Tiga hari setelah kepergian Deden, Risma kembali ke taman. Ia duduk di bangku yang sama, dengan segelas kopi dan buku catatan yang kini berisi kertas kecil itu.
Ia membuka lipatan kertas perlahan. Tulisan tangan Deden terlihat sedikit tergesa, tapi tetap rapi:
> Risma,
Kalau suatu hari kamu rindu, lihatlah langit. Karena di situlah aku menyimpan semua doaku untukmu.
Aku tak pernah benar-benar pergi, hanya berpindah tempat untuk mencintaimu dari kejauhan.
Jaga langit kita, ya.
---Deden
Risma menutup mata, membiarkan angin menyapa pipinya. Ada sebutir air yang jatuh, entah dari langit atau dari matanya sendiri.
Langit di atasnya tetap sama. Hanya kali ini, ia duduk sendiri di bawahnya.
Namun ia tahu---rasa yang tulus tak akan punah oleh jarak. Ia tak lagi menunggu dengan gelisah, melainkan percaya, bahwa jika takdir mengijinkan, langit yang mereka bagi akan kembali mempertemukan dua hati yang tak pernah benar-benar berpisah.
---