Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Uniknya Perilaku Hama Tanaman (Bagian 1)

11 Maret 2017   14:05 Diperbarui: 11 Maret 2017   14:12 2779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

(Dalam bab ini diulas jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para pembaca buku yang menerapkan usaha pertanian sayuran mengenai ciri-ciri beberapa jenis hama dan penyakit tanaman sayuran. Para peserta training dan seminar juga banyak yang mempertanyakan tentang perilaku beberapa jenis hama dan penyakit sayuran dalam hubungannya dengan kondisi lingkungan. Dan tidak sedikit para sahabat petani yang mengemukakan kasus yang terjadi di lapangan yang sebenarnya merupakan serangan parah hama dan penyakit sayuran, serta mempertanyakan tindakan pencegahan yang mungkin untuk dilakukan)

Konon dahulu kala ketika kondisi ekosistem di alam masih dalam keseimbangan, tidak pernah dikenal yang namanya hama dan penyakit tanaman. Semua makluk hidup, baik yang berukuran besar maupun yang berukuran mikro berada dalam rangkaian “rantai makanan” yang stabil. Tidak pernah terjadi lonjakan jumlah populasinya. Contoh kecil, di wilayah hutan lindung yang belum terganggu manusia semua species makluk hidup, baik tanaman maupun binatang, dari yang berukuran besar sampai yang berukuran mikro, hidup bersama dalam keseimbangan jumlah populasinya selama beratus-ratus tahun.

Disadari atau tidak, akibat ulah manusia jualah yang menyebabkan keseimbangan ekosistem di alam terganggu. Dampaknya, predator (pemakan/musuh alami) satu species makluk hidup tertentu jumlah populasinya terbatas, yang menyebabkan lonjakan jumlah populasi species tertentu tersebut. Demikian juga sebaliknya.

Dalam kaitan dengan hama tanaman, pada hakekatnya adalah lonjakan populasi binatang pemakan tanaman (berukuran besar, kecil maupun mikro) yang akibatnya bersifat mengganggu dan merusak pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Apabila tidak terjadi lonjakan populasi, sebenarnya binatang tersebut tidak sampai merusak dan mengganggu tanaman, alias bukan sebagai hama. Demikian juga halnya dengan penyakit tanaman.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi pestisida kimia (bahan kimia pembasmi hama dan penyakit) yang begitu pesat, dan penerapannya yang berlebihan, membuat semakin terganggunya ekosistem alam. Pada akhirnya jenis hama semakin bertambah, begitu pula jenis penyakit. Oleh karena itu dalam bab ini akan dijelaskan perilaku jenis-jenis hama dan jenis-jenis penyakit tanaman yang saat ini sering dianggap sebagai musuh petani, agar bisa mengantisipasinya sejak awal.

HamaTanaman Hortikultura


Dalam konteks ini hanya akan dibahas hama yang sering menyerang tanaman sayuran yang berukuran kecil. Padahal babi hutan, kelelawar, tikus dan lain-lainnya sebenarnya termasuk juga hama tanaman tertentu pada daerah tertentu pula. Tiap jenis hama sayuran memiliki perilaku khusus, baik cara mereka berkembangbiak, gaya hidup mereka, kondisi lingkungan yang diperlukannya untuk hidup, maupun bagian tanaman yang digunakan sebagai sumber makanannya. Dengan memahami perilaku tiap jenis hama diharapkan akan bisa mengantisipasinya sejak awal, agar jumlah populasinya tidak sampai melampaui ambang batas yang bisa mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman.

Ulat Tanah (Agrotis sp)

Ulat tanah berwarna cokelat sampai cokelat kehitaman, berukuran 15-25 mm. Hama ini menyerang tanaman kecil pasca transplanting (pindah tanam). Serangan biasanya dilakukan pada malam hari, karena perilaku ulat ini “takut” sinar matahari. Oleh karena itu sering juga disebut “Ulat Malam”. Pada siang hari biasanya bersembunyi di dalam bongkahan tanah, di balik bebatuan, tumpukan kayu atau di bawah semak rimbun. Pangkal batang tanaman muda yang masih sangat sukulen digerek untuk dimakan hingga putus, menyebabkan tanaman mati karena sudah tidak memiliki titik tumbuh lagi.

Pengelolaan sanitasi kebun yang kurang terawat sering menjadi penyebabnya. Bukaan lahan baru yang dominan semak berdaun lebar juga sering ditemukan banyak populasi jenis ulat ini. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan sanitasi lahan dengan baik, termasuk dihindarkan adanya tumpukan bebatuan, kayu dan semak di sekitar lahan penanaman. Jika membuka lahan baru yang dominan semak berdaun lebar, disarankan untuk dibiarkan terbuka setelah pembabatan dan pembersihan semak selama minimal tiga minggu sebelum dilakukan pengolahan tanah.

Ulat Grayak (Spodoptera litura, Spodoptera exigua)

Spodoptera litura berwarna hijau tua kecokelatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya, berukuran 15-25 mm. Spodoptera exigua berukuran sama dengan S. litura, tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam pada ruas buku badannya. Kesamaan keduanya adalah terdapatnya garis hitam seperti kalung di bagian depan badannya. Pada umumnya lebih banyak dijumpai pada musim kemarau yang panas daripada pada musim hujan. 

Serangan dilakukan lebih sering pada malam hari daripada pagi hari. Pada siang hari biasanya berlindung di balik daun atau di sela-sela pucuk tunas. Kedua jenis ulat ini menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama pada daun muda, memakan kulit tangkai daun dan batang muda yang masih sukulen, dan memakan daging buah muda.

Saran antisipasi untuk menghindarinya antara lain tidak menanam sayuran berdekatan dengan tanaman sayuran lain yang lebih tua yang terserang parah oleh ulat tersebut, dan rutin melakukan penyiraman air pada penanaman di musim kemarau.

Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)

Ulat kecil berwarna hijau muda, berukuran panjang tubuh 7-10 mm. Perilaku ulat ini berkoloni (suka bergerombol) pada saat menyerang tanaman. Sering dijumpai semacam jaring di sekitar koloninya Populasinya lebih banyak pada musim kemarau panas daripada pada musim hujan. Banyak menyerang tanaman kubis-kubisan (kubis, sawi putih, brokoli, kembang kol, dan lain-lain) dan sawi-sawian (caisim, pokchoy, dan lain-lain). Lebih menyukai pucuk tanaman dan bunga, sehingga menyebabkan daun muda pucuk tanaman dan bunga berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, akan sangat mengganggu pertumbuhan tunas dan proses pembentukan bunga maupun krop. Karena lokasi koloninya di lipatan pucuk tunas tanaman, maka serangan dilakukan sepanjang hari, baik siang maupun malam hari.

Saran antisipasi untuk menghindarinya sama dengan untuk ulat grayak, yaitu antara lain tidak menanam sayuran berdekatan dengan sayuran lain yang lebih tua yang ada indikasi serangan parah hama ini, dan rutin melakukan penyiraman air pada penanaman di musim kemarau.

Ulat Penggerek Polong (Maruca testualis, Etialla zinckenella)

Ulat muda berwarna hijau. Berangsur-angsur akan berubah coklat kehitaman seiring bertambahnya usia. Berukuran 10-25 mm. Menyerang polong muda dengan cara melubangi kulit polong, kemudian memakan daging buah dan biji-biji muda yang terdapat di dalamnya. Serangannya mudah dicirikan, karena selain terdapat lubang kecokelatan pada polongnya juga terdapat tumpukan kotorannya di sekitar lubang tersebut. Jumlah populasinya lebih banyak pada musim kemarau panas daripada pada musim hujan. Banyak menyerang tanaman kacang-kacangan (kacang panjang, buncis, kapri, dan lain-lain).

Saran antisipasi untuk menghindarinya antara lain tidak menanam sayuran kacang-kacangan berdekatan dengan sayuran kacang-kacangan lain yang lebih tua yang terserang parah oleh hama ini, melakukan pengurangan daun jika terlalu rimbun, dan rutin melakukan penyiraman air pada penanaman musim kemarau.

Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata)

Ulat berwarna hijau muda, yang berukuran 15-25 mm. Menyukai tanaman berdaun lebar dan tipis, diantaranya kacang-kacangan (kacang panjang, buncis, kapri), paria, oyong, terong, dan lain-lain. Populasinya lebih banyak pada musim kemarau panas daripada pada musim hujan. Ulat ini suka memakan daun muda. Mempunyai perilaku yang khas, yaitu menggulungkan daun untuk menyembunyikan badannya pada saat proses metamorfosis dari ulat menjadi kepompong.

Saran antisipasi untuk menghindarinya sama seperti untuk ulat grayak maupun ulat perusak daun.

Ulat Penggerek Buah (Heliothis sp)

Warna ulat hijau kekuningan, berukuran 15-25 mm. Banyak dijumpai pada sayuran berbuah, seperti cabai, paprika, tomat, terong, dan lain-lain. Seperti jenis ulat yang lain, populasinya banyak dijumpai pada musim kemarau panas daripada pada musim hujan. Serangan dilakukan setiap saat, karena tempat yang diserang di dalam buah. Serangan dilakukan dengan cara melubangi kulit buah dan memakan daging buah di dalamnya, yang menyebabkan busuknya buah.

Saran antisipasi untuk menghindari serangannya sama halnya untuk ulat grayak, ulat perusak daun maupun ulat penggulung daun.

Hama Thrips (Thrips parvispinus)

Hama penghisap cairan pucuk tunas tanaman dan bakal buah, berukuran kecil ramping dengan panjang antara 1-2 mm, dan berwarna kuning, cokelat dan kuning kecokelatan. Hama ini akan berkembang pesat ketika musim kemarau panas, dekat dengan tajuk pohon tinggi dan rimbun. Hama thrips juga termasuk jenis hama yang takut dengan sinar matahari. Serangan sering dilakukan pada malam hari. Pada siang hari biasanya bersembunyi di dalam kelopak bunga, di antara lipatan pucuk tunas dan di tajuk pohon rimbun di sekitar lahan. Thrips dewasa menaruh telurnya di dalam permukaan tanah, kemudian menetas menjadi imago. 

Thrips dewasa tidak mengganggu tanaman, justru thrips yang masih bentuk imago yang menjadi hama tanaman, dengan cara menghisap cairan tanaman di pucuk tunas dan bakal buah. Pucuk tunas yang dihisap cairannya mengakibatkan daun mengeras, kerdil dan mengeriting ketika tunas pucuk berkembang. 

Biasanya pertumbuhan tanaman terhenti, karena pucuk tunasnya rusak. Bakal buah yang dihisapnya menyebabkan kulit buah mengeras, perkembangan buah terhambat dan tampak bercak-bercak cokelat pada kulit buahnya. Buah dengan kondisi demikian menjadi afkir, terutama paprika dan terong. Hama thrips merupakan jenis hama yang paling ditakuti oleh petani cabai, terong dan paprika, karena dampaknya sangat merusak yang menyebabkan kerugian besar.

Saran antisipasi untuk mencegahnya antara lain tidak memilih lokasi yang banyak pohon rimbun di sekitarnya, tidak menanam berdekatan dengan tanaman sejenis dan sefamili yang terserang parah oleh thrips, sanitasi lahan dilakukan dengan baik, menggunakan mulsa plastik hitam perak, melakukan penyiraman air secara rutin pada penanaman musim kemarau. Khusus untuk penanaman paprika di dalam rumah kasa dianjurkan melapisi seluruh lantainya dengan mulsa plastik hitam perak dan menggunakan dinding dari bahan paranet halus pada bangunan rumah kasanya.

Kutu Daun Persik atau Aphids (Myzus persicae)

Hama ini berbentuk oval, berukuran 2-3 mm. Berwarna hijau, hijau kekuningan, hijau kecokelatan dan hitam. Perkembangbiakannya sangat cepat, terutama pada musim kemarau panas. Perilakunya berkoloni (suka bergerombol) pada saat penyerangan. Termasuk juga hama penghisap cairan tanaman. Salah satu jenis hama yang takut sinar matahari. Suka menghisap cairan tanaman di tangkai pucuk tunas dan di balik daun muda. Tangkai pucuk yang dihisap cairannya akan berbercak kecokelatan dan terhambat pertumbuhannya. Balik daun yang dihisap cairan daunnya akan mengeras, mengecil dan menggulung ke dalam (seperti sendok). 

Binatang ini juga mengeluarkan cairan dari tubuhnya yang merangsang timbulnya penyakit embun jelaga. Penyakit yang berwarna hitam ini akan menutupi permukaan daun dan tangkai pucuk yang banyak mengandung klorofil, yang mengakibatkan terganggunya proses fotosintesa Dari sifat perkembangbiakannya yang sangat cepat dan dampak serangannya yang merusak, kutu daun termasuk jenis hama yang juga ditakuti oleh petani cabai, terong, tomat, semangka, melon dan paprika.

Saran antisipasi untuk menghindarinya antara lain tidak menanam berdekatan dengan tanaman sejenis atau sefamili yang lebih tua yang terserang parah oleh hama ini, menggunakan mulsa plastik hitam perak, dan melakukan penyiraman air secara rutin pada penanaman musim kemarau.

Tungau atau Mites (Tetranychus sp., Polyphagotarsonemus latus)

Bentuk binatang ini hampir mirip dengan laba-laba tetapi berukuran kecil, sekitar 1 mm. Berwarna merah dan kuning keemasan. Memiliki sifat berkoloni (suka bergerombol) pada saat penyerangan. Perkembangbiakannya sangat cepat, terutama pada musim kemarau panas. Termasuk juga hama penghisap cairan tanaman. Menyukai jenis tanaman berdaun lebar, seperti terong, cabai, paprika, mentimun, semangka, melon, dan sebagainya. Binatang ini takut sinar matahari. Sering dijumpai di balik daun untuk menghisap cairan daunnya. Dampak serangannya, daun mengeras, pertumbuhan daun terhambat, daun menggulung ke dalam (seperti sendok), dan tampak bercak semacam karat pada permukaan bawah daun.

Saran antisipasi untuk menghindarinya antara lain tidak menanam berdekatan dengan tanaman sejenis atau sefamili yang lebih tua yang terserang parah oleh hama ini, menggunakan mulsa plastik hitam perak, dan melakukan penyiraman air secara rutin pada penanaman musim kemarau.

Lalat Daun atau Leaf Miner (Agromyza sp., Liriomyza sp.)

Termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa tidak merusak tanaman, bentuk fisiknya mirip seperti lalat tetapi berukuran kecil, sekitar 1-2 mm. Fase larvanya yang menyerang dan merusak tanaman. Serangga dewasa menusukkan telur ke dalam daun, kemudian menetas menjadi larva (belatung) yang berukuran kecil, yang selanjutnya memakan hanya daging daunnya dan menyisakan kulit daun. Dampaknya pada permukaan daun tampak bercak putih kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah, yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan daging daun. Pada serangan parah, daun akhirnya mengering. Perkembangbiakannya sangat pesat pada musim kemarau panas. Banyak menyerang pada tanaman lettuce (selada), sawi-sawian, kacang-kacangan, cabai, tomat, paprika, semangka, melon dan mentimun.

Saran antisipasinya tidak menanam berdekatan dengan tanaman lebih tua yang banyak serangan hama ini, dan melakukan penyiraman rutin pada musim kemarau panas. Jika sudah tampak populasi hama ini, segera pasang perangkap lekat di beberapa tempat untuk menekan perkembangbiakannya.

Lalat Buah (Dacus sp)

Lalat dewasa tidak merusak buah, bentuk fisiknya hampir menyerupai lalat tetapi ramping, berwarna cerah dan berukuran kecil, sekitar 2-3 mm. Larva (belatung) lalat ini yang memakan daging buah, hingga menyebabkan buah berlubang dan busuk di dalam. Lalat betina dewasa menaruh telur di dalam buah muda. Seiring perkembangan buah, telur menetas dan larva (belatung) memakan daging buah dan menyebabkan busuk buah. Oleh sebab itu pada tahap awal tidak dijumpai lubang pada permukaan buah yang terserang, tetapi pada saat larva berkembang mendekati fase belatung akan membuat lubang di permukaan kulit buah. Serangan lebih banyak pada musim kemarau panas daripada musim hujan. Banyak menyerang buah cabai, tomat, paprika, melon, paria, dan beberapa sayuran berbuah lainnya.

Saran antisipasi untuk menghindarinya sama seperti saran antisipasi pada serangan lalat daun, yaitu tidak menanam berdekatan dengan tanaman lebih tua yang terserang hama ini, melakukan penyiraman air secara rutin pada musim kemarau panas, dan jika dijumpai serangan segera pasang perangkap lekat di beberapa tempat untuk menekan perkembangbiakannya.

Hama Penghisap Buah (Dasinus piperis, Helopeltis sp.)

Bentuk serangga seperti kumbang berbadan panjang, dengan warna-warni tubuh hitam dan merah. Ukuran panjang serangga sekitar 1-2 cm. Termasuk serangga penghisap cairan tanaman, dengan cara menghisap cairan pada buah muda, yang menyebabkan permukaan buah menguning pada bekas hisapan dan sekitarnya. Sehingga mengakibatkan mutu buah menjadi afkir. Seperti hama-hama yang lain, lebih banyak dijumpai pada musim kemarau panas daripada musim hujan. Banyak menyerang buah paria, oyong, kacang-kacangan, dan beberapa sayuran berbuah lainnya.

Saran antisipasi untuk menghindarinya bisa dilakukan seperti halnya saran antisipasi untuk menghindari serangan lalat daun dan lalat buah.

Kumbang Perusak Daun (Phaedonia sp., Aulacophora sp.)

Kumbang kecil dengan ukuran sekitar 6-9 mm, berbentuk oval. Serangga berwarna menarik dengan warna-warni antara hitam, merah dan kuning keemasan. Memiliki pelindung sayap keras dan mengkilap. Menyerang tanaman dengan cara memakan daun muda dengan cara mengerat bagian tengah daun. Serangannya mudah dicirikan, yaitu meninggalkan bekas keratan berbentuk bulat kecil di beberapa bagian daun muda. Lebih banyak dijumpai pada musim kemarau panas daripada musim hujan. Banyak menyerang tanaman semangka, melon, mentimun, paria, oyong, dan beberapa sayuran berdaun lebar lainnya.

Saran antisipasi untuk menghindarinya bisa dilakukan seperti halnya saran antisipasi untuk menghindari serangan lalat daun dan lalat buah.

Siput Babi (Thepa javanica, Agriolimax sp.)

Hama ini termasuk jenis siput, tetapi tidak memiliki cangkang tubuh. Bertubuh lunak, berlendir, berwarna cokelat, dengan panjang tubuh antara 2-3 cm. Menyerang tanaman dengan cara memakan daun dan batang muda tanaman kecil, dan pucuk tunas pada tanaman dewasa. Berbeda dengan hama-hama lainnya, binatang ini justru sangat pesat perkembangbiakannya pada saat musim hujan dengan kelembaban udara dan kelembaban tanah yang tinggi. Banyak menyerang tanaman lettuce (selada), kubis-kubisan (kubis, sawi putih, brokoli, kembang kol, kailan), sawi-sawian (caisim, pokchoy), dan sayuran daun lainnya.

Saran antisipasi untuk menghindarinya antara lain menjarangkan jarak tanam, menjaga kebersihan lingkungan, dan memperbaiki drainase airnya pada penanaman di musim hujan.

Ir. Wahyudi (Cianjur, Jawa Barat). Praktisi pertanian, konsultan pertanian, trainer pertanian dan penulis buku pertanian. wahyudi.richwan@gmail.com

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun