Cahaya diam-diam kusembunyikan di telapak waktu, agar kau tak tahu membedakan musim. Karena  terbiasa memandang kelembah-lembah dengan bebatuan runcing dan hening. Menciptakan jutaan luka dari untaian kata dan caramu memenjarakan rasa. Sebilah senja yang lengang ditiupi nyanyian ilalang menjulangkan ragaku pada rasi bintang dan jatuh tepat dibelantara teramat sunyi. Bukan perihal menggenggam cahaya, karena cahaya sesungguhnya telah di asuh dengan asih  kalimah tasbih.
Kini, genggaman itu jauh tersembunyi di aliran kundali, meniti tiap titik cakra sampai ke mahkota, saat itu desah nafas hanyalah asma Allah, bukan untuk siapa-siapa lagi. Karena telah kulepaskan semua kulit-kulit selama ini perdayakan mata.
Lepaslah semua bilur-bilur cahaya yang maya, kata-kata yang menaut dosa. Pandangan dan rasa mengirama dalam semua sabda dan do'a sepanjang sepertiga malamku bersama-Mu. Karena rasaku rasa hati, rasa mata hati.
Bandung, 2020