Engkau panggul bungkusan letih di pundak nasib yang tiada henti memeras embun. Dari mayang subuh dibangunkan kokok ayam betina yang kesepian.
Seperti siklus matahari nasib memutar tetap tidak pernah berubah arah. Menjamah di bahu-bahu perih yang lepuh. Kini jarum jam telah membungkuk melipat usia, satu persatu gugurlah daun-daun yang pernah kokoh.
Kini pohon merangas, memutih tulang-tulang, daun keriput telah mengantarkan banyak kisah yang remuk. Ranting yang pernah sesekali menyangga buah kemanisan.
Kita telah menimba lautan dengan membiarkan sampan takdir menghilir dengan menyerah kepada sang maha pencipta. Karena pada Nya, telah digariskan jauh dekatnya perjalanan.
Jangan pernah lagi membalik lembaran-lembaran yang akan menjadi tanah. Lihatlah ke ujung sana dengan cahaya-cahaya hati untuk belajar melupakan duniawi. Bersimpuhlah sebelum sebatang pohon rangas ini sebenar rebah...
Bandung, 2020