Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Sindoro dan Sepotong Roti Pemberi Semangat

16 Mei 2018   21:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   06:53 2961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayo Om, dikit lagi. Pelan-pelan aja, nanti juga sampai" katanya memberikan semangat sambil menyodorkan minuman. 

"Duluan deh Yu, temani Om Alfons dan bantuin dia foto-foto dipuncak. Saya disini aja, udah gak kuat" jawab saya pelan. Dan memang betul, ketika itu saya berfikir bahwa cukup sampai disini aja, gak perlu ke puncak. Toh sama aja, melihat bendera di Pucak sama dengan berada disana bathin saya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ketika itu pula tiba-tiba Toto datang menghampiri untuk kemudian duduk persis disamping saya. Sama halnya dengan Wahyu, saya bilang ke Toto kalau saya cukup sampai disini aja. Sudah gak kuat naik keatas. Toto hanya senyum dan kemudian bilang kalau jalan pelan-pelan aja. Nanti juga sampai. Yang akan selalu saya ingat, Toto kemudian mengeluarkan dua potong roti dengan isi coklat didalamnya. Satu diberikan ke saya. Satu lagi dia makan. Walau roti itu sempat jatuh ke tanah, tetap saja Toto nikmati roti itu. Begitu juga dengan saya.

"Biar tambah semangat bro.." kata Toto sambil mengunyah rotinya.

Dan betul saja, roti itu seperti memberikan tenaga ekstra buat saya. Ini yang saya makan sebetulnya roti atau powerbank sih? Hahahaha... Setelah habis roti itu saya makan, dengan mengucap bismillah, saya kumpulkan tenaga, berdiri dan memulai lagi langkah gontai menuju puncak.

Perlahan tapi pasti, sambil sesekali merayap, tepat di jam 07.00 pagi, akhirnya puncak Sindoro di ketinggian 3153 mdpl berhasil saya pijak. Saya mengucapkan syukur kepada Allah sambil tidak lupa saya cium bendera Negara dan Bangsaku itu. Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sesi selanjutnya tidak lain dan tidak bukan adalah hanya foto dan foto. Termasuk mengabadikan ucapan selamat ulang tahun untuk istriku di puncak Gunung Sindoro untuk nanti saya berikan lewat whatsapp ketika ada singnal. Begitupun juga dengan Koh Roni. Si Obelix ini pada akhirnya juga sampai di puncak walau paling akhir dari rombongan Pecel Sosis...

Yeayy... Pecel Sosis berhasil sampai puncak Sindoro!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Puas berfoto ria, kami semua memutuskan turun dari puncak. Saat itu waktu menunjukkan jam 08.45. Nah kalau urusan turun, Toto sangat berbeda dengan naik. Dia dan Alfons seolah saling berlomba duluan-duluan untuk turun. Sedangkan saya dan Koh Roni? Sami mawon, lelet bin lemot. 

Ditambah lagi masalah klasik saya yaitu lutut alias dengkul yang linu atau ngilu saat turun. Beda dengan naik, lutut saya tidak masalah. Hanya otot kaki saja yang pegal-pegal. Sedangkan turun? Masalahnya jadi double, otot kaki dan juga persendian di lutut. Alhasil saya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan ngilu tersebut. Salah satunya saya sempat jatuh membentur batu. Lumayan sakit. 

Tapi gak apa, asal cepat sampai. Beragam gaya jalan turun saya lakoni lho. Mulai dari jalan normal, lalu berpegangan pada batu-batu dengan satu tangan menyanggah badan, satu tangannya lagi memegang tracking pole, turun duduk alias pantat dijadikan penyanggah, turun dengan kedua tangan menyanggah batu (tracking pole sudah saya lempar duluan kebawah), jalan miring kanan, jalan miring kiri, jalan zig-zag, sampai jalan mundur. Semua saya lakuin untuk mengurangi beban dan rasa sakit di lutut. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Sunrise Camp. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Hanya untuk berganti baju dan sedikit makan saja kami disana. Selanjutnya tepat jam 12.00 siang bolong, kami merangkak turun. Tidak berkurang sedikitpun kesulitan kami karena memang medan yang kami tempuh tidak berubah.

Curam, terjal, bahkan terkadang licin jadi teman kami. Singgah sebentar di warung Bu Kuat di Pos Tiga hanya untuk menikmati tempe mendoan dan memesan teh bekal minum di jalan, seterusnya kami telusuri lagi jalan turun menuju basecamp. Selisih jarak antara Toto dan Alfons versus saya dan Roni cukup jauh. 

Biarlah, saya gak akan memaksa untuk cepat sampai karena memang segala penderitaan sedang saya emban saat itu, hihihihi... Lho Wahyu, Naw dan Ari kemana? Oh mereka dibelakang karena memang ketika turun kami berempat duluan. Mereka bertiga mengurusi tenda dan perlengkapan lainnya. Tapi jangan ditanya dan diraguin ya. Dengan barang bawaan yang banyak dan berat, tetap saja langkah mereka pasti, kuat dan cepat. 

Mereka akhirnya berhasil menyusul kami berempat dan sampai di Pos Satu lebih dulu dari kami. Duh tahu gitu, mending tadi minta gendong ya sama mereka, hahaha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun