Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Politik, Demokrasi, dan Agenda Kesehatan

29 Maret 2021   15:37 Diperbarui: 29 Maret 2021   15:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tangan-tangan gelap bermain di ruang yang sempit, bahkan saat pandemi, memanfaatkan celah terbuka atas nama kedaruratan.

Publik yang seharusnya menjadi target sasaran utama dari seluruh arus utama pengambilan kebijakan, menjadi bagian yang tercecer. 

Lokus populasi yang terkucil dan terpinggirkan serta luput dari kebijakan publik dinamai sebagai homo sacer.

Poin penting yang menjadi kelemahan dalam aspek demokrasi kita adalah hilangnya ruh serta semangat oposisi. 

Para aktor politik formal berada dalam gerbong yang sama secara mayoritas, dibalik punggung kekuasaan. Sisanya, hanyalah elemen minor.

Pemeran kontrol sosial kini sepenuhnya terletak pada komponen sipil, termasuk: akademisi, media lembaga swadaya hingga organisasi massa di luar struktur jenjang kekuasaan.

Demokrasi sejatinya menyoal pemerintahan yang menjawab kebutuhan publik. Pada penelitian Edward Aspinall, 2014 menjelaskan bila ruang demokratisasi membawa agenda kesejahteraan, di dalamnya program kesehatan termuat.

Saat ini, indeks demokrasi Indonesia menurut lansiran The Economic Intelligence Unit (Detik, 4/2) sebagai yang terburuk dalam kurun 14 tahun terakhir, meski tetap di peringkat 64 dari 167 negara, nilainya melorot menjadi 6.3 dari 6.48.

Kecenderungan untuk lari dari situasi demokrasi, menghasilkan demokrasi yang catat. Hal tersebut perlu dicermati lebih jauh, seiring kecenderungan pembentukan regulasi yang mengabaikan aspirasi publik.

Beringsutnya demokrasi, dan tendensi pengambilan kebijakan secara otoriter di era pandemi berpotensi mengesampingkan isu kesehatan pasca pandemi nantinya.

Kesehatan menjadi sektor krusial guna menjaga eksistensi manusia. Pada akhirnya, politik dan demokrasi harus ditujukan bagi sebesar-besarnya kepentingan publik secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun