Mohon tunggu...
Antaiwan Bowo Pranogyo
Antaiwan Bowo Pranogyo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi, Dosen STIE Indonesia Jakarta, Instruktur dan Konsultan di bidang SDM, Risk Manajemen dan Internal Audit

Seorang pembelajar dan pengajar, motto hidupnya: Memberi Value Added kepada masyarakat adalah kewajiban bukan hak.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mendekati Keseimbangan: Bagaimana Seorang Ibu Menangani Stres Menyusui dan Pekerjaan

4 April 2024   07:25 Diperbarui: 4 April 2024   07:54 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, di suatu rumah yang sederhana namun penuh cinta, hiduplah seorang ibu muda bernama Sarah. Dia adalah perempuan berusia 32 tahun dengan seorang bayi yang baru lahir, Nathan, yang menjadi cahaya hatinya.

Sarah adalah seorang ibu yang peduli dan penuh kasih. Namun, seperti kebanyakan ibu muda lainnya, dia juga harus menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara merawat anaknya dan menjalankan karirnya.

Setelah cuti melahirkan yang singkat, Sarah kembali ke pekerjaannya sebagai manajer proyek di sebuah perusahaan IT. Namun, dia merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang berat dan rasa cemas yang menghantui pikirannya setiap kali dia harus meninggalkan Nathan untuk pergi bekerja.

Setiap pagi, ketika matahari baru saja terbit, Sarah bangun dengan perasaan yang campur aduk di dalam hatinya. Dia merasa bersalah karena harus meninggalkan Nathan di bawah asuhan pengasuh, dan pada saat yang sama, dia juga merasa tertekan oleh tanggung jawab di tempat kerja yang semakin berat.

Di tengah-tengah stres yang melanda, Sarah mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan bernafas dalam-dalam. Dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus, tetapi kadang-kadang rasa cemasnya membuatnya sulit untuk berpikir jernih.

Suatu hari, ketika sedang duduk di meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen dan catatan-catatan, Sarah menerima telepon dari pengasuh Nathan. Dia memberitahu bahwa Nathan sedang rewel dan tidak mau menerima susu botol.

Sarah merasa hatinya remuk ketika mendengar kabar tersebut. Dia merasa seperti gagal sebagai seorang ibu karena tidak bisa memberikan waktu yang cukup untuk Nathan, dan sekarang dia juga merasa gagal sebagai seorang profesional karena tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

Tapi di tengah-tengah keputusasaannya, datanglah seorang teman lama, Maya, untuk menemui Sarah di kantornya. Maya adalah seorang ibu juga, dan dia juga pernah mengalami kesulitan yang sama ketika harus kembali bekerja setelah melahirkan.

"Saya tahu kamu sedang menghadapi banyak tekanan, Sarah," kata Maya dengan lembut. "Tapi kamu harus ingat bahwa kamu bukanlah seorang ibu yang gagal. Kamu hanya sedang belajar untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, dan itu memang tidak mudah."

Sarah menatap Maya dengan mata yang penuh air mata. Dia merasa lega karena akhirnya ada seseorang yang mengerti perjuangannya. Maya kemudian mengajak Sarah untuk berbicara lebih lanjut di luar kantor, di tempat yang lebih tenang.

Di sana, Maya berbagi pengalaman dan tips yang berguna untuk membantu Sarah mengatasi stresnya. Dia menyarankan Sarah untuk mencari waktu khusus untuk berkualitas bersama Nathan setiap hari, bahkan jika itu hanya beberapa menit saja. Dia juga menyarankan Sarah untuk mencari dukungan dari suami dan keluarga untuk membantunya dalam merawat Nathan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun