Skema bottom up dipergunakan untuk menjaring pendapat, pola top down dipakai sebagai strategi eksekusi.
Proses komunikasi di dalam organisasi membutuhkan kemauan dan keterbukaan para pihak, untuk menjalin arus informasi berimbang, menghindari terjadinya bias persepsi.
Termasuk menghindari terjadinya ruang konflik, yang memungkinkan terjadinya efek kerusakan bagi organisasi. Ketika konflik memuncak dan terbuka, diperlukan upaya bersama untuk menemukan resolusi terbaik, syaratnya kejujuran semua pihak.
Konsep komunikasi organisasi mengandaikan proses timbal-balik, dimana relasi anggota dan struktur kepemimpinan mempunyai sistem untuk menyampaikan gagasan dan argumentasi yang setara, dalam proses tersebut, tujuan akhir bersama adalah titik konsensus bersama.
Membedah Pengetahuan
Sebagian pendapat yang bersilangan memberikan titik tekan pada hadirnya inovasi dan pengetahuan baru. Praktik implementasi temuan, baru seharusnya diakomodir dalam kepentingan publik, sebagai sarana alternatif yang dapat diakses secara meluas.
Terlebih diasumsikan bila temuan metode medis tersebut menjadi inovasi sekaligus kebanggaan atas karya anak bangsa, kira-kira begitu premis yang diajukan. Tentu tidak salah, tetapi kurang tepat secara konteks.
Kita memang dihadapkan pada keterbatasan pemahaman, ketika model terapi medis yang dilakukan dinyatakan memiliki tingkat keberhasilan luar biasa berdasarkan testimoni para pasien tersebut, justru tidak dibakukan menjadi sebuah prosedur.
Disinilah letak perubahan pengetahuan -knowledge menjadi sebuah ilmu -science.
Pada pokok dasarnya, ilmu yang rigid merupakan hasil eksperimentasi dan temuan penelitian, yang dikodifikasi melalui kaidah tersusun, memiliki kriteria ilmiah, meliputi bukti empirik, struktur sistematik dan logik.
Karena itu, sebuah konklusi hasil penelitian harus teruji dan bisa uji ulang. Termasuk mendapatkan penajaman dari sejawat lain -peer group, karena tidak ada penelitian yang bersifat terpisah, melainkan bentuk kesinambungan penelitian terdahulu.