udah enggak kepake ini"

"ya udah yok bikin."

            Setelah aku dan teman-teman berhari-hari membuat kerajinan tangan dari botol-botol bekas dan sampah lainnya yang sudah tak terpakai akhirnya kami berhasil menyulap tempat kosong menjadi bangunan yang tampak berestetika. Aku juga meminta tolong Pak Hendriawan untuk melukis di bangunan-bangunan itu. Dan hasilnya kami berhasil memanfaatkan sampah-sampah dan bangunan yang kosong menjadi lebih bernilai seni untuk kampung dan masyarakat. Sehingga banyak warga desa yang lain juga ikut membuat kerajinan dari sampah bekas dan tentu saja berhasil mengurangi sampah-sampah yang berserakan. Kini bangunan itu bisa digunakan untuk sarana berkumpul anak-anak muda dan warga desa. Dan tak sedikit pula yang memanfaatkannya untuk sekedar berfoto disana.

            Setidaknya tahun baru tahun ini tidak mengecewakan buatku. Karena aku untuk pertama kalinya bisa bermanfaat untuk orang banyak walau dalam hal kecil tetap membuatku bangga. Karena Tahun Baru tidak harus dirayakan dengan heboh dan pergi jalan-jalan. Karena tahun baru itu berarti usaha baru dan laba baru Bagiku hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun