Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Debat, Retorika, dan Moralitas Kita

8 Februari 2024   14:56 Diperbarui: 9 Februari 2024   05:57 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO via KOMPAS.com

Mengental! Pilihan politik menjelang periode masa pemungutan suara semakin terpolarisasi. Kandidat dan tim pemenangan sekuat tenaga untuk mengarahkan persetujuan menjadi tindakan politis, dengan mendatangi lokasi pemilihan dan memilih sesuai ketetapan hati.

Siklus pemilihan umum adalah akhir dari proses pendidikan politik dan kampanye publik, sekaligus menjadi awal baru bagi kepemimpinan politik yang terpilih nantinya. Pada periode tersebut, maka debat antar kandidat menjadi momen krusial untuk meneguhkan preferensi pilihan.

Dalam aspek komunikasi, debat merupakan bagian dari retorika, yakni sebuah upaya untuk mempersuasi khalayak agar memiliki sudut pandang yang sama dengan komunikator. Karenanya, aktivitas debat menjadi signifikan untuk mempengaruhi penonton yang terpapar melalui media massa, guna membentuk persepsi umum.

Pada beberapa kasus, ajang debat antar kontestan tidak efektif dalam merubah sikap dan perilaku bagi pemilih yang telah menentukan pilihannya. Sementara itu, percakapan di ruang debat akan menjadi berdampak khususnya untuk para pemilih yang masih belum menentukan keputusan.

Perlu dipahami bahwa debat adalah sarana dalam bertukar gagasan, mempertarungkan ide yang akan dimajukan oleh para pihak dalam kompetisi demokrasi, berkaitan dengan model solusi yang ditawarkan oleh para kandidat bagi persoalan publik. Boleh percaya, bisa juga tidak.

Karena itu, pemilih memang sebaiknya mengedepankan rasionalitas dibandingkan emosionalitas. Efek gaung dari debat yang disiarkan secara live melalui layar media, tidak berhenti di panggung utama, percakapan juga menggema di ranah maya, diskusi hangat antara para pendukung terjadi di media sosial.

Pada kehidupan yang semakin terdigitalisasi, kita tidak pernah berhenti dalam rantai produksi dan konsumsi informasi, bahkan kerap kali berada dalam situasi ke berkelimpahan, tidak hanya informasi yang valid tetapi juga hoaks yang diciptakan untuk memenuhi selera kepentingan tertentu, didengungkan melalui para buzzer untuk berdengung mendominasi ruang media.

Kembali menyoal debat kandidat, maka dalam kajian retorika menempatkan elemen utama kemampuan membujuk khalayak dengan kriteria: (i) ethos--kredibilitas sumber, (ii) logos--bernilai logis dan berbasis fakta, hingga (iii) pathos--pengelolaan serta menggerakkan emosi publik.

Dengan keseluruhan indikator tersebut, maka keterpilihan--elektabilitas, lebih dari sekedar keterkenalan--popularitas, tetapi juga berpaut dengan tingkat kepercayaan publik akan integritas kandidat dalam membicarakan problematika yang dihadapi publik.

Bila kontestasi mampu mendorong kesadaran publik untuk melakukan pilihan berdasarkan sendi-sendi retorika, kita tentu berharap tahap pemilihan nanti akan mampu menghasilkan kepemimpinan yang berorientasi pada keberpihakan kepentingan umum, serta mampu mengurusi persoalan publik--res publica dengan lebih baik. Kita tidak kurang manusia yang cerdas, tetapi hanya sedikit yang jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun