Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Vivere Pericoloso Kampus Swasta

18 September 2025   18:10 Diperbarui: 18 September 2025   18:10 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahaya! Sinyal alarm berbunyi kencang untuk perguruan tinggi swasta. Proporsi jumlah PTS yang hampir 70 persen dari sekitar 4 ribuan kampus itu seolah kehilangan antusiasmenya -elan vital.

Penerimaan mahasiswa baru sebagai indikator kehidupan kampus swasta tengah merosot, angkanya bervariasi 20 sampai 40 persen drop, hal itu membuat "nafas" institusi PTS mulai tersengal-sengal. Gelagat dari situasi kali ini perlu dibaca dengan serius, karena menjadi tanda hidup dalam bahaya -vivere pericoloso.

Pada sisi bersamaan, kondisi perguruan tinggi negeri terlihat mengalami pertumbuhan. Bahkan relatif bertambah secara progresif. Kalau dibiarkan tanpa dikelola dan tidak segera dibenahi, maka bukan tidak mungkin periode kepunahan PTS berada tepat di pelupuk mata.

Tidak bisa dipungkiri strategi "kapal keruk" PTN dengan menambah kapasitas penerimaan, yang mengambil berbagai segmen peminatan mahasiswa baru membuat PTS kedodoran. Meski langkah tersebut tentu dipahami sebagai upaya PTN untuk dapat survive secara berkelanjutan.

Situasinya merupakan konsekuensi dari perubahan bentuk PTN yang mengharuskan otonomi dan kemandirian atas pengelolaan finansial. Dengan begitu dapat dimengerti mengapa UKT PTN mengalami kenaikan dalam format berjenjang.

Bahkan dengan kondisi zero sum game antara PTN dan PTS ini pun ternyata tidak juga berdampak pada peningkatan angka partisipasi kasar perguruan tinggi, yang nilainya hanya berkisar 30 persen dari waktu ke waktu. Satu hal yang terlihat pasti adalah kemunduran PTS gurem tanpa back up korporasi dan konglomerasi.

Persepsi atas kualitas dan fasilitas jelas dimiliki PTN, sesuatu yang tidak mudah dikejar PTS. Daya tawar PTS terletak pada fleksibilitas program dan harga yang terjangkau alias murah. Terjelaskan bila kemudian aspek kesejahteraan dosen di PTS seolah bukan menjadi prioritas, lebih disebabkan karena kesulitan dalam mengelola anggaran yang terbatas.

Keberadaan PTS jelas bergantung pada faktor pengali kuantitas mahasiswa, sebagai daya dukung keberlangsungan operasional. Pelik bagi PTS dalam menjadikan penelitian sebagai kunci kompetitif yang diminati untuk mendapatkan pendanaan industri, apalagi bersaing dengan jejaring PTN, jelas suatu hil yang mustahal.

Keadaan ini tidak boleh terus berlangsung tanpa intervensi regulasi, karena pendidikan tinggi menjadi wajah dari kualitas sebuah negara. PTS memiliki hak hidup yang seharusnya dilindungi. Eksistensi PTS dan kebermanfaatan atas kehadirannya, menjadi bagian dari sumbangsih mandiri swasta bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Apa yang dapat disusun dari kepingan yang terserak bagi kehidupan PTN dan PTS yang sehat?

Pertama: peran PTN menjadi pengungkit kualitas kampus kelas dunia, dengan volume mahasiswa dibatasi, bermain di kancah regional maupun internasional melalui intervensi anggaran negara,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun