Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HRD Difabel dengan Semangat Sekuat Semen

12 Desember 2020   20:08 Diperbarui: 12 Desember 2020   20:11 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi Pabrik Semen | Dok. Nazar Nurdin . Kompas.com
Ilustrasi Pabrik Semen | Dok. Nazar Nurdin . Kompas.com

Butuh orang dengan fisik yang benar-benar kuat untuk bisa bekerja di pabrik tersebut, semua departemen memiliki keterkaitan masing-masing, jadi bukan berarti bagian HRD yang biasanya hanya berada di dalam ruangan bisa masuk ke bagian produksi yang panas dan berdebu.

Pak Ihsan sendiri seringkali harus mengunjungi bagian produksi untuk berbagai keperluan, semua itu beliau lakukan dengan senang hati tanpa sekalipun mengeluh, menurutnya itu adalah kewajibannya sebagai salah satu karyawan di pabrik tersebut.

Lingkungan Ramah Difabel.

Lingkungan boleh keras, namun  para karyawan di pabrik semen tersebut adalah orang yang sangat ramah, tidak hanya kepada saya yang mahasiswa magang, mereka juga ramah kepada Pak Ihsan, mereka tidak pernah mempermasalahkan kondisi fisik Pak Ihsan.

Tak cuma karyawan yang ramah, lingkungan juga begitu ramah untuk orang difabel seperti Pak Ihsan, tidak seperti karyawan lain yang jika bepergian dalam lingkungan pabrik, harus menggunakan kendaraan khusus milik pabrik, Pak Ihsan diperbolehkan untuk mengendarai sepeda motornya sendir saat ingin mengunjungi departemen lain.

Jika memang harus bertemu dengan seseorang yang ada di lantai atas, maka orang tersebut akan langsung turun ke lantai bawah dan menemui Pak Ihsan, mereka tidak mau  membuat Pak Ihsan repot-repot naik tangga dengan kondisinya tersebut.

Namun Pak Ihsan malah seringkali tidak memberikan  kedatangannya, jadi beliau langsung naik saja ke lantai atas dan menemui orang tersebut, beliau tidak keberatan jika harus naik tangga karena memang itu adalah bagian dari kewajibannya.

Penutup.

Perjumpaan saya dengan Pak Ihsan terjadi di tahun 2016 silam, pertemuan kami tidak begitu intens karena saya mendapatkan tugas di bagian produksi. Saya juga tak sempat mengabadikan potret beliau.

Saat ini saya tidak mengetahui kabar beliau sama sekali, karena setelah berakhirnya masa kerja praktik, saya tidak ada komunikasi dengan orang-orang di pabrik tersebut, saya harap beliau dalam kondisi sehat.

Terima kasih untuk motivasinya Pak ihsan.

Salam Hangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun