Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jalur Sunyi Pers Mahasiswa

6 Oktober 2021   09:17 Diperbarui: 7 Oktober 2021   08:06 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Problem utamanya, ruang pers mahasiswa menyempit, semakin surut, menciut bersama dengan pragmatisme industri pendidikan. Tidak ada lagi dialog hangat multiperspektif, sifat perkuliahan menjadi monolitik.

Kehilangan minat, disertai dengan transformasi kampus yang bercorak industri, hingga semakin ketatnya jadwal kurikulum akademik, membuat tekanan serius bagi kehidupan pers mahasiswa.

Ketiadaan waktu, serta anggapan bahwa pers mahasiswa adalah tugas sampingan, termasuk intervensi kampus melalui mekanisme pendanaan kegiatan, (Arismunandar, 2012), mengakibatkan tenggelamnya eksistensi pers mahasiswa.

Padahal banyak dampak positif dari kehadiran pers mahasiswa, bila kuat mengakar pada kepentingan publik, (i) mendorong pemahaman kritis, (ii) mendekatkan pada realitas sosial, (iii) medium penyampaian pesan mewakili publik.

Pilar yang perlu ditambahkan dalam upaya menumbuhkan kembali minat pada pers mahasiswa adalah demokratisasi kampus. 

Otonomi dalam konteks laku gerak dan pandu moral harus diterjemahkan secara mendalam, bukan sekedar soal mekanisme pembiayaan universitas.

Ibarat pohon, pers kampus hanya tumbuh subur bila akarnya mengikat kuat pada problematika publik, tumbuh di ruang demokratis dengan batang dan dahan menjulang setinggi langit.

Kita tentu berharap hadirnya kembali pers mahasiswa yang mampu bergaung di kancah kontestasi gagasan.

Terlebih, ketika publik semakin bising karena disrupsi teknologi menghadirkan sesaknya polusi informasi dari dengungan buzzer serta influencer sebagai wakil tangan-tangan pemilik kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun