Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memastikan Peran Negara Post-Pandemi

23 September 2021   11:46 Diperbarui: 24 September 2021   05:31 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pedagang yang mengenakan masker melintas di depan mural imbauan untuk melawan COVID-19 di Jakarta, Minggu (29/11/2020).| Sumber: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

Dituntut hadir! Begitulah harapan publik pada peran negara di masa pandemi. Problematika kesehatan dalam periode penularan wabah, membalik situasi. Tidak ada satu negara pun yang bisa mengelak dari kewajiban melindungi warga negara, dengan berbagai kapasitas kemampuannya.

Prinsip salus populi suprema lex esto -keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi diterjemahkan secara eksplisit bagi pemenuhan kepentingan publik. Meski ada saja tangan-tangan jahat yang mengutip keuntungan dari kesulitan yang terjadi. Kekuasaan dipaksa berpikir serta bekerja lebih keras.

Dalam upaya menyelamatkan hajat hidup publik yang terkulai karena sengat pandemi, langkah agresif dengan tekad whatever it takes diterjemahkan. Alokasi anggaran difokuskan pada upaya mengatasi pandemi serta dampaknya, termasuk dengan melebarkan ruang defisit anggaran. Langkah akrobatik.

Pada akhirnya, kita menilai apakah situasi landai dari kasus pandemi di tanah air merupakan sebuah keberhasilan? Di rentang waktu yang singkat, kita melihat korelasi kebijakan dengan penurunan penularan. Tetapi ini bukan masa yang tepat untuk bertepuk dada. Perlu waspada dan berhati-hati.

Pengalaman sejarah dimasa lalu, memberikan pelajaran penting bahwa manusia kerap kali lupa ketika selesai menghadapi tahun-tahun wabah. Hal tersebut membuat kita berulang kali tergagap saat sebuah wabah baru hadir kembali, seolah berulang. Memori serta pengetahuan kita terbatas.

Gelombang Ketiga (?)

Pertanyaan selanjutnya yang perlu dicermati adalah apakah terdapat potensi bagi kemunculan susulan paparan wabah selanjutnya? Tidak ada yang memiliki kapasitas presisi untuk memastikan jawaban tersebut secara hitam-putih. Kita bahkan tidak mampu memprediksi gelombang kedua yang lalu.

Harapan terbesarnya adalah gelombang lanjutan yang masih mungkin terjadi, dalam volume yang lebih rendah dan mampu dikelola penanganannya. Komposisi terpenting berhadapan dengan pandemi mengharuskan (i) intensifikasi vaksinasi massal, (ii) adaptasi perilaku protokol kesehatan, dan (iii) penguatan pola pola tes dan pelacakan publik. Kombinasi ketiganya bersifat mutlak.

Realitas baru yang harus kita pahami adalah mekanisme pertahanan hidup virus bersifat biner, antara hidup dan mati. Siklus hidup virus dalam relasi dengan makhluk inang tempat berkembang biak berada pada pilihan (i) virus hidup-inang mati atau (ii) virus mati-inang hidup, tidak ada opsi lain.

Sebagai bekal kemampuan hidup berkelanjutan, virus melakukan mutasi untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah. Di titik tersebut, ilmu pengetahuan memiliki nilai signifikan untuk dapat mengantisipasi virus baru, sekaligus melokalisir potensi dampak kesehatan yang dapat terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun