Mohon tunggu...
yudi hermawanto
yudi hermawanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pecinta buku, belajar sedikit menulis, dan suka film fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencetak Politisi Hebat dan Beradab Sejak Dini

13 September 2022   16:40 Diperbarui: 13 September 2022   16:45 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politisi hebat dibangun sejak masa pendidikan awal. Berupa adab dan karakter yang baik. Mereka wajib mempuyai rasa empati kepada sesamanya, melalui filter ketat yang dilakukan saat rekruitmen.

Sejarah telah mencatat bahwa pemilihan ketua osis (Pilkaos) SMPN 41 Surabaya tahun 2022 telah berhasil dilaksanakan. Merupakan bagian dari proyek penguatan pelajar pancasila dalam hal Demokrasi. 

Pemilihan Profil Demokrasi ini dilakukan adanya fenomena yang dipertontonkan oleh politisi, baik yang tergabung dalam partai politik, maupun anggota dewan terpilih, yang terlihat arogan dan, maaf, mengesampingkan adab.  Saat mereka rapat dengar pendapat atau konferensi pers.

Kegiatan ini menjadi ajang bagi siswa untuk belajar memimpin dan menyampaikan pendapat yang dibuat dalam sebuah program dalam suasana yang demokratis. Saat itu, ketua OSIS biasannya adalah mereka yang Guru darling.  Beradab dan cerdas dan lebih berani dibandingkan rekan - rekan sekelas mereka.  Program kerjanya lebih banyak bersifat selebritis, meski dibungkus dengan nama - nama kegiatan yang bombatis.

Sementara generasi 2022 an ini adalah anak - anak yang telah melihat perubahan ketatanegaraan dengan lebih intens dengan gadgetnya. Meski samar - samar pemahaman mereka, perubahan itu telah mewarnai sikap politik dan rasa primordialnya. Saat diberikan kesempatan berorasi, banyak calon pilkaos yang memodelkan politisi senayan dalam gayanya. Mereka bisa berimajinasi layaknya politisi beneran.

Diawali dengan proses rekrutmen. Pasangan bakal calon Pilkaos dapat dilakukan secara terbuka dan bebas oleh siapa saja. Mungkin baru sesi perdana, sehingga belum disimulasikan adanya partai - partai politik yang mempunyai hak mengusung calon ketua/wakil ketua. 

Mereka tak harus lagi guru darling, tak ada bias gender, dan dilakukan secara terbuka oleh Pembina, untuk melihat kemampuan manajerial dan empati mereka terhadap kehidupan di sekolah yang mereka kenal. 

Di sinilah penentuan calon berdasarkan karakter baik yang telah dirumuskan oleh Pembina. Karakter yang harus mereka kenal dan bawa saat berinteraksi dengan seluruh warga sekolah. Jadi meski bebas dan terbuka, masih ada kendali untuk menetapkan calon - calon yang mempuyai kepribadian

Setelah tahapan proses rekrutmen selesai, berikutnya para kandidat mempersiapkan Tim Sukses yang akan memenangkan mereka. Tim sukses ini bertugas untuk mensosialisasikan visi misi calon, pemasangan alat peraga kampanye, dan membantu secara interaktif para calon dan pemilihnya. 

Masing - masing tim sukses diberikan kesempatan dan sumber daya yang sama oleh sekolah. Kreativitas lah  yang membatasinya. Bagaimana membuat alat peraga yang “gue banget”. yang menunjukkan ciri khas para calon.

Tim Sukses juga mengiringi kandidat saat mereka berkampanye dari kelas ke kelas. Layaknya jualan, tentu butuh kemampuan memasarkan diri mereka masing - masing. Inilah hebatnya. 

Tak ada satupun mata pelajaran yang secara spesifik memberikan tuntunan berkampanye. Semua mereka gali dari sumber- sumber informasi di internet, lalu di modifikasi, dengan tanpa pembelajaran di dalam kelas, sesuai karakter yang dibangunnya.

Kesempatan kampanye akbar diberikan kepada para calon saat upacara bendera telah usai. Meski grogi dan demam panggung, mereka mencoba mengatasinya secara mandiri. Nyaris tak ada intervensi dari guru pembina. Kemampuan menata hati dan pikir perlu dilakukan agar mereka mampu mengelola permasalahan yang kelak mereka hadapi.

Melalui visi dan misi, beberapa program ditawarkan kepada pemilih yang barangkali sama dengan sekolah - sekolah lain. Pembedanya adalah bagaimana cara meyakinkannya. Tentu tak cukup bergaya prince charming semata, tetapi juga cara dan strategi komunikasi. Melalui debat kandidat, visi misi itu dipertajam. 

Masing - masing kandidat membeberkan cara mencapai visi misinya. Kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancamannya. Meski sederhana, argumentasi yang disampaikan harus runtut. Inilah peran guru pendamping saat mendampingi debat kandidiat. 

Mereka harus mengarahkan cara membangun argumentasi yang tepat, sehingga bisa dipahami oleh si pendebat. Mental mereka diasah agar mampu menangani beragam pertanyaan. Ini penting karena sering tak nyambung antara penanya dan penjawab dalam berargumentasi. Malah sering adu suara saja ketimbang adu argumentasi.

Akhirnya pemilihan suara dimulai. Azasnya pun sama. Jujur adil bebas dan rahasia. Tahapannya juga sama. 

Melalui DPT, pemilih diundang untuk mencoblos di bilik pemungutan suara, lalu mengembalikan surat suaranya ke dalam kotak surat suara. Para petugas KPPS berpakaian berbeda, untuk menghasilkan   nuansa pemilu, dan bertugas pada pos - pos yang telah ditentukan.

Saat perhitungan suara tiba, masing - masing calon didampingi tim sukses mengikuti dengan tertib perhitungan suara. Mereka legowo, tak harus melakukan pemilu ulang, dugaan kecurangan atau hal negatif yang terjadi pada pemilu yang sesungguhnya.

Semuanya adalah pemenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun