Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ujung Labirin Pandemi, Mau Kemana?

21 September 2022   01:47 Diperbarui: 21 September 2022   01:49 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melegakan! Setidaknya, pernyataan Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom, mengisyaratkan era post pandemi.

Dalam evaluasinya, kita memang belum sampai di akhir pandemi, tetapi nampak sudah di depan mata, dan momentum kali ini adalah yang terbaik untuk mengakhiri pandemi.

Pandemi menyisakan banyak kisah, dalam sejarah kehidupan manusia modern. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Begitu mencekam, termasuk meninggalkan duka.

Bak lorong labirin, pandemi berulang kali membuat kita terkejut, penuh jebakan. Sekaligus membuka mata atas rapuhnya kemajuan yang digadang-gadang manusia.

Ilmu pengetahuan dibuat tidak berkutik ditahap awal, sampai akhirnya fase adaptasi, umat manusia mempelajari pandemi, melalui upaya penemuan vaksin.

Sejatinya, pandemi kali ini menguak, betapa banyak ruang misteri kehidupan yang belum banyak dipahami. Bukan tidak mungkin, pandemi kembali berulah di masa depan.

Kemampuan terbesar manusia dalam menghadapi penderitaan sebagaimana pandemi, sesungguhnya tidak terletak pada perkembangan keilmuan, tetapi atas pemaknaan diri manusia itu sendiri.

Persis sebagaimana Victor Frankl, dalam Man's Search for Meaning, 2020, penderitaan hidup kerap tidak dapat dihindari, maka yang dapat dilakukan adalah memberi makna atas penderitaan, sekaligus mengambil pilihan langkah untuk mengatasinya, sehingga dapat menentukan tujuan hidup yang baru.

Sesuai Pidato Presiden dalam rangka HUT ke 77 RI, 2022, yang menyebut bila kondisi dunia saat ini dihantui krisis demi krisis yang terus mengancam, dan untuk itu perlu eling lan waspodo, ingat dan selalu waspada, dimaknai dengan cermat bertindak serta hati-hati melangkah.

Situasi pandemi seharusnya membawa dampak pada kesadaran akan pentingnya sektor kesehatan sebagai prioritas dalam pembangunan.

Slogan yang didegungkan, "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat" sesungguhnya menyandarkan pokok utama untuk keluar dari belitan pandemi, adalah dengan memastikan kesehatan tetap terjaga.

Sayangnya, respon lanjutan atas simpulan tersebut belum termuat secara sistematik bagi langkah selanjutnya. Mengacu pada Pidato Presiden atas RUU APBN 2023, merencanakan nilai porsi anggaran kesehatan sebesar 5.6% dari belanja negara, atau sebesar 169.8 triliun.

Hal itu mencakup anggaran bagi berbagai agenda, diantaranya kelanjutan penanganan pandemi, reformasi sistem kesehatan, percepatan penurunan stunting, serta kesinambungan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Pandemi diibaratkan layaknya kotak pandora yang terbuka, sehingga memunculkan begitu banyak hal-hal buruk, namun menyisakan satu bintang didasar kotak yakni harapan. Dengan begitu, kerentanan yang terjadi selama pandemi, menghadirkan harapan akan perbaikan ketahanan kesehatan nasional.

Karenanya, bagi pemangku kebijakan, perlu merumuskan ulang, sekurangnya dalam bidang kesehatan, (i) penguatan kapasitas sistem layanan kesehatan publik, (ii) kepastian dukungan anggaran yang mencukupi dalam program kesehatan, dan (iii) menumbuhkan ekosistem industri alat kesehatan lokal.

Momentum jelang paska pandemi, harus dibarengi dengan kemauan untuk memahami tentang kelemahan yang kita miliki, lantas mempersiapkan apa yang semestinya dilakukan untuk memperbaikinya, dengan itu kita memiliki "kemampuan belajar" dari peristiwa tersebut.

Di ujung labirin tersebut nantinya, kita akan sampai pada kualitas baru sebagai umat manusia. Pandemi sebut Arundhati Roy, novelis India dan pemenang Booker Prize 1997, merupakan portal dan pintu gerbang yang memutus masa lalu, untuk bersiap bagi masa depan yang baru. Pilihannya tergatung kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun