Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Awas, Jangan Salah Ikut Influencer

30 Maret 2020   04:32 Diperbarui: 31 Maret 2020   11:55 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Influencer source : freepik.com

"with great follower, come great responsibility"

Ungkapan tersebut adalah adalah parodi dari ungkapan milik Benjamin Parker, untuk keponakannya Peter Parker, dalam sisah superhero Spiderman.

Kalimat aslinya adalah " with great power, come great responsibility" yang artinya dengan adanya kekuatan besar, maka disertai dengan tanggung jawab yang besar.

Influencer = Superhero
Tapi karena dalam ulasan ini kita tidak akan membicarakan superhero, maka kekuatan diganti dengan follower, di dunia nyata tempat kita tinggal, jumlah follower yang mngikuti seseorang di sosial media, menunjukan seberapa populer orang tersebut serta seberapa besar kekuatan yang dia miliki.

Orang yang punya banyak follower disebut sebagai influencer, berasal dari kata "influence" yang berarti memengaruhi. Influencer adalah sosok yang mampu memberikan pengaruh kepada orang lain untuk melakukan suatu tindakan. Umumnya influencer memiliki jumlah "follower" atau pengikut yang banyak di sosial media.


Di artikel sebelumnya, penulis pernah mengulas mengenai Dokter Tirta, seorang dokter sekaligus influencer yang turun ke jalan memberikan bantuan untuk tenaga medis yang sedang berjuang melawan Corona.

Baca: Dokter "Ngegas" Tirta, Dokter Sekaligus Influencer.

Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang semakin banyak menelan korban, banyak influencer mengimbau untuk melawan corona dengan cara berbeda. Namun sayangnya ada sosok influencer yang bukan memberikan contoh baik tapi malah menyesatkan para followernya.  

Inluencer Keliru
Influencer tersebut bernama Dinda Shafay, selebgram sekaligus beauty vlogger ini sebelumnya juga dikenal sebagai sosok influencer yang kontroversial.

Namun dalam ulasan ini, penulis hanya akan membahas 2 kejadian dari perannya sebagai influencer dalam pandemi Covid-19. 

Kasus yang pertama, Dinda melakukan pembelian sarung tangan lateks. Sarung tangan tersebut sejatinya digunakan untuk tenaga medis, tapi karena ia membeli dan memamerkan sarung tangan tersebut di halaman instagramnya, banyak follower-nya yang ikut membeli sehingga sarung tangan tersebut menjadi langka.

Kasus yang kedua adalah pembuatan hand sanitizer versi Dinda Shafay atau do it yourself (DIY) handsanitizer. Memang di tengah situasi seperti ini handsanitizer menjadi barang yang langka. Kalaupun ada, maka harganya akan melambung tinggi. 

Dalam video tutorial pembuatannya yang ada di youtube, Dinda membuat hand sanitizer menggunakan bahan bahan: alkohol 96% dan 70% serta aloe vera gel yang biasanya digunakan sebagai skincare. Adapun peralatan lain yang digunakan adalah pengaduk adonan kue dan sarung tangan latek, serta masker.

Menurut Dinda, sebelum membuat hand sanitizer ini ia sudah berkonsultasi dengan keluarganya yang bekerja di Kementerian Kesehatan. Jadi bisa dijamin meskipun dia tidak mempunyai latar belakang pendidikan mengenai kesehatan atau kimia, apa yang dia lakukan aman, karena sudah mendapat arahan dari orang yang kompeten.

Cara pembuatannya hanya dengan mencampur alkohol dengan aloe vera. Awalnya dia mencampur alkohol 96% kemudian diaduk dengan pengaduk roti, lalu jika ditambahkan lagi dengan alkohol 70% ke dalam aloe vera gel tadi.

Penambahan hanya dilakukan dengan "kira-kira", tanpa ada sedikitpun takaran yang jelas. Lalu sudah, hand sanitizer DIY versi Dinda selesai dibuat.

source: kumparan.com
source: kumparan.com

DIY Hand Sanitizer versi Dinda ini malah mendapatkan hujatan dari warganet. Dari yang tidak sesuai dengan instruksi WHO(yang menganjurkan untuk menggunakan glycerol bukan menggunakan aloe vera gel), juga mengenai takaran penggunaan alkohol yang asal. Lagipula alkohol yang dianjurkan adalah 70%, bukan malah dicampur lagi dengan 96%.

Selain itu kondisi tempat pembuatan hand sanitizer tersebut juga seharusnya dalam kondisi steril seperti di laboratorium bukan di lingkungan yang asal seperti yang dibuat Dinda.

Menurut Dr. Joddy Arya Laksmono, peneliti kimia dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan menyebabkan iritasi pada kulit.

Meminta Maaf
Untuk kejadian sarung tangan lateks, Dinda meminta maaf melalui instagramnya. Pada postingannya (21/3) lalu dia mengakui jika hal yang dia lakukan adalah kesalahan dan akan mendonasikan sarung tangan lateks untuk tenaga medis yang saat ini sedang berjuang merawat pasien corona.

Sedang untuk kejadian pembuatan hand sanitizer, Dinda tidak menghapus video yang dia di upload Youtube, tapi hanya mengucapkan permintaan maaf singkat, di video berikutnya.

Penutup
Bukan hal yang bijaksana jika kita menyalahkan dan menyudutkan Dinda, Beliau juga butuh konten untuk media sosialnya dan dibagikan kepada para followernya.

Namun seperti yang sudah disampaikan di awal tulisan, bahwa memiliki follower dengan jumlah besar maka seseorang dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang juga besar. Dinda Shafay hanyalah contoh, di luar sana masih banyak influencer yang berperilaku demikian.

Mari kita lihat dari sudut pandang yang lain. Kejadian ini memberikan pembelajaran untuk kita bersama supaya tidak asal mengikuti influencer, kita harus cerdas dan kritis saat menghadapi masalah, terlebih masalah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Referensi:

1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun