Setelah sampai di lampu merah itu, kami menunggu bus yang nantinya akan membawa kami pulang dan menurunkan kami tepat di depan hotel. Hanya butuh 10 menit perjalan bus, hingga akhirnya kami bisa mejejajakkan kaki kami di halaman hotel. Dan para pedagang sarapanpun seolah berteriak menyambut kami. Padahal sih mereka memang berteriak untuk menjajakan jualan mereka, hahaha.. Tanpa harus naik dulu ke lantai kamar kami, kami putuskan untuk langsung membeli makanan untuk nanti kami nikmati bersama diatas.
Sambil sarapan, saya mencoba menerka-nerka jauhnya perjalanan kami. Ternyata kurang lebih antar dua sampai tiga kilometer. Hmm... lumayan juga :-).
Obrolan kami berdua selanjutnya masih berkisar tentang ikut program tarwiyah atau tidak? Terus terang saya masih ragu. Sementara istri saya tidak ada keraguan sama sekali. Saya punya alasan tersendiri kenapa masih ragu. Tapi gak perlu saya ceritakan disini. Ini adalah salah satu konsekuensi kita ikut dalam rombongan haji mandiri. Kenapa saya katakan begitu, karena kalau kita ikut KBIH, mayoritas dari mereka mengagendakan program tarwiyah dan sekaligus nafar tsani.
Bahkan ada yang memasukkannya menjadi program wajib. Jadi kalau ada (calon) jamaah yang mendaftar KBIH tersebut tapi tidak mau ikut program tarwiyah dan nafar tsani, maka KBIH itu akan menolak kepesertaannya. Memang tidak semua KBIH sih memberlakukan ketentuan seperti itu. Tapi sekali lagi, mayoritas.
Dan pada akhirnya, saya masih tetap bingung pemirsa, hahaha...
Catatan dan tips: banyak mencari tahu tentang program tarwiyah dan nafar tsani untuk lebih memantapkan pilihan. Dan cari tahu juga ke KBIH apakah mewajibkan program tarwiyah atau tidak?
Dan apa itu tarwiyah juga nafar tsani, sudah saya ceritakan sekilas di pengalaman hari ke 19.