Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

#MendadakDakwah Eps 13: Menghindari Perilaku Tercela (Egoisme, Marah, Iri Hati, Gosip, Adu Domba, dan Fitnah)

15 April 2022   15:03 Diperbarui: 15 April 2022   15:03 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lawan dari egoisme adalah altruisme. Kita harus mulai membiasakan diri memikirkan orang lain dan mulai berpikir tentang "WE", bukan "ME".

Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Marah juga berarti emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar. Dalam ilmu agama Islam dan etimologi bahasa Arab, marah disebut juga "gadab".

Semua orang pasti pernah merasakan marah. Ada yang marah karena sebab tertentu, ada juga yang marah tanpa sebab yang jelas. Saya ingat kisah Rasulullah SAW yang pernah dimintai nasihat dari hambanya agar sukses dunia akhirat. Dan nasihat dari beliau hanya satu, yaitu "jangan marah".

Saya memang orangnya gampang sekali marah, namun akhir-akhir ini saya berusaha memendam amarah saya dan menyembunyikannya di balik senyuman palsu. Padahal, ini tidak baik.

Cara meredam emosi menurut ilmu agama Islam dan pandangan psikologis:
1. Diam
2. Mengambil posisi lebih rendah, seperti duduk atau berbaring
3. Tarik napas dalam-dalam. Saya tahu mungkin ada yang mengaitkan menarik napas dalam-dalam dengan teori pertukaran oksigen dan karbon dioksida, masuk dari hidung melalui tenggorokan, paru-paru, bronkus, bronkiolus, alveolus, dan kemudian mengeluarkannya perlahan-lahan lewat mulut. Padahal, kita tidak perlu jauh-jauh sampai ke sains. Teori menarik napas dalam-dalam ini cukup kita ambil sisi psikologisnya saja, yaitu perasaan kita jauh lebih tenang.
4. Hindari sosmed. Sosmed tidak ada gunanya dimainkan saat sedang marah, karena kita akan terpengaruh toksisitas sosmed. Kita jadi terpacu untuk berkata-kata kasar dan keras di sosmed jika sedang marah.
5. Berwudu. Saya tahu ada hadis yang menganjurkan kita untuk berwudu saat marah, dan artinya:

"Sesungguhnya marah itu perbuatan setan dan setan itu terbuat dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah dia berwudu."

Namun, saya ada tips. Menurut saya, marah tidak bisa langsung reda dengan satu kali wudu. Coba lakukan wudu sebanyak 5-10 kali agar setannya benar-benar mati dan amarahnya reda sempurna. Dan jika tidak berhasil...

6. Laksanakan salat taubat
7. Membaca Alquran
8. Cari kegiatan yang menenangkan, namun jauh dari gawai. Jika harus menggunakan gawai, gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan menjamin 100% menghilangkan amarah. Saran saya, jangan tonton apa pun yang berbau Korea saat marah. Sebagai pecinta K-pop culture sendiri, saya merasa menonton Korea tidak ada gunanya saat marah. Lagipula apa yang saya mau tonton yang berbau Korea saat marah? Adegan perkelahian Do Hana dan Kim Hana di "A-Teen"? Ji Changwook marah-marah di "Suspicious Partner"? Atau adegan Tao EXO mengamuk dan memarahi kontestan "Chuang 2018"? Tidak.

Saran saya, lebih baik menonton video keagamaan saat marah, seperti video renungan atau ceramah asatiz kondang, seperti Ustaz Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat, atau Ustaz Abu Takeru. Atau dengarkan murattalul Quran alih-alih lagu N.Flying - "Hot potato". Insya Allah, dijamin 100% manjur.

9. Bicarakan perasaan pada orang dekat. Orang dekat itu boleh orang tua atau teman kita. Dan jika dirasa kurang manjur, bicarakan pada psikolog atau terapis. Kita akan dibimbing pelan-pelan untuk belajar meredakan amarah terpendam kita.

Seperti kutipan dari saya,
"Amarah itu ditahan, namun bukan disimpan.
Amarah itu diredam, namun bukan dipendam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun