Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Covid-19 Membuat Saya Kehilangan Pekerjaan

14 Januari 2021   18:27 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:39 2160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iluastrasi | Source : freepik.com

Covid-19 itu ada dan nyata, tetap patuhi protokol kesehatan supaya apa yang terjadi pada saya tidak terjadi pada Anda.

Akhir bulan november lalu, kedua orang tua saya dinyatakan positif Covid-19 dan harus dirawat di ruang isolasi rumah sakit Kardinah, Tegal.

Jika ingat bagaimana perjuangan yang harus saya dan kakak saya lakukan untuk bisa membuat bapak dan ibu bisa dirawat, rasanya sungguh mengenaskan. Semua rumah sakit di Brebes menolak untuk merawat kedua orang tua saya tersebut, karena ruangan yang sudah penuh semua.

Beberapa rumah sakit di Tegal juga tidak menyanggupi, akhirnya ada rumah sakit yang mau menerima orang tua saya ini, meski harus sementara waktu berada di UGD menunggu ada ruang isolasi yang kosong.

Terinfeksi Virus Karena Saya.

Kedua orangtua saya bekerja di sekolah, bapak saya seorang guru sedang ibu saya karyawan tata usaha, karena sekolah terpaksa diliburkan, maka kedua orangtua saya ini lebih banyak berada di rumah, jarang sekali mereka keluar rumah, seharusnya kemungkinan mereka bisa terpapar virus sangatlah kecil.

Namun kenyataanya mereka malah terpapar virus Covid-19. Lantas siapa yang membuat mereka bisa terinfeksi? ternyata saya adalah orang yang membawa virus tersebut.

Kurang dari sebulan lalu, saya diterima di sebuah pabrik manufaktur baru yang ada di Brebes, Saya ditempatkansebagai staff purchasing departemen Warehouse. Mengingat saya sudah cukup lama menganggur, maka bekerja kembali adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, namun ternyata saya tidak merasa demikian.

Saya merasa jika pekerjaan yang saya lakukan tidak membuat saya merasa nyaman, memang saya bekerja di bagian yang sama sekali berbeda dengan jurusan yang sebelumnya saya ambil saat kuliah.

Namun bukan itu masaalahnya, karena pekerjaan saya sebelumnya juga tidak berkaitan dengan latar belakang pendidikan saya dan saya merasa nyaman dengan pekerjaan tersebut, malah saya senang karena bisa belajar banyak hal baru.

Hal yang membuat saya tidak nyaman adalah jam kerja yang melebihi batas wajar, saya dituntut untuk bekerja hampir selama 11 jam sehari, padahal sudah ada peraturan yang menyatakan jam kerja hanya 8 jam sehari.

Lamanya Jam kerja tersebut adalah sebagai bentuk tanggung jawab, karena posisi staff ada di atasi operator maka haram hukumnya staff pulang mendahului atau sama dengan operator. Jam kerja seperti ini sebenarnya sudah jadi tradisi untuk perusahaan manufaktur di bidang tekstil.

Namun sayangnya meskipun staff memiliki kewajiban demikian, tidak ada gaji tambahan untuk staff, sedangkan operator diperbolehkan menerima gaji tambahan atau lembur, jika staff bekerja melebihi jam kerja normal, maka dihitung sebagai bentuk dedikasi pada perusahaan.

Ilustrasi | source : Freepik.com
Ilustrasi | source : Freepik.com

Saya mencoba bertahan untuk tidak resign, karena tahu betapa susahnya mencari pekerjaan di masa seperti sekarang ini, namun tubuhnya saya menolak keputusan saya tersebut, tubuh saya yang kelelahan membuat saya terinfeksi virus Covid-19.

Entah saya tertular saat berada di pabrik, dimana ada banyak sekali orang dan ketika jam makan siang kami harus berdesak-desakan tanpa mempedulikan protokol kesehatan, atau saya tertular saat di masjid dekat pabrik, yang kemudian di lockdown karena banyak warga sekitar terinfeksi.

Saat kedua orang tua saya di swab, hasil swabnya saya memang negatif, namun beberapa hari sebelum melakukan swab, saya adalah orang pertama di keluarga saya yang menunjukan gejala Covid-19, mulai dari badan terasa lemah, keluar keringat dingin, hingga mengalam anosmia ( tidak bisa mencium bau).

Tubuh saya mungkin masih cukup kuat menghadapi virus tersebut, kurang dari satu minggu gejala tersebut sudah tidak saya rasakan, namun kedua orang tua saya yang berusia lanjut tidak memiliki tubuh yang cukup kuat untuk menghadapi serangan virus tersebut.

Memutuskan Resign.

Ilustrasi | Source : freepik.com
Ilustrasi | Source : freepik.com

Saat orang tua saya berada di ruang isolasi, saya mengajukan cuti supaya bisa bolak balik rumah sakit rumah untuk mengantarkan kebutuhan mereka.

Awalnya pihak HRD mengizinkan, namun karena sudah lebih dari seminggu dan saya tidak bisa memberikan surat keterangan dari rumah sakit, maka HRD meminta saya untuk segera kembali berangkat kerja.

Jika saya tidak segera berangkat kembali, maka saya dipersilahkan untuk resign. Kondisi saya saat itu tidak bisa dikatakan baik, saya yang awalnya sehat jadi mulai sering mual dan merasa tak enak badan, entah karena kelelahan atau memang terinfeksi virus kembali.

Saya tidak mungkin kembali bekerja dengan kondisi demikian, ditambah kedua orang tua saya masih membutuhkan saya, akhirnya saya putuskan untuk resign.

Penutup.

Saat ini kondisi saya dan keluarga sudah dalam keadaan baik, saya tahu pilihan saya tersebut adalah pilihan yang berat, kembali mencari pekerjaan di masa pandemi ini bukanlah hal mudah.

Namun saya sadar jika kembali bekerja di tempat tersebut, juga seperti kembali memberikan beban berat pada tubuh saya, yang saya tidak tahu lagi saya akan terkena penyakit apa lagi setelah lama bekerja disana.

Namun itulah hidup, dipenuhi dengan pilihan, pilihan tersebut bisa benar bisa pula salah, tergantung dari sisi mana kita melihat, yang pasti setelah kita menentukan pilihan, maka kita harus siap dengan konsekuensi dari pilihan tersebut.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun