Mohon tunggu...
Yudistira Pratama
Yudistira Pratama Mohon Tunggu... Sang Pemimpi(n)

Lantang tanpa suara!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal IPDN sebagai Kampus Para Kader Perekat Bangsa

12 Maret 2020   21:27 Diperbarui: 16 April 2025   13:28 4817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bhineka Nara Eka Bhakti!

Sepenggal kalimat berbahasa Sanskerta yang berbunyi "Bhineka Nara Eka Bhakti" sering kali digaungkan oleh para Praja (Mahasiswa) IPDN dalam berbagai kegiatan, mulai dari apel, upacara, pengarahan atasan, hingga berbagai aktivitas lainnya. Dalam bahasa Indonesia, "Bhineka Nara Eka Bhakti" berarti “Walaupun berbeda-beda, tetap satu pengabdian”. Semboyan yang sangat mulia ini mencerminkan tujuan luhur yang mendasari berdirinya IPDN.

IPDN, yang awalnya didirikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur dengan nama APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri), kini dikenal sebagai Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang berpusat di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Perubahan nama dari APDN menjadi STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) hingga menjadi IPDN adalah wujud dari proses panjang dalam menciptakan lembaga pendidikan yang berfokus pada pembentukan birokrat yang berkompeten dan memiliki semangat pengabdian terhadap negara.

Pendidikan yang Menghargai Keberagaman

Praja IPDN berasal dari berbagai penjuru Indonesia, membawa latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di Lembah Manglayang, Jatinangor, untuk dibekali dengan kemampuan akademis di bidang pemerintahan, sembari menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan penghargaan terhadap keberagaman. Di sinilah mereka dipersiapkan tidak hanya untuk menjalankan tugas sebagai birokrat, tetapi juga sebagai perekat bangsa yang akan kembali ke daerah mereka masing-masing dengan membawa misi persatuan.

Dengan model pendidikan boarding school, setiap Praja memiliki kesempatan untuk saling mengenal dan berinteraksi, memperkaya pemahaman tentang karakter dan keunikan teman-temannya. Setiap dinamika yang terjadi selama masa pendidikan ini akan mengajarkan kedewasaan dalam menyikapi perbedaan. Kehidupan sehari-hari yang dijalani bersama—dari bangun tidur hingga beristirahat malam—secara alami menumbuhkan semangat kekeluargaan dalam bingkai kebangsaan.

Alumni IPDN: Pembawa Perdamaian dan Keberagaman

Bayangkan jika terjadi suatu konflik atau ketegangan antar etnis yang berpotensi eskalasi. Alumni IPDN, yang biasanya ditugaskan sebagai Lurah atau Camat, dengan nilai-nilai nasionalisme yang sudah terpatri dalam diri mereka, pasti akan segera mengambil peran dalam meredam ketegangan tersebut. Kepekaan mereka terhadap karakter dan latar belakang suku, ras, maupun agama menjadi bekal yang sangat berharga dalam menyelesaikan konflik secara tepat, dengan tetap berpegang pada prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.

Inilah harapan besar Presiden Soekarno ketika mendirikan IPDN. Beliau menginginkan lahirnya para birokrat yang tidak hanya cakap dalam memberikan pelayanan publik, tetapi juga mampu menjadi perekat bangsa, mampu mengatasi berbagai tantangan sosial yang berpotensi merusak keharmonisan Indonesia.

Pengalaman Berharga dalam Keberagaman

Pengalaman di IPDN memberikan pemahaman yang mendalam mengenai keberagaman Indonesia. Saya pribadi, sebagai alumni, masih merasakan kebanggaan pernah hidup dan berpendidikan bersama saudara-saudara dari berbagai daerah di Indonesia, seperti mereka yang berasal dari Indonesia bagian Timur dengan karakter yang keras namun memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama.

Hanya karena IPDN, saya bisa mencicipi beragam makanan khas dari seluruh Indonesia dalam waktu yang sangat singkat—setelah pelaksanaan cuti akademik, setiap Praja membawa oleh-oleh khas daerahnya masing-masing. Selain itu, berkat IPDN, saya yang berasal dari keluarga Komering (Sumsel) - Banten, bisa disambut dengan hangat oleh saudara-saudara dari berbagai daerah saat melakukan kunjungan ke daerah mereka.

Dan yang paling penting, IPDN telah mengajarkan saya bahwa perbedaan bukanlah jurang pemisah, melainkan anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri. Setiap keberagaman yang kita miliki adalah kekuatan yang harus dijaga dan dipelihara.

Laboratorium Sosial untuk Mewujudkan Persatuan

IPDN bukan hanya sekadar tempat pendidikan, tetapi juga merupakan sebuah laboratorium sosial yang mempertemukan berbagai suku, ras, dan agama. Di sini, setiap Praja belajar untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai perbedaan. Melalui pengalaman dan interaksi yang terjalin selama masa pendidikan, mereka akhirnya menyadari bahwa harmonisasi keberagaman adalah modal utama untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Semoga, di usia ke-64 tahun ini, IPDN semakin solid dalam bingkai kekeluargaan, siap untuk menjawab tantangan bangsa di masa depan.

"Dari Sabang sampai Merauke, dari Abang sampai Pace, kita semua basudara!"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun