Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

A Musical Revolution 2 (Bagian 1)

28 Maret 2024   23:10 Diperbarui: 28 Maret 2024   23:17 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Bismillahirrahmanirrahim.

Prolog:
Legenda menceritakan tentang sebuah makhluk asing yang dibawa dari masa lalu lewat sebuah mesin waktu ke masa kini.
Pokemon itu diyakini sebagai Koraidon, yang datang jauh-jauh dari zaman pra-aksara.

Sebelum manusia bisa membaca dan menulis, mereka sudah lebih tahu terlebih dahulu cara menggunakan hewan sebagai sarana transportasi.
Koraidon berbentuk seperti motor jadul dengan tonjolan yang tampak seperti ban motor.
Nenek moyang menggunakan Pokemon ini untuk mengangkut barang dan bayi bermil-mil jauhnya.

Dan sekarang dia tiba di masa kini...
Lebih jauh akan kita ceritakan kemudian.

** YWM Cinematic Universe presents... ***

A Musical Revolution 2

- Bagian 1 -

Sebulan setelah peristiwa di A Musical Revolution pertama...
Sebuah mobil tampak parkir di sebuah rumah besar di kota Cabo Poco, region Paldea. Dua orang turun dari dalamnya. Itu adalah Profesor Hasim Maulana Cedar, profesor regional Asone yang berspesialisasi dalam kecerdasan Pokemon, dan Isabel Anindya "Isa" Cedar, putri bungsunya.

"Nah, kita sudah sampai, Is. Cabo Poco, Paldea," kata Profesor Cedar.

Isa tampak kerepotan mengangkat barang-barang bawaannya.

"Mau papa bantu, Is?" tanya Profesor Cedar.

"Gak usah, Pa. Isa bisa sendiri, kok," kata Isa sambil tersenyum.

"Pintar! Anak papa mandiri," puji Profesor Cedar. "Sekarang kita selesai beresin barang dulu, setelah itu kita makan malam."

"Oke!" kata Isa.

Profesor Cedar dan Isa melanjutkan membereskan barang-barang mereka. Kemudian Isa bergegas ke kamarnya. Kamarnya sangat besar. Ada tempat tidur ukuran ratu, cermin, dan rak buku untuk menaruh buku-buku kesayangan Isa. Seperti yang kita ketahui dari A Musical Revolution pertama, Isa memang seorang kutu buku dan punya banyak jenis buku, dari komik, novel, ensiklopedia, hingga buku masak.

Setelah merapikan buku-buku dan koleksi buah pinusnya ke tempatnya masing-masing, Isa langsung berganti pakaian menjadi piyama pink favoritnya. Kemudian dia menuruni tangga dan langsung memasak untuk dirinya dan sang ayah. Isa memasak makanan yang lezat sekali: spaghetti carbonara, samosa, dan lumpia. Sedangkan untuk minumannya, dia menyajikan lassi, sejenis minuman yogurt dari India.

"Wah, ini semua kamu sendiri yang masak, Is?" tanya Profesor Cedar.

"Iya, Pa," jawab Isa.

"Gak sia-sia papa punya anak bungsu yang bisa masak sendiri," puji Profesor Cedar. "Yuk, duduk."

Profesor Cedar dan Isa pun makan dengan lahap.

"Is," kemudian Profesor Cedar berkata.

"Apa, Pa?" tanya Isa.

"Kamu pasti tahu kenapa kita pindah ke sini," kata Profesor Cedar.

"Kenapa?" tanya Isa lagi.

"Papa ada dinas di Paldea selama setahun. Papa terpilih menjadi pembicara di konferensi mengenai kecerdasan Pokemon bersama teman-teman lama papa: Oak, Elm, Birch, Rowan, Juniper, Sycamore, Kukui, dan Magnolia. Jadi selama setahun ini, papa akan mengikutkan kamu ke sebuah program pertukaran pelajar di sebuah sekolah elit khusus perempuan di kota Mesagoza," jelas Profesor Cedar.

"Apa nama sekolahnya?" tanya Isa.

"Naranja Academy. Yang mendirikan sekolah ini namanya Clavell, teman sekampus papa dulu, di University of California," kata Profesor Cedar.

"Wah, asyik! Pasti orangnya baik. Dan teman-teman Isa di sekolah pasti pada seru," kata Isa ceria.

"Kamu pasti betah menghabiskan masa pertukaran kamu di Naranja Academy. Sekarang kamu tidur dulu, besok hari pertama kamu sekolah," kata Profesor Cedar.

"Oke, Pa! Selamat malam!" kata Isa sambil mencium pipi ayahnya sebelum menaiki tangga kembali ke kamarnya.

Di kamarnya, Isa membaca novel kesayangannya. Perlahan, dia pun tertidur, membayangkan hari pertama dia sekolah sebagai seorang siswi pertukaran di Naranja Academy.

Keesokan paginya...

Matahari bersinar dengan cerah. Isa bangun dengan ceria. Dia mencium rambutnya yang hitam, lurus, panjang, dan tergerai. Wangi, batinnya. Kemudian dia masuk kamar mandi dan menyalakan air hangat. Isa pun mandi dan keramas. Setelah keramas, dia mengoleskan conditioner ke rambutnya dan membiarkannya selama satu menit sebelum membilasnya. Tidak lupa, dia membersihkan tubuhnya dengan sabun dan dilanjut dengan body scrub sebelum keluar dari kamar mandi. Setelah mengeringkan tubuhnya, Isa pun berpakaian dengan seragam resmi Naranja Academy: kemeja putih, rok tiga perempat berwarna scarlet (sejenis merah jingga), dan topi biru. Dia juga mengenakan sepatu hitam dan kaus kaki putih. Rambutnya dibiarkan tergerai dan disisir rapi.

Isa pun menuruni tangga.

"Selamat pagi, Pa!" kata Isa dengan ceria.

"Wah, cantiknya anak papa! Udah siap sekolah. Papa udah panasin mobil. Mau papa anterin?" tanya Profesor Cedar.

"Gak usah, Pa, makasih. Isa bisa berangkat sendiri, kok. Kan, Isa mandiri," tolak Isa, kemudian dia mencium tangan ayahnya.

"Pintar! Kamu memang anak yang mandiri, gak nyusahin orangtua. Sampai jumpa sepulang sekolah!" kata Profesor Cedar sambil melambaikan tangannya kepada Isa. "I love you!"

"I love you too, Pa!" kata Isa.

(musik: Silia Kapsis - "Liar")

Sepanjang perjalanan, Isa melihat pemandangan Paldea yang indah sekali. Langit biru tanpa awan, kawanan Wingull dan Taillow beterbangan. Bunnelby keluar dari liang mereka di tanah. Skwovet memakan kenari di pohon. Dan sepanjang perjalanan, Isa sesekali melambaikan tangan kepada penduduk Paldea yang ramah. Mereka terkesima melihat kecantikan alami Isa.

Kemudian Isa menyalakan walkman-nya dan mulai menyanyi agar tidak bosan. Sesekali dia menari. Penduduk pun ikut menyanyi dan menari dengan mereka, seakan mengantarkan Isa ke sekolah tempatnya menjalani program pertukaran pelajar.

Perjalanan dari rumah Isa di Cabo Poco ke Naranja Academy di Mesagoza tidak sampai 30 menit berjalan kaki. Sesampainya di sekolah barunya...

"Inikah sekolahku?" tanya Isa dalam hati. Sekolah tersebut besar sekali, pintu masuknya berdinding batu bata. Dia disambut oleh Clavell, sang kepala sekolah.

"Selamat pagi," kata Clavell.

"Selamat pagi, Senor!" kata Isa.

"Benar kamu yang namanya Isabel Anindya Cedar?" tanya Clavell.

Isa mengangguk.

"Saya dengar dari papa kamu bahwa kamu akan menjalani program pertukaran pelajar di sini selama setahun. Kamu di kelas 3C," kata Clavell.

"Gracias, Senor!" Isa berterima kasih kepada Clavell sebelum masuk kelas.

Kelas 3C yang awalnya riuh, kini menjadi sepi setelah wali kelas mereka, Bu Jeong Eunwoo, masuk kelas. Bu Jeong adalah seorang guru geografi yang saat ini ditugaskan mengajar selama setahun di Naranja Academy. Mudah sekali mengenali Bu Jeong yaitu tinggi 167 cm, berkulit putih, berambut hitam, bermata sipit, bertubuh ideal (tidak kurus tidak juga gemuk), dan selalu mengenakan pakaian serba oranye saat mengajar. Beliau adalah pribadi yang sangat sabar dan tidak mudah marah, sehingga anak-anak menikmati pelajaran geografi yang beliau ampu dengan pembawaan yang santai. Mereka jadi berpikir bahwa geografi adalah pelajaran yang menyenangkan dan bukan pelajaran yang susah.

Bu Jeong masuk bersama Isa.

"Bersiap, semua! Beri salam!" kata Narin, sang ketua kelas.

"Buenos dias, maestra!" kata anak-anak serempak.

"Buenos dias! Silahkan duduk," kata Bu Jeong. Kemudian beliau melanjutkan, "Girls, Ibu harap kalian semua berkonsentrasi penuh hari ini, karena hari ini kita kedatangan seorang siswi pertukaran dari Asone. Silahkan perkenalkan diri kamu," katanya kepada Isa.

Isa kemudian memperkenalkan diri, "Nama saya Isabel Anindya Cedar, siswi pertukaran dari kota Aleyad, Asone. Saya harap kalian semua bisa menerima saya dengan baik selama masa pertukaran saya. Kalian boleh panggil saya Isa."

"Terima kasih, Isa. Silahkan duduk," kata Bu Jeong.

Isa pun duduk di sebelah seorang gadis bernama Eunchae. Namun saat itu Eunchae belum memperkenalkan dirinya, karena Bu Jeong sudah keburu memulai pelajaran. Kebetulan jam pelajaran pertama adalah geografi.

"Anak-anak, semoga kalian bisa menerima Isa dengan baik selama masa pertukarannya, seperti doanya. Katakan hal-hal baik tentangnya, jangan jahat ke dia, dan jika dia sakit, jangan segan melapor ke Ibu. Sekarang buka buku paket kalian, bab 1, tentang persebaran flora dan fauna dunia," perintah Bu Jeong.

(musik: Teya Dora - "Ramonda")

Selama satu jam, Isa dan yang lain mendengarkan penjelasan Bu Jeong saat beliau menjelaskan tentang persebaran flora dan fauna dunia. Dia catat apa yang beliau jelaskan, mulai dari zona iklim, makhluk hidup, jenis tanah, topografi, suhu udara, angin, cahaya matahari, air hujan, dan jenis-jenis flora.

Isa memang penggemar pelajaran geografi dan sering membaca atlas dunia di waktu senggangnya.

Setelah satu jam berlalu, bel istirahat pun berbunyi.

"Anak-anak, pelajaran hari ini sampai di sini. Ada yang mau ditanyakan?" tanya Bu Jeong sebelum kelas berakhir.

Tidak ada yang mengangkat tangan.

"Baiklah, artinya kelas sampai di sini. Sekali lagi, Ibu doakan kalian bisa berteman dengan baik dengan Isa. Jangan lupa kumpulkan PR geografi kalian hari Kamis. Adios!" kata Bu Jeong sambil meninggalkan kelas.

"Adios, maestra!" kata anak-anak serempak.

Isa dan teman-teman barunya benar-benar menikmati pelajaran geografi.

Kemudian Isa memutuskan duduk di koridor sekolah dan mengeluarkan buku novel favoritnya. Karena Isa belum terlalu akrab dengan anak-anak Naranja Academy, di hari-hari pertamanya di sekolah barunya dia banyak menghabiskan waktu sendiri.

Ketika sedang membaca, di hadapan Isa muncul seorang anak perempuan, barangkali anak kelas sebelah. Badannya agak kecil dan rambutnya hitam panjang, namun ikal dengan poni kanan.

"Wah, buku baru, ya?" tanya anak perempuan itu.

"Iya, emangnya kenapa?" tanya Isa.

"Kata bokap gue, buku itu jendela dunia. Boleh gue pinjam?" tanya anak perempuan itu lagi.

"Boleh," tanya Isa.

(musik: Silvester Belt - "Luktelk")

Tapi bukannya meminjam dengan sopan, anak perempuan itu merampas buku bacaan Isa dan melemparkannya ke lantai. Kemudian dia mengejeknya dengan nyanyian. Dia injak buku Isa dan dia robek-robek halamannya sebelum dia lemparkan ke wajah Isa.

"Gue gak suka anak yang kutu buku!" teriak anak perempuan itu yang ternyata bernama Gaeul. "Dasar aneh!"

Isa melihat bukunya. Habis terkoyak dan lecek oleh anak perempuan itu. Dia pun menangis. Kemudian anak perempuan yang saat itu sebangku dengan Isa melihat dia menangis. Langsung dia hibur Isa.

"Udah, udah, gak usah nangis. Suatu hari, lo bakal dapet ganti buku yang lebih bagus. Kayak gue, waktu kehilangan jam tangan dulu," kata anak perempuan itu. Dia meminjamkan saputangannya kepada Isa untuk menghapus air matanya.

Isa pun berhenti menangis. Dia menghapus air matanya.

"Makasih," kata Isa. "Oh ya, kita belom sempet kenalan," kata Isa sambil mengulurkan tangannya kepada anak perempuan itu. "Gue Isa."

"Gue Eunchae!" kata Eunchae dengan ceria. Mereka pun bersalaman.

Isa langsung jatuh cinta dengan kepribadian Eunchae yang cantik dan ceria.

"Suka baca buku juga?" tanya Eunchae.

"Banget!" kata Isa.

Seketika itu juga Isa dan Eunchae langsung akrab. Ternyata mereka sama-sama suka baca buku.

"BTW, gue manggil lo apa nih? Icha?" tanya Eunchae.

"Anything, girl, call me anything," jawab Isa.

"Kita ke perpus, yuk!" ajak Eunchae.

"Hayuk!" Isa setuju.

Isa dan Eunchae pun berjalan menuju perpustakaan. Tetapi setelah membaca buku, mereka harus bersiap terlebih dahulu, karena setelah ini pelajaran sejarah. Gurunya yaitu Bu Kang Gyeongwon, wali kelas 3B.

Setelah sejam pelajaran sejarah, bel pulang pun tersembunyi.

"Cha, lo habis ini mau ke mana rencananya?" tanya Eunchae kepada Isa.

Isa menggeleng tidak yakin.

"Listen, Cha. Kalo lo gak tahu mau ke mana, lo ikut gue aja," ajak Eunchae.

Semenit kemudian...

Isa dan Eunchae sampai di asrama Naranja Academy.

"Cha, gue denger dari Clavell, kan lo siswi pertukaran di sini. Bokap lo juga kan ada dinas, jadi gak bisa sering-sering nemenin lo. Jadi katanya, lo bakal tinggal di asrama biar bisa belajar mandiri," kata Eunchae. "Gue bakal jadi temen sekamar lo di asrama, jadi kalo lo laper, gue bisa masakin buat lo."

"Seru juga!" kata Isa.

Kemudian Isa berganti pakaian menjadi pakaian favoritnya: kaus putih dan celana pendek denim biru. Itu adalah baju santai favoritnya yang dia bawa sendiri ketika berangkat ke Paldea. Rambutnya dibiarkan tergerai seperti biasa.

Kemudian Isa dan Eunchae makan siang. Makan siang mereka adalah nasi goreng buatan Isa. Karena Eunchae tidak terlalu bisa memasak, dia seringkali mengizinkan Isa memasak.

Setelah makan siang...

"Cha," kata Eunchae.

"Ya, Chae?" tanya Isa.

"Lo udah denger? Setiap tahun di Naranja and Uva Academies, Clavell ngadain program Treasure Hunt," kata Eunchae.

"Program apaan tuh?" tanya Isa lagi.

"Jadi itu kayak semacam sebuah tugas belajar independen di mana para siswa akademi melakukan perjalanan melintasi Paldea untuk menemukan sesuatu yang dapat mereka sebut sebagai harta pribadi mereka," jelas Eunchae.

"Kayak belajar di luar gitu?" tanya Isa.

"Iya," kata Eunchae.

"Dari mana lo tahu info kayak gitu?" Isa kembali bertanya.

"Gue tahu karena udah lama sekolah di sini. Sedangkan lo kan anak baru, jadi mungkin gak tahu apa-apa, jadi gue jelasin," kata Eunchae.

"Gue seneng banget, deh, temenan sama lo," kata Isa.

"Gue juga, Cha," kata Eunchae.

Malam pun tiba. Setelah makan malam, Isa kembali ke kamarnya dan menyetel lagu dari band favoritnya, yaitu Xdinary Heroes, yang berjudul "Break the brake".

"Suka Xdinary Heroes juga, Cha?" tanya Eunchae.

"Banget, Chae! Gue hafal semua lagu-lagu mereka," kata Isa.

"Eh, gue juga, kali," kata Eunchae. "Tapi lo tahu membernya siapa aja?"

"Tahu, dong!" kata Isa. Kemudian dia membuka majalah musiknya dan mengenalkan Xdinary Heroes kepada Eunchae.

Xdinary Heroes adalah:
- Gunil, sang leader dan penabuh genderang;
- Jungsu, sang kibordis yang hobi bermain game;
- Gaon, sang gitaris ritme. Tampangnya agak dingin, namun dia sebenarnya adalah sosok yang hangat;
- O.de, sang pemain sintesaiser yang hobi membuat robot;
- Junhan, sang gitaris utama yang tukang tidur di kelas;
- Jooyeon, si bungsu dan bassis yang hobi memasak dan bercita-cita membuka restorannya sendiri.

"Gue suka banget sama Jooyeon! Dia ganteng, suaranya bagus, dan dia juga pinter masak," kata Isa.

"Gue suka Gaon! Gue pengen banget bisa sama dia," kata Eunchae.

"Sabar lah, ntar juga pasti ada waktunya sendiri lo bakalan bisa sama si Gaon," kata Isa. "Ya udah, tidur dulu. Besok kita sekolah lagi." Kemudian Isa mematikan lampu dan berkata, "Selamat malam, Chae."

"Selamat malam juga, Cha," kata Eunchae.

Kedua sahabat itu pun terlelap, menanti hari esok yang akan datang.

Keesokan harinya...

Semua siswa Naranja and Uva Academies berkumpul di lapangan sekolah yang besar. Clavell pun mulai berpidato.

"Bagus sekali. Sepertinya semua orang ada di sini. Kalau begitu, saatnya saya menjelaskan tugas belajar mandiri kalian. Seperti biasa, temanya adalah 'Perburuan Harta Karun'! Saya meminta kalian masing-masing untuk berangkat dan berkeliling dunia mencari harta karun kalian sendiri. Kalian telah belajar banyak di akademi kami yang bagus... tapi sekarang, inilah saatnya mengalihkan pandangan Anda ke dunia yang lebih luas dan memperdalam pemahaman kalian. Jelajahi kekayaan alam Paldea, nikmati budayanya yang kaya, temukan Pokemon yang hidup di sini, dan kenali juga masyarakatnya. Ke mana kalian akan bepergian? Siapa yang akan kalian temui? Dan apa yang akan kalian capai? Tentu saja, teman-teman kalian akan siap membantu kalian. Kalian akan melakukan perjalanan bersama, berbagi pemikiran dan perasaan satu sama lain, dan menemukan sesuatu yang mungkin selalu kalian hargai! Saya menantikan untuk menyambut kalian semua kembali setelah studi mandiri kalian ketika kalian kembali kepada kami sebagai pelatih muda yang baik!" begitu pidato Clavell.

Isa, Eunchae, dan yang lain memperhatikan dengan seksama.

"Dan sebelum pidato saya tutup, akan ada enam orang istimewa yang akan membantu kalian. Please welcome... Xdinary Heroes!" kata Clavell sambil mempersilahkan mereka ke lapangan.

Sebelum memperkenalkan diri, mereka membawakan satu lagu.

(musik: Bambie Thug - "Doomsday blue")

Cewek-cewek tak dapat menahan jeritan mereka. Mereka terkesima melihat ketampanan dan kepiawaian Xdinary Heroes dalam bermusik.

Setelah lagu selesai...

"Apa kabar dunia?!" teriak Gunil. "Kami Xdinary Heroes, yang akan menemani kalian, adik-adik kelas kami, dalam perburuan harta karun tahunan Paldea. Kami harap dengan adanya kami, kalian dapat menemukan hal yang akan kalian anggap sebagai harta karun dalam hidup kalian. Semoga sukses!"

Isa dan Eunchae saling pandang, lalu tak menyangka bahwa band idola mereka adalah kakak kelas mereka sendiri. Kemudian mata Jooyeon tertuju pada Isa.

Kemudian, di Uva Academy, sekolah khusus cowok yang juga dikepalai oleh Clavell dan terletak di seberang Naranja Academy...

Saat jam istirahat, Jooyeon dan Gaon mengobrol.

"Jadi lo suka sama anak baru dari Naranja Academy itu, Juy?" tanya Gaon.

"Iya, On," kata Jooyeon.

"Siapa tadi namanya? Icha?" tanya Gaon.

"Iya. Dia anak baru, dari kelas 3C. Gue pengen nembak dia, tapi..." kata Jooyeon.

"Tapi apa?" tanya Gaon lagi.

"Lo tahu kan peraturan Naranja and Uva Academies apa. Opposites don't interact. Makanya Clavell bikin kita sekolah di Uva Academy yang khusus cowok, dan kita paling cuman bisa diem-diem masuk ke Naranja Academy kalo istirahat," kata Jooyeon.

"Biasa aja kali, lo sesuka itu sama si Icha. Gue berkali-kali ditaksir Eunchae, dan dia maksa-maksa terus jadi pacar gue," kata Gaon.

"Suatu hari lo pasti bakal berduaan," kata Jooyeon. "Gue yakin lo pasti luluh sama Eunchae."

"Tapi gue sukanya Rei, anak kelas 3D Naranja Academy," kata Gaon. "Dia yang ngajarin gue buat gak bolos terus."

"Cewek gak bisa bikin lo jadi rajin belajar, On. Yang bisa bikin lo rajin belajar tuh cuman diri lo sendiri," kata Jooyeon. "Kan gue ada."

Sementara itu di Naranja Academy...
Isa dan Eunchae sedang berjalan mengitari sekolah.

"Sounds amazing," kata Isa.

"It was amazing!" kata Eunchae.

"Gue gak nyangka kita bakal satu sekolah sama Xdinary Heroes!" kata Isa. "Gue udah one step closer buat jadi pacarnya Jooyeon!"

"Ya tapi gimana pun juga pendidikan tetap nomor satu, pacaran kemudian," kata Eunchae.

Hal tersebut dilihat oleh Jooyeon dan Gaon dari balik teropong Uva Academy.

"Lihat, On? Isa bilang dia one step closer jadi pacar gue. Mind-blowing kan?" kata Jooyeon kepada Gaon, sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri.

"Kumaha maneh weh," kata Gaon dingin.

Empat bulan kemudian...

Di Asone...

(musik: Olly Alexander - "Dizzy")

"Weeekly, assemble!" kata Jiyoon.

Enter Weeekly. Setelah mereka mengalahkan Trey Shin, ayah Jiyoon, di A Musical Revolution pertama, Weeekly dikenal sebagai superheroine squad-nya Asone Academy, sekolah mereka. Kini mereka menikmati hari mereka sebagai siswi tahun ketiga di Asone Academy, di kota Gimelhab. Tak hanya itu, kini seantero Asone mengenal mereka sebagai selebritas.

Kekuatan mereka masih sama; Jiyoon dengan teleportasinya, Soojin dengan kemampuannya berlari cepat, Monday dengan kemampuannya untuk tak terlihat, Soeun dengan kemampuan terbangnya, Jaehee dengan telekinesisnya, Jihan dengan kemampuan membaca pikirannya, dan Zoa dengan kekuatan luar biasanya. Tentunya mereka menggunakan kekuatan super mereka untuk kebaikan dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Kendati demikian, deep down, mereka hanyalah tujuh gadis biasa yang punya mimpi dan cita-cita.

Dan mulai tahun ini mereka berseragam. Padahal tahun lalu mereka tidak mengenakan seragam sama sekali.

Pembagian kelas mereka sebagai berikut:
Kelas 3A: Jiyoon, Monday, Jaehee, Jihan.
Kelas 3B: Soojin, Soeun, Zoa.

Wali kelas 3A sama seperti tahun lalu, yaitu Profesor Alessandro Cattelan, guru fisika yang galak dan doyan mengomel, namun penyayang. Beliau adalah guru fisika favorit Jiyoon. Kebetulan jam pelajaran setelah istirahat di kelas 3A adalah fisika, mapel favorit Jiyoon sepanjang masa.

"Selamat pagi, anak-anak," kata Profesor Cattelan dengan nada seriusnya.

"Selamat pagi, Prof," kata anak-anak serempak.

"Kita mulai pelajaran fisika hari ini dengan membahas momentum dan impuls. Saya harap kalian tetap mendengarkan dan fokus memperhatikan pelajaran, jangan tertidur seperti biasa," kata Profesor Cattelan sebelum mulai menulis bahan ajar.

(musik: Alyona Alyona and Jerry Heil - "Teresa and Maria")

Seperti biasa, ketika yang lain tertidur saat jam pelajaran fisika, Jiyoon memperhatikan dengan seksama. Dia catat semua yang dijelaskan Profesor Cattelan. Orang-orang menganggap fisika pelajaran yang susah, namun tidak dengan Jiyoon. Menjadikan Profesor Cattelan sebagai panutannya, Jiyoon menganggap fisika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan bukan yang susah. Apalagi jika materinya tentang astronomi.

Dan seperti biasa, Profesor Cattelan kembali mengomel karena semua muridnya kecuali Jiyoon tidur di kelas saat pelajaran fisika.

"Apa-apaan ini?! Saya tidak suka melihat anak yang tidur di kelas! Contohlah teman kalian si Jiyoon itu, setahun saya jadi wali kelas dia, dia selalu memperhatikan penjelasan saya, tidak pernah tidur," omel Profesor Cattelan. Kemudian beliau berjalan ke arah Jiyoon dan berkata, "Kamu mau jadi astronom kan, Yoon?"

"Iya, Prof," kata Jiyoon.

Profesor Cattelan pun menceramahi anak-anaknya lagi.

"Anak-anak, jika ada yang mau menjadi astronom seperti Jiyoon, kalian harus bisa fisika. Jangan asyik tidur tidak jelas atau planga-plongo saat melihat angka-angka yang susah dimengerti," kata Profesor Cattelan.

Bel pulang pun berbunyi.

"Baiklah, anak-anak. Sebelum kita pulang, saya akan memberikan pengumuman penting," kata Profesor Cattelan.

Anak-anak kelas 3A pun penasaran, pengumuman apakah yang akan diberikan wali kelas mereka tercinta itu.

"Sekolah akan mengadakan kontes artikel ilmiah. Temanya bebas, asalkan tidak jauh-jauh dari astronomi, seperti tahun ajaran lalu. Bisa dalam bentuk individu atau kelompok. Artikel terbaik dari setiap kelas dan setiap tingkat akan mendapat hadiah berlibur ke Paldea," kata Profesor Cattelan.

Mendengar "hadiah berlibur ke Paldea", Jiyoon tersenyum, berpikir dia akan bertemu dengan sang sahabat, yaitu Isa, yang sekarang sedang melakukan pertukaran pelajar ke sana.

"Jiyoon, kamu sekelompok dengan Rona dan Ririka. Topik kalian tentang kegiatan di stasiun luar angkasa, ISS," kata Profesor Cattelan.

"ASYIK!" seru Jiyoon.

"Saya senang melihat murid terbaik saya dalam pelajaran fisika seantusias ini jika sudah menyangkut astronomi," kata Profesor Cattelan. "Waktu kalian seminggu untuk menulis artikel. Sampai jumpa!"

Waktu menunjukkan jam 12 siang, dan para anggota Weeekly pulang ke rumah masing-masing. Karena rumah Monday paling dekat dari sekolah, di Gimelhab Selatan, dia pulang dengan jalan kaki. Jihan yang rumahnya paling jauh, menaiki vespanya. Sisanya pulang naik bus.

(musik: Luna - "The tower")

Selama perjalanan pulang, Jiyoon tak berhenti melihat pemandangan Asone dan gedung-gedung kota Beit Raq yang menjulang. Sesampainya di Beit Raq, Soojin dan Soeun turun dari bus duluan, dan setelah sampai Aleyad, Jiyoon, Jaehee, dan Zoa turun dari bus. Mereka bertetangga.

"Yoon, ntar jangan lupa jam 5, kita janjian di Beit Raq," kata Zoa.

"Oke!" kata Jiyoon.

Jiyoon langsung membuka pintu rumah.

"Jiyoon pulang!" teriak Jiyoon.

"Eh, anak ibu yang paling cantik sudah pulang ternyata," kata Jeanette Cho, ibu Jiyoon. Setelah Trey Shin ditangkap di A Musical Revolution pertama, dia dan Jeanette bercerai, jadi sekarang Jeanette menjadi ibu tunggal untuk Jiyoon dan adik perempuannya, Yeojin. Jiyoon langsung mencium pipi Jeanette sebelum makan siang.

"Makan siang dulu, yuk, Yoon! Ibu masak makanan yang enak banget, lho," kata Jeanette.

Setelah berganti pakaian, Jiyoon menuruni tangga untuk makan siang. Lezat sekali makan siang yang dibuatkan Jeanette: ayam goreng, sapo tahu, tumis kangkung, dan jus stroberi. Itu semua makanan favorit Jiyoon. Jiyoon makan dengan lahap.

"Bu," kata Jiyoon.

"Apa, Yoon?" tanya Jeanette.

"Profesor Cattelan ngadain kontes artikel lagi! Jiyoon dapat tugas bikin artikel tentang astronomi, bareng Rona dan Ririka. Hadiahnya ke Paldea. Jiyoon bakal ketemu Isa lagi!" kata Jiyoon dengan ceria.

"Paldea? Paldea itu bahaya, Yoon. Kamu jangan ke sana, bahkan jika itu hadiah menang kontes artikel. Ibu dengar ada banyak Pokemon liar berkeliaran di sana, besar-besar," kata Jeanette.

"Tapi..." kata Jiyoon.

"Udah-udah, gak usah berpikir untuk ke Paldea! Mending kamu fokus belajar di rumah, di Asone, supaya pinter dan bisa masuk universitas negeri," marah Jeanette.

Jiyoon pun naik ke kamarnya di atas. Ada perasaan sedih dan kecewa yang meliputi dirinya. Namun dia memutuskan untuk menumpahkan kekecewaannya tersebut dengan curhat kepada adiknya, Yeojin.

"Yeojin," kata Jiyoon kepada adiknya itu.

"Ada apa, Jiyoon-ah?" tanya Yeojin. Yeojin kini sekolah di Asone Academy, tahun pertama.

"Sekolah kita kan ngadain kontes artikel lagi. Gue dapet tugas bikin artikel tentang astronomi kayak tahun kemaren, terus hadiahnya ke Paldea, tapi ibu kayaknya gak mau gue ke Paldea. Katanya banyak Pokemon liar berbahaya di sana," kata Jiyoon.

"Jiyoon-ah, gue ngerti perasaan lo. Boleh jadi lo gak ngerjain tugas itu, tapi lo gak dapet hadiah ke Paldea," kata Yeojin.

"Tapi gue pengen ketemu Isa lagi. Dia udah empat bulan pertukaran pelajar di Paldea, dan gak akan pulang sampe 8 bulan lagi," kata Jiyoon. "Gue kangen..."

"Gue juga, kali," kata Yeojin.

Tiba-tiba, ponsel Jiyoon berbunyi. Isinya SMS dari Jaehee.

"Dear Shin Jiyoon
Udah jam 5 nih
Ke Beit Raq
"
- Jaehee

"Sorry, Yeo, gue harus cabut," kata Jiyoon. Dia mengemas tasnya.

"Lo mau ke mana, Yoon?" tanya Yeojin.

"Menumpas kejahatan!" kata Jiyoon sebelum berlalu dengan bersin teleportasi.

Yeojin hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kakak perempuannya.

(musik: Baby Lasagna - "Rim tim tagi dim")

Para anggota Weeekly berkumpul di Beit Raq. Mereka melakukan tugas mereka, yaitu menumpas para preman dan tukang bully yang berkeliaran di kota tempat tinggal Soojin dan Soeun itu. Mereka juga membantu masyarakat Beit Raq yang membutuhkan, mulai dari memindahkan kotak apel ke truk, mengambilkan kucing yang terjebak di pohon, dan membersihkan kaca jendela penduduk.

Satu jam tersebut merupakan satu jam yang melelahkan bagi Weeekly, namun usaha mereka terbayar dengan makan malam di restoran. Sambil makan di restoran, mereka mengobrol dan mendiskusikan topik artikel mereka.

"Guys, lo udah tahu mau nulis tentang apa?" tanya Jiyoon.

"Gue sekelompok sama Jihan," kata Soojin.

"Kami bakal nulis tentang olahraga taekwondo!" kata Jihan. "Kebetulan ada arena yang baru buka deket sekolah, dan Soojin biasanya latihan taekwondo di situ. Gue bisa sambil nemenin dia, sambil jadi inspirasi buat artikel gue."

"Gue sekelompok sama Soeun, Yoon," kata Monday.

"Kita bakal bahas musik yang umum diputar di restoran-restoran dan tarian yang cocok dengan musiknya," kata Soeun, diikuti dengan fist bump antara dia dan Monday.

"Lo berdua, Je, Zo?" tanya Jiyoon kepada dua tetangganya.

"Kita tentang olahraga juga, tapi tentang macam-macam bela diri di Asia," kata Jaehee.

"Lo sama Rona sama Ririka kan sekelompoknya?" tanya Zoa.

"Iya..." kata Jiyoon. "Doain gue menang."

"Gue doain lo menang hadiah ke Paldea. Lo menang hadiah ke Paldea, kita ikut sama lo!" kata Jaehee.

"Setuju!" kata anggota Weeekly lainnya.

Mereka pun bertos.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Simak di bagian 2 yang akan ditulis besok.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun